SEJARAH

Kisah Heroik Jenderal Soegito, Rela Ditembak Bawahan Demi Lucuti Senjata Musuh

image_pdfimage_print

BANDA ACEH – Letnan Jenderal (Letjen) TNI Soegito adalah salah satu figur militer Indonesia yang dihormati, karena telah menduduki posisi penting seperti Pangkostrad dan Pangdam Jaya.

ADVERTISEMENTS
Kartu ATM di Rumah, Action Mobile di Tangan

Jenderal bintang tiga yang lahir pada 15 Februari 1938 ini juga memiliki reputasi yang kuat di Korps Baret Merah Kopassus.

ADVERTISEMENTS
Bank Aceh Syariah Mengucapkan Selamat Hari Pahlawan 10 November 2024

Sebagai contoh, dia pernah menjabat sebagai Komandan Kompi Yon 2 RPKAD, Komandan Kompi A Yon 1 RPKAD, hingga Komandan Grup 1 RPKAD pada periode 1975-1978.

ADVERTISEMENTS
Memperingati 96 Tahun Sumpah Pemuda dari Bank Aceh Syariah

Ada satu peristiwa yang membuat Jenderal Soegito dikenal luas dalam lingkungan militer Indonesia. Kisah ini terkait dengan perannya dalam menjalankan Operasi Seroja di Timor Timur (Timtim).

ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses atas Pelantikan Ketua DPRA, Wakil Ketua I DPRA dan Wakil Ketua II DPRA

Dalam buku biografi yang berjudul “Letjen (Purn) Soegito, Dedikasi Seorang Prajurit Stoottroepen”, keberanian prajurit kelahiran Yogyakarta pada 15 Februari 1938 ini dalam menghadapi risiko di medan operasi membuatnya dihormati dan dihormati oleh musuh-musuhnya.

ADVERTISEMENTS
Pertemuan Tahunan Perbankan Syariah 2024

Dalam operasi tersebut, Soegito secara langsung memimpin penerjunan prajurit Kopassus di Kota Dili pada 7 Desember 1975.

Berita Lainnya:
Paradoks Ekonomi 08
ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari Santri Nasional

Pada saat itu, Soegito bersama pasukannya terlibat dalam serangan ke Kota Dili dan terlibat langsung dalam pertempuran dengan kelompok bersenjata Fretilin hingga berhasil menguasai kota tersebut.

Suatu ketika terdapat kelompok bersenjata yang berafiliasi ke Fretilin ingin berdamai dan tidak mau meneruskan konflik dengan ABRI kini bernama TNI. Satuan yang dipimpin oleh Paolino Gamma atau Mauk Moruk ini memilih menyerahkan senjatanya ke TNI.

Namun Mauk Moruk memiliki satu syarat, yakni dipertemukan langsung dengan pejabat tertinggi yang tak lain adalah Soegito. Dalam pertemuan tersebut kelompok bersenjata Timor Timur tak mau untuk senjatanya dilucuti yang membuat suasana semakin tegang.

Menghadapi hal ini Soegito yang dikemudian hari menjabat sebagai Pangdam Jaya ini memberikan satu pesan penting kepada staf pribadinya Sertu Pardi.

“Kalau terjadi apa-apa, kamu hamburkan tembakan ke tempat duduk saya,” perintah Soegito kepada Sertu Pardi.

Sertu Pardi yang mendengar perintah itu sontak bingung dan bertanya jika ada tembakan yang mengenai pimpinannya tersebut. Namun Soegito hanya menjawab, “Tidak peduli, tembak, habiskan saja.”

Berita Lainnya:
Hari Sumpah Pemuda 2024: Sejarah Peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1948 dan Mengapa Kita Harus Memperingatinya

Apa yang dikhawatirkan ternyata benar terjadi, meski begitu Soegito cukup beruntung karena berhasil selamat. Usai pertemuan ini prajurit TNI kemudian melakukan pemeriksaan terhadap semua senjata yang telah diserahkan kelompok pemberontak.

Dalam pertemuan itu, Soegito meminta kepada Mauk Moruk untuk mengajak kelompok-kelompok bersenjata lainnya untuk turun gunung dan menyerahkan senjatanya.

Beberapa tahun kemudian, Soegito mendapat informasi bahwa Mauk Moruk yang memiliki pendidikan cukup tinggi dan bisa berbahasa Inggris dan Indonesia itu memilih pindah ke Lisbon.

Prabowo dalam buku biografinya berjudul “Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto”.

Soegito di mata Prabowo merupakan sosok pemimpin yang selalu berada di tengah-tengah pasukannya ketika merebut Kota Dili. Itulah sekilas kisah tentang Jenderal Soegito yang rela untuk ditembak bawahannya demi menaklukkan musuh ketika melakukan Operasi Seroja.


Reaksi & Komentar

Berita Lainnya