BANDA ACEH – Calon presiden atau capres nomor urut 2 Prabowo Subianto punya pengalaman pahit dalam dua Pilpres sebelumnya: 2014 dan 2019. Dalam dua ajang pemilihan kepala negara itu Prabowo mendeklarasikan kemenangan hingga melakukan sujud syukur. Namun, euforia itu akhirnya membuat malu lantaran hasil hitung nyata atau real count Komisi Pemilihan Umum (KPU) berkata lain.
Pilpres 2024 kali ini, hasil quick count atau hitung cepat sejumlah lembaga survei menunjukkan Prabowo dan pasangannya, calon wakil presiden atau cawapres Gibran Rakabuming Raka unggul lebih dari 50 persen. Meski kemenangan sudah di depan mata, Prabowo justru tak langsung sujud syukur seperti dalam dua kali pilpres sebelumnya.
Klaim kemenangan Prabowo di Pilpres 2014
Prabowo sepuluh tahun adalah sosok yang amat ambisius menjadi presiden. Kala itu, pada Pilpres 2014, Prabowo berpasangan dengan Hatta Rajasa melawan Joko WIdodo atau Jokowi yang didampingi Jusuf Kalla (JK). Pemungutan suara digelar pada 9 Juli dan hasilnya diumumkan KPU dua pekan kemudian. Kala itu hasil hitung cepat mayoritas lembaga sigi menunjukkan Jokowi-JK unggul.
Namun Prabowo menafikan keunggulan perolehan suara rivalnya. Sebab dari 12 lembaga yang berpartisipasi, lima di antaranya menyebut dirinya unggul. Ketidakseragaman hasil quick count itu membuat kedua belah kubu saling klaim kemenangan. Tim Prabowo-Hatta tak ingin publik beranggapan Jokowi-JK yang menang. Sehingga dibuatlah deklarasi tandingan.
“Untuk mengimbangi pihak sana. Kalau tidak deklarasi nanti opini publik tergiring Jokowi-JK sudah menang. Padahal belum, hasilnya masih nanti 22 Juli,” ujar Juru Bicara Tim Kemenangan pasangan Prabowo-Hatta, Tantowi.
Dalam deklarasi yang dilakukan di teras rumah ayah Prabowo, Soemitro Djojohadikusumo, di Jalan Kertanegara Nomor 4, Jakarta Selatan, pada Rabu, 9 Juli 2014 tersebut, Prabowo-Hatta bahkan melakukan sujud syukur. Sujud syukur sekitar lima detik ini dilakukan setelah Prabowo mengumumkan kemenangannya berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei.
“Kami bersyukur bahwa dari semua keterangan yang masuk menunjukkan bahwa kami, pasangan nomor 1, Prabowo-Hatta, mendapatkan dukungan dan mandat dari rakyat Indonesia,” kata Prabowo saat memberikan keterangan pers.
Prabowo tak menyebutkan nama-nama lembaga survei yang jadi acuan mereka. Begitu juga detail hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei yang mereka pedomani tersebut. Pihaknya justru menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh rakyat Indonesia yang telah memberikan kepercayaan kepadanya dan Hatta.
“Kami memang menunggu sampai semua data masuk. Dan, setelah 90 persen data masuk, baru kami mendeklarasikan posisi dan kemenangan kami,” katanya.
Namun, hasil real count atau hitung nyata oleh KPU mengkhianati harapan Prabowo. Sebagaimana diumumkan pada 22 Juli, Prabowo-Hatta, yang diusung Koalisi Merah Putih, mendapatkan 62.576.444 suara alias 46,85 persen. Sementara rivalnya, Jokowi-JK unggul dengan perolehan suara 70.997.833 atau 53,15 persen.
Klaim kemenangan Prabowo di Pilpres 2019
Kalah dalam pilpres sebelumnya tak membuat Prabowo patah harapan. Dia kembali maju sebagai capres dalam Pilpres 2019 dengan menggandeng eks Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno. Jokowi, presiden terpilih periode sebelumnya, kembali menjadi rivalnya. Usungan petahana itu didampingi Ma’ruf Amin.
Hasil hitung cepat oleh 13 lembaga survei dalam Pilpres yang digelar pada 17 April 2019 tersebut menunjukkan Jokowi unggul. Persentase perolehan suara Jokowi-Ma’ruf di kisaran 53-55 persen, sedangkan Prabowo-Sandi antara 44-46 persen. Namun Prabowo tak percaya dengan hasil tersebut. Ia justru mengklaim kemenangan berdasarkan hasil hitung cepat versinya sendiri.
Dalam sebuah konferensi pers yang ikut dihadiri para pendukungnya di depan rumahnya di Jalan Kertanegara, Prabowo justru mendeklarasikan kemenangan dia di Pilpres 2019. Ketua Umum Partai Gerindra itu mengatakan dirinya mengantongi persentase suara hingga 62 persen. Suara tersebut berasal dari 320 ribu Tempat Pemungutan Suara (TPS).