Jumat, 15/11/2024 - 00:43 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Orang Terkaya ke-5 RI Akui Situasi RI Bikin Was-was, Daya Beli Lemah!

  Orang terkaya ke-5 dari daftar 50 orang terkaya di Indonesia versi Forbes, Anthoni Salim mengakui bahwa daya beli masyarakat Indonesia, termasuk kelas menengah melemah. Menjadi ancaman bisnis perusahaan yang akan diantisipasi sebagaimana beratnya tantangan ekonomi global.

Pernyataan Direktur Utama dan Chief Executive Officer PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) itu serupa dengan kekhawatiran kalangan ekonom yang menganggap kondisi perekonomian di Indonesia tengah tertekan saat ini.

“Perusahaan juga akan terus mencermati kondisi makro ekonomi secara global agar dapat melakukan penyesuaian strategi dengan perkembangan yang terjadi,” ujar Anthoni, seperti dikutip Selasa (26/3/2024).

Meski begitu, dirinya menilai perekonomian Indonesia ke depan dipoyeksikan tetap tangguh dan bisa mendukung pertumbuhan bisnis serta profit perusahaan, serta mempertahankan neraca keuangan yang sehat.

PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) sendiri membukukan core profit sebesar Rp9,78 triliun sepanjang tahun lalu. Capaian tersebut meningkat 8% dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya yang mencapai Rp9,06 triliun. Berdasarkan keterangan resminya, INDF mencatatkan penjualan neto konsolidasi sebesar Rp111,7 triliun atau tumbuh 1% jika dibandingkan perolehan 2022 yakni Rp110,83 triliun.

Seiring dengan kinerja penjualan, perseroan membukukan laba usaha yang relatif stabil di kisaran Rp19,66 triliun dengan marjin laba usaha secara sehat berada pada level 17,6%. Alhasil, dengan tidak memperhitungkan akun non-recurring dan selisih kurs, core profit yang mencerminkan kinerja operasional meningkat 8% menjadi Rp9,78 triliun dari Rp9,06 triliun.

“Di tengah tantangan global dan lemahnya daya beli masyarakat, perseroan mampu menyesuaikan diri sehingga menorehkan pertumbuhan penjualan dan profitabilitas sepanjang 2023,” ujar Anthoni.

Kalangan ekonom yang menyoroti lemahnya daya beli masyarakat kelas menengah itu diantaranya Ekonom Senior yang juga mantan Menteri Keuangan Muhamad Chatib Basri. Pernyataan ini ia sampaikan mengomentari sorotan khusus Menteri Keuangan Sri Mulyani terhadap penjualan motor dan mobil sebagai durable goods yang turun tajam pada awal-awal tahun ini.

Sri Mulyani mengatakan, penjualan mobil telah terkontraksi delapan bulan berturut-turut hingga akhir Februari. Penjualannya minus 18,8% secara tahunan atau year on year. Sementara itu, penjalan sepeda motor telah terkontraksi selama enam bulan berturut-turut hingga ke level minus 2,9%.

Data Mandiri Spending Index menunjukkan hal serupa. Belanja kelompok memengah terbilang stagnan dengan angka indeks per Maret 2024 sebesar 183,5 dari Januari 2024 di kisaran atas 100, bahkan turun dibanding angka indeks pada Desember 2023 di level atas 200. Jauh di bawah tren belanja kelas bawah yang mencapai 306,1 angka indeksnya dari tren pada Januari 2024 di kisaran atas 150.

“Saya sudah sampaikan concern saya mengenai tekanan terhadap daya beli kelas menengah. Tampaknya concern saya mulai terlihat,” ujar Chatib Basri dikutip dari akun X @ChatibBasri, Selasa (26/3/2024).

Chatib memang kerap kali dan telah lama menyoroti secara khusus kondisi kelas menengah. Ia berbicara mulai dari potensi risiko tekanan kelas menengah terhadap stabilitas Politik hingga sosial, maupun sarannya terhadap pemerintah untuk segera mengurus ekonomi kelas menengah, dengan cara pemberian perlindungan sosial untuk kalangan itu, tak hanya bagi kelas menengah ke bawah ataupun miskin.

Misalnya, ia membahas topik terkait permasalahan kelas menengah yang harus diurus itu saat menjadi pembicara di acada Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia yang digelar Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada awal tahun ini.

Saat itu, Chatib Basri mengatakan pemerintah perlu mulai turut fokus memperhatikan kondisi ekonomi dan kepentingan kelas menengah Indonesia. Chatib menyinggung fenomena The Chilean Paradox ketika kepentingan kelas menengah terabaikan oleh pemerintah yang terlalu fokus pada kelompok miskin atau kelas menengah ke bawah saja. Chile hampir mengalami krisis besar berupa revolusi akibat kelas menengah terabaikan saat ekonominya mengalami perbaikan.

1 2 3

Reaksi & Komentar

قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لَّنَا مَا هِيَ إِنَّ الْبَقَرَ تَشَابَهَ عَلَيْنَا وَإِنَّا إِن شَاءَ اللَّهُ لَمُهْتَدُونَ البقرة [70] Listen
They said, "Call upon your Lord to make clear to us what it is. Indeed, [all] cows look alike to us. And indeed we, if Allah wills, will be guided." Al-Baqarah ( The Cow ) [70] Listen

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi