Kamis, 14/11/2024 - 23:07 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Netralitasnya Disorot Komite HAM PBB, Cawe-Cawe Jokowi di Pemilu Mencoreng Wajah Indonesia

image_pdfimage_print

Cawe-cawe yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo pada Pemilu 2024 ini dinilai telah mencoreng wajah demokrasi Indonesia yang selama ini mendapat pujian dunia.

ADVERTISEMENTS
Kartu ATM di Rumah, Action Mobile di Tangan

Karena berbagai lembaga dunia terus menyoroti ketidaknetralan kepala negara tersebut, termasuk terakhir diangkat di dalam sidang Komite Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau CCPR di Jenewa, Swiss, pada Selasa, 12 Maret 2024.

ADVERTISEMENTS
Bank Aceh Syariah Mengucapkan Selamat Hari Pahlawan 10 November 2024

“Yang bikin mencoreng itu kan bukan (karena) diangkat oleh diplomat. Tetapi oleh apa yang dilakukan para elite Politik (Indonesia). Jadi kalau tidak mau tercoreng, ya jangan melakukan tindakan-tindakan lacur dalam proses politik seperti pemilu,” jelas dosen Program Studi Hubungan Internasional Universitas Nasional, Dr. Robi Nurhadi, kepada KBA News Jumat, 15 Maret 2024.

ADVERTISEMENTS
Memperingati 96 Tahun Sumpah Pemuda dari Bank Aceh Syariah

Lebih jauh dia menjelaskan di zaman sekarang tidak bisa sebuah negara hanya sekadar mencitrakan diri sebagai sebuah demokrasi kalau tidak sesuai dengan kenyataan. Karena kini merupakan era keterbukaan sehingga semua orang akan mengetahui. Apalagi pelaksanaan pemilu yang mendapat sorotan dunia.

ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses atas Pelantikan Ketua DPRA, Wakil Ketua I DPRA dan Wakil Ketua II DPRA

“Zaman sekarang itu tidak bisa memoles diri sesuatu yang kemudian tidak tidak pas. Poleslah diri dengan sesuatu yang benar. Jadi kalau dia mengusung keadilan, maka tanpa dipoles pun dia akan memoles dirinya sebagai sesuatu yang bagus. Jadi susah bersembunyi di era keterbukaan sekarang, apalagi sebuah proses politik seperti yang terjadi pada pemilu sekarang,” sambungnya.

Berita Lainnya:
Harta Kekayaan Iwan Bule, Komisaris Utama Pertamina yang Baru
ADVERTISEMENTS
Pertemuan Tahunan Perbankan Syariah 2024

Karena itu, dengan diangkat di Sidang Komite HAM PBB, lanjutnya, menunjukkan ada persoalan serius dalam proses pemilu di Indonesia. Karena kalau tidak ada persoalan, tidak mungkin mendapat perhatian bahkan dipertanyakan secara serius dalam sebuah sidang dunia yang bergengsi.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari Santri Nasional

“Dan sangat wajar kalau persoalan itu muncul. Karena ada namanya political right atau hak politik. Karena hak asasi tidak hanya berurusan untuk hal yang umumnya domain manusia, tapi yang terpenting juga adalah hak politik. Ada hak politik yang tercederai sehingga memunculkan komen yang serius,” tandas doktor dari Pusat Studi Sejarah, Politik dan Strategi Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) ini.

Sebelumnya, anggota Komite HAM PBB Bacre Waly Ndiaye mempertanyakan netralitas Presiden Jokowi dan pencalonan Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024 dalam Sidang Komite HAM PBB CCPR di Jenewa, Swiss, Selasa kemarin.

Sidang tersebut dihadiri perwakilan negara anggota CCPR termasuk Indonesia. Pembahasan seputar isu HAM terbaru di sejumlah negara dibahas di forum itu dengan sesi tanya jawab antara masing-masing anggota komite HAM PBB kepada perwakilan negara yang dibahas.

Berita Lainnya:
Mafia Hukum Punya Bekingan hingga 'Langit', Mahfud Harap Prabowo Runtuhkan

Bacre Waly Ndiaye sendiri, yang merupakan anggota Komite HAM PBB dari Senegal, melontarkan sejumlah pertanyaan terkait jaminan hak politik untuk warga negara Indonesia dalam Pemilu 2024.

Dia memulai pertanyaan dengan menyinggung putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang perubahan syarat usia capres-cawapres yang meloloskan Gibran Rakabuming Raka maju sebagai calon wakil presiden.

“Kampanye digelar setelah putusan di menit akhir yang mengubah syarat pencalonan, memperbolehkan anak presiden untuk ikut dalam pencalonan,” kata Ndiaye dalam sidang yang ditayangkan di situs UN Web TV, Selasa.

“Apa langkah-langkah diterapkan untuk memastikan pejabat-pejabat negara, termasuk presiden, tidak bisa memberi pengaruh berlebihan terhadap pemilu?” katanya mempertanyakan.

Tak berhenti di situ, Ndiaye juga bertanya apakah Pemerintah sudah menyelidiki dugaan-dugaan intervensi pemilu tersebut.

Perwakilan Indonesia yang dipimpin Dirjen Kerjasama Multilateral Kementerian Luar Negeri Tri Tharyat tidak menjawab pertanyaan itu. Saat sesi menjawab, delegasi Indonesia justru menjawab pertanyaan-pertanyaan lain.

Beberapa isu yang dijawab Indonesia tentang dugaan pengerahan militer ke Papua, kebebasan beragama, kasus Panji Gumilang, hingga kasus Haris-Fathia. Delegasi Indonesia juga menjawab soal hak politik orang asli Papua yang ditanyakan Ndiaye bersamaan dengan kasus pencalonan Gibran. 


Reaksi & Komentar

وَلَا تَنكِحُوا الْمُشْرِكَاتِ حَتَّىٰ يُؤْمِنَّ ۚ وَلَأَمَةٌ مُّؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِّن مُّشْرِكَةٍ وَلَوْ أَعْجَبَتْكُمْ ۗ وَلَا تُنكِحُوا الْمُشْرِكِينَ حَتَّىٰ يُؤْمِنُوا ۚ وَلَعَبْدٌ مُّؤْمِنٌ خَيْرٌ مِّن مُّشْرِكٍ وَلَوْ أَعْجَبَكُمْ ۗ أُولَٰئِكَ يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ ۖ وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِإِذْنِهِ ۖ وَيُبَيِّنُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ البقرة [221] Listen
And do not marry polytheistic women until they believe. And a believing slave woman is better than a polytheist, even though she might please you. And do not marry polytheistic men [to your women] until they believe. And a believing slave is better than a polytheist, even though he might please you. Those invite [you] to the Fire, but Allah invites to Paradise and to forgiveness, by His permission. And He makes clear His verses to the people that perhaps they may remember. Al-Baqarah ( The Cow ) [221] Listen

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi