Gaza saat Malam Ramadan, Warga Teriak Minta Bantuan” border=”0″ data-original-height=”360″ data-original-width=”640″ height=”225″ loading=”lazy” src=”https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirwawbqDoMKezOVtZcGm8gMpCQD5uAoXltH7biAhFoWOZqxXrwNZa-6A4BONcmLg2kUTfgh1Z7UYx5bIKtMGe57Gpu5AuGvlj1ICOCN3e9BJ6vaf09qCr1U6ofu8wgiAG7nayEmbpCM6JJn4FEvs1bk5PQ1am5JfeG75srxLmhHTrQDFf6UhPeXZByxE1T/w400-h225-rw/,v0-db.jpg” width=”400″/>BANDA ACEH – Pertempuran mematikan berkecamuk di Gaza pada malam Ramadan, Minggu (10/3). Gencatan senjata yang diharapkan dapat terwujud sebelum bulan suci gagal tercapai.Perang yang pecah pada malam Ramadan melibatkan milisi Hamas dan tentara Israel. Pertempuran sejak 7 Oktober 2023 ini menyebabkan 31 ribu warga sipil Gaza kehilangan nyawa.
Sebelum Ramadan mulai mediator krisis Gaza yaitu Amerika Serikat, Qatar dan Mesir menggelar perundingan gencatan senjata. Hanya Hamas yang mengirimkan perwakilan sedangkan Israel tidak.
Mediator krisis Gaza menginginkan gencatan senjata selama enam pekan.
Gagalnya gencatan senjata membuat warga Gaza kecewa. Selain kecamuk perang warga Gaza terancam menderita kelaparan.
“Ramadan tahun ini semua hanya soal sakit,” kata seorang warga Rafah Ahmed Kamis seperti dikutip dari AFP.
Warga lainnya Mohammed Harara merasakan hal serupa. Ia berharap bantuan untuk Gaza segera hadir.
“Saya sudah menunggu sejak pagi, karena besok awal bulan suci Ramadan dan ini situasinya sangat tragis,” ucap Harara.
Bantuan
Menurut laporan berbagai lembaga kemanusiaan sejak Oktober Israel hanya mengizinkan sedikit bantuan sehari-hari yang boleh masuk Gaza.
Jelang Ramadan LSM Open Arms mengirimkan 200 ton bantuan makanan. Pengiriman itu merupakan kerja sama dengan badan amal AS World Central Kitchen.
Pada Minggu (10/3) pula Yordania, Amerika Serikat (AS), Prancis, Belgia dan Mesir menurunkan bantuan lewat parasut ke utara Gaza.
PBB menyebut cara mengirimkan bantuan lewat udara dengan parasut tidak efektif. Mereka masih berharap bantuan bisa dikirim lewat darat.