BANDA ACEH — Lembaga Pemantau Pendidikan Aceh (LP2A) membantah keras framing yang dikembangkan oleh Dinas Pendidikan (Disdik) setempat yang mengidentikkan persentase kelulusan siswa pada SNBP sebagai prestasi pendidikan.
“Ini hoax dan pembohongan publik,” ujar Samsuardi seperti dikutip HARIANACEH.co.id dari keterangan tertulisnya yang terima, Senin (1/4/2024).
Ketua LP2A itu menyampaikan kritiknya terhadap Disdik Aceh yang dinilai saban tahun terus membodohi masyarakat. Akademisi yang populer dengan panggilan Dr Sam itu meminta Kadisdik Aceh agar menghentikan kebiasaan buruk yang menipu tersebut.
Dia mengatakan, framing yang sama terus diulang-ulang setiap tahun. Melalui publikasi media pendukungnya, kadisdik Alhudri terus membangun imej seakan-akan telah berhasil membangun pendidikan dengan memperlihatkan data persentase kelulusan ptn tersebut.
Padahal, dia sama sekali tidak melakukan apa-apa untuk membenahi pendidikan karena memang tidak punya kapasitas.
Dr Sam menerangkan, tidak ada korelasi antara angka persentase kelulusan siswa Aceh pada Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) yang mencapai 42,12 persen dengan peningkatan mutu pendidikan. Kedua hal itu merupakan varibel berbeda.
“Karena itu, Kadisdik jangan membuat kesimpulan seakan-akan persentase 5 besar nasional itu sebagai bukti telah terjadi perbaikan kualitas kelulusan siswa Aceh. Ini klaim yang membodohi masyarakat,” ucapnya.
Dia meminta Kadisdik Aceh untuk tidak terus menciptakan narasi hoax dan pembohongan publik setiap tahun.
“Kelulusan SNBP tidak ada sangkut-pautnya dengan perbaikan mutu kelulusan siswa Aceh. Apalagi menframing seolah-olah pendidikan Aceh sudah hebat dengan tingginya angka kelululusan di peringkat 5 nasional,” kata akademisi ini.
Dijelaskan, persentase kelulusan pada SNBP hanya untuk melihat angka partisipasi siswa yang mengakses pendidikan tinggi. Artinya, bukan parameter untuk memperbadingkan prestasi kelulusasan siswa Aceh dengan provinsi lain.
Kualitas kelulusan siswa, kata dia, justeru nanti akan diukur pada nilai tes masuk PTN lewat seleksi Ujian Tes Berbasis Komputer (UTBK) dengan melihat skor nilai tertinggi rata-rata siswa Aceh yang kemudian disandingkan dengan nilai siswa provinsi lainnya.
“Itulah parameter yang sesuhngguhnya untuk melihat secara obyektif mutu kelulusan siswa antarprovinsi secara nasional,” jelasnya.
Sebagai pembuktian misalnya, hasil publikasi laporan Ujian Tes Berbasis Komputer – Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi (UTBK – SBMPTN) tahun 2021, 2022 dan 2023, kelulusan siswa Aceh terus anjlok di urutan paling bawah secara nasional, bahkan kalah jauh dengan provinsi Bengkulu yang nilai rata-rata tertinggi siswa SMA/SMK berada di peringkat 13 nasional (TKA Saintek 490.10 point), sedangkan Aceh di peringkat 27 ujung dari 34 provinsi Indonesia (TKA Saintek 478.51 point).
Ini artinya, kata Dr Sam, kepemimpinan Alhudri selama tiga tahun gagal total memperbaiki kualitas mutu pendidikan SMA/SMK di Aceh. Karena itu, Alhudri dinilai tidak pantas terus-terusan ‘jual kecap‘ dengan menggunakan data SNBP sebagai pembenaran peningkaan mutu pendidikan.
“Itu narasi hoax dan pembohongan publik,” tuturnya.
Diungkapkan, Aceh merupakan daerah dengan populasi penduduk lebih sedikit (sekitar 4 juta jiwa) tapi memiliki jumlah PTN terbanyak. PTN yang melaksanakan SNBP meliputi Universitas Syiah Kuala, UIN Ar Raniry, Universitas Teuku Umar (UT), Universitas Malukusaleh (UNIMAL), Universitas Samudra, dan Instistut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh. Setiap PTN secara nasional termasuk Aceh telah membagi kuota untuk daya tampung mahasiswa baru di tahun 2024 pada jalur SNBP sebesar 30%, jalur UTBK 40% dan jaur Mandiri 30%.
Jumlah siswa Aceh yang mendaftar jalur SNBP pada 2024 mencapai 16.456 siswa dengan kelulusan 6. 888 atau 41,86%. Manyoritas siswa Aceh lulus di PTN lokal di atas 90% karena untuk memenuhi daya tampung PTN lewat jalur SNBP. Logikanya, jika PTN tidak meluluskan siswa lokal Aceh, maka kampus bakal kesulitan memenuhi kuota 30% di jalur SNBP karena tidak mungkin dibiarkan kosong. Berharap siswa luar Aceh mendaftar juga sangat kecil kemungkinan karena terbatasnya peminat.
Oleh karenanya, Dr Sam kembali mengingatkankan, bahwa tingginya persentase kelulusan SNBP siswa Aceh yang berada di peringkat 5 nasional sangat wajar. Faktornya itu tadi, karena jumlah PTN di Aceh sudah banyak dan siswanya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia.
Karena itu, hal yang sangat wajar jika angka persentase kelulusan siswa Aceh di PTN lewat jalur ini jadi tinggisecara.
“Juga harus diingat, tingginya persentase kelulusan tidak hanya terjadi pada saat Disdik Aceh dipimpin oleh Alhudri, melainkan sudah terjadi jauh sebelumnya, bahkan sejak dipimpin Laisani, Syaridin, dan Rahmat Fitri,” ujarnya.
LP2A sudah memprediksi, bahwa Alhudri pasti akan menggunakan data persentase kelululusan siswa lewat jalur SNBP sebagai bukti kalau dia sudah berhasil meningkatkan mutu pendidikan. Fraiming yang sama juga pernah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Bahkan diduga meminta pengaruh Gubernur Nova Iriansyah dan Sekda Taqwallah, waktu itu, Disdik pernah meminta agar seluruh SKPA memasang papan bunga dan iklan ucapan selamat atas prestasi “bohong-bohongan” tersebut.
Menurut Dr Sam, apa yang dilakukan Alhudri tidak lain hanya pencitraan semu. Mantan Kadis Sosial yang tidak punya kapasitas memimpin Disdik Aceh itu, dinilai, tidak melakukan pemecahan subtansi dari permasalahan yang menjadi penyebab terpuruknya mutu pendidikan jenjang SMA/SMK di Aceh.
“Karena fokusnya hanya mengkelabui opini publik. Sekilas terlihat motifnya hanya untuk mengamankan jabatan supaya tidak dicopot oleh Pj Gubernur Bustami Hamzah,” kata ketua LP2A.
Ia meminta Pj Gubernur Bustami Hamzah tidak mudah terkecoh oleh akal bulus tersebut.
“Makanya segera evaluasi kinerja Disdik dan tidak termakan narasi usang yang menyesatkan publik yang terus dikembangkan oleh Alhudri dan tim buzzernya,” tutup Dr Sam.[]