BANDA ACEH – Prakiraan cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap potensi terjadinya gelombang tinggi 4-6 meter di laut pesisir Jawa.
Hal ini disebabkan fenomena perigee atau jarak terdekat bulan ke bumi dan ditambah dengan adanya fenomena super new moon atau fase bulan baru.
Selain dua fenomena tersebut, peningkatan pasang air laut juga disebabkan dampak dari bibit siklon tropis di selatan Jawa dan NTT yang berdampak pada peningkatan kecepatan angin hingga 35 knot.
Sehingga kondisi tersebut berdampak pada peningkatan gelombang di beberapa perairan Indonesia.
“Adanya fenomena new moon atau fase bulan baru disertai perigee atau jarak terdekat bulan ke bumi memberikan dampak peningkatan ketinggian pasang air laut maksimum,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers, Kamis (14/3/2024).
“Jadi, ada tiga fenomena yang bersamaan memberikan dampak tingginya pasang air laut maksimum,” lanjutnya.
Adapun potensi tinggi gelombang tersebut terjadi pada periode 14-18 Maret 2024 dengan ketinggian gelombang 4-6 meter, diprediksi terjadi di Samudera Hindia selatan Jawa Timur hingga NTB.
Kemudian fenomena banjir pesisir atau rob terjadi di pesisir utara Medan, Sumatera Utara, lalu Batam, Karimun dan Bintan di Kepulauan Riau, pesisir Lampung, pesisir utara Jawa Tengah, pesisir barat Banten, pesisir selatan Jawa, pesisir selatan Bali, pesisir selatan NTB dan NTT, pesisir timur Kendari, Konawe dan Konawe Utara di Sulawesi Tenggara, Maluku, Merauke di Papua Selatan.
“Yang perlu diwaspadai sekali lagi, kejadian pasang maksimum, banjir rob, potensi cuaca ekstrem dan angin kencang, itu tampaknya dapat terjadi secara bersamaan. Sehingga kewaspadaan perlu dilipatkan karena tidak hanya dihadapkan pada satu potensi saja,” kata Dwikorita.
Sebelumnya BMKG juga menyebut potensi cuaca ekstrem yakni hujan sedang sampai lebat disertai kilat maupun angin kencang masih akan terjadi di sejumlah wilayah Indonesia hingga 18 Maret 2024.
Adapun wilayah yang perlu diwaspadai karena terdapat potensi cuaca ekstrem tersebut, meliputi Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua Barat dan Papua.
Untuk cuaca di wilayah Jabodetabek, dominasi cuaca adalah hujan sedang – lebat. Potensi hujan dengan intensitas sedang – lebat dapat terjadi terutama di wilayah Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang.
Penurunan intensitas di Jabodetabek akan terjadi mulai 17 Maret 2024.
Peningkatan curah hujan hingga kategori lebat pada wilayah Jabodetabek dapat memicu dampak bencana hidrometeorologi.
Pada tanggal 14-16 Maret, wilayah kategori siaga atau potensi bencana hidrometeorologi cukup tinggi yakni di Banten, Kalimantan Tengah dan NTT.
Sementara kategori waspada ada di Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, dan Papua.
“Ini masih akan berlangsung, berlanjut paling tidak hingga 18 Maret 2024,” kata Dwikorita.