BANDA ACEH – Rumah korban empat keluarga yang melompat dari anjungan gedung Topaz, kena sita. Cerita ini muncul dari tetangga rumah korban. Keempat korban ini, terakhir melompat dari rooftop gedung apartemen setinggi 21 lantai. Keempat orang ini ditemukan tak bernyawa.”Dengarnya rumah mereka di sita,” kata seorang pria yang menyebut namanya Arif, 49 tahun. Arif tinggal bersebelahan dengan bilik yang dihuni para korban di apartemen Topaz, Apartemen Teluk Intan di Jalan Inspeksi Teluk Intan, Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, Ahad malam, 10 Maret 2024.
Arif mengatakan, mengenal keluarga ini. Namun mereka tak pernah berbicara banyak hal. Termasuk apa masalah yang pernah keluarga ini hadapi. “Kami saling tegur biasa,” kata Arif. Dia mengaku terakhir bertemu korban ini sekitar setahun lalu. Saat itu yang ia temui hanya istri atau ibu dari keluarga ini.
Kamar keluarga ini EA, 50 tahun, AEL (52), JWA (13), dan JL (15). Mereka adalah suami-istri dan dua anak. EA adalah suami; AEL (istri), dan anaknya dua orang tersebut. Menurut Arif, sekitar 2017 lalu menempati bilik di lantai 16 ini, keluarga itu sudah lebih dulu tinggal di situ. Bilik mereka 16-A.
Arif mengatakan biasa saling tegur bersama anak dan istri keluarga ini. Saat itu, dia mengaku jarang bertemu dengan EA. Dia mengatakan saat Covid-19 sudah jarang bertemu suami keluarga ini. “Enggak tahu ke mana,” tutur Arif, saat ditemui di biliknya.
Arif berkisah, bahwa pada saat virus corona mereda, keluarga ini terlihat mengalami masalah. Namun ia tak pernah bertanya lebih jauh soal masalah itu. Kecuali cerita tentang bilik itu telah disita. “Susah kayaknya, masalah ekonomi,” katanya.
Setelah masa pandemi, AEL mulai menjual telur ayam kampung. Telur itu diisi di kantong plastik. Setiap kantong plastik ada sepuluh butir telur. “Dia bilang dapat telur itu dari saudaranya di Bogor. Tapi setahu saya dia belanja di pasar karena saya pernah ketemu dia di jalan berjalan kaki,” tuturnya.
Suatu hari, Arif berjumpa dengan AEL di depan lobi apartemen. Perempuan itu bercerita bahwa mereka mau kembali ke Solo, Jawa Tengah. “Itu suami dan anaknya sudah pergi duluan,” tutur Arif, yang mengaku berbisnis sarang burung walet.
Saat tahu perempuan itu mau kembali ke Solo, Arif mengatakan sempat memberikan duit Rp 3 juta. Menurut Arif pemberian itu bukan karena diminta AEL, tapi ia berinisiatif sendiri membantu. Saat itu, dia mengetahui hanya AEL yang berada di bilik apartemen tersebut. “Saya kesannya karena kasian, kalau orang cuek, ya bodo amat,” ujarnya.
“Terus dia cerita rumahnya (digadai) atau pinjam uang di bank. Terus dia lagi kumpulin Rp 500 juta, kan,” kata Arif, yang juga ditemani dua anggota satuan pengamanan (Satpam) di area ini.
Soal penyitaan bilik di apartemen ini, dibenarkan oleh Linda, istri Arif. Perempuan 39 tahun ini bercerita bahwa ia mendengar langsung dari AEL bahwa bilik di apartemen itu sudah di sita. “Pas selesai Covid-19, saya lihat kayak mau pindahan. Lalu dia cerita, kalau rumahnya kena sita,” kata Linda.
Namun Linda tak bertanya lebih jauh alasan penyitaan bilik di lantai 16-A itu. Saat itu, Linda mengatakan AEL juga kerap menawarkan telur. Dari situ Linda sering membeli telur dari AEL.
Selain terlilit utang di bank, Arif mendengar cerita AEL tengah melakukan kongsi di kapal. “Itu saham atau gimana,” ujar dia. Namun dalam persekutuan itu AEL mengaku kepada Arif bahwa mereka mengalami kerugian dalam kongsi itu. “Nah, cuma cerita itu saja, setelah itu tak pernah lagi.”
Arif bercerita sempat terkejut mendengar cerita kematian empat orang keluarga yang sempat tinggal bersebelahan bilik itu. “Saya sempat shock dengar itu. Orangnya kan baik,” kata dia. Ada pun dua anaknya, kata Arif, sempat mengenyam pendidikan di sekolah yang berada di kawasan Pantai Indah Kapuk. Empat anggota keluarga itu diduga bunuh diri.