Penjelasan Hasto soal Calon KSAU Tonny Harjono Disebut Bagian Keluarga Istri Jokowi

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto menyebutkan Marsdya Tonny Harjono yang diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) yang sebelumnya disebut berasal dari keluarga istri Jokowi, Iriana. FOTO/Kolase. Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

image_pdfimage_print

BANDA ACEH – Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, memberikan penjelasan terkait Marsdya Tonny Harjono yang diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) yang sebelumnya disebut berasal dari keluarga istri Jokowi, Iriana.

ADVERTISEMENTS
ad39

“Kami sebenarnya tidak mengurus keluarga, meskipun itu hak prerogatif presiden,” ujarnya saat ditemui wartawan, di Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (2/4).

ADVERTISEMENTS

“Yang kami perhatikan adalah bagaimana konstitusi kemudian diselewengkan, demokrasi dipinggirkan, nepotisme dikedepankan,” lanjut dia.

ADVERTISEMENTS

Menurutnya, menjadi pejabat bukan karena orang yang dekat dengan lingkaran presiden. Melainkan, karena mereka yang memang teruji dari segala aspek kepemimpinan hingga integritasnya.

ADVERTISEMENTS

“Sehingga, dalam membangun Indonesia selain berdasarkan ideologi Pancasila, konstitusi, kemudian juga meritokrasi, juga mengedepankan supremasi hukum,” katanya.

ADVERTISEMENTS

“Sehingga mereka yang menjadi pejabat bukan karena orang yang dekat dengan lingkaran presiden, tapi karena mereka yang memang teruji segala aspek kemampuan profesionalnya, kepemimpinannya, dan juga integritas, serta kemampuan membangun organisasi yang dipimpinnya,” jelas Hasto.

ADVERTISEMENTS

Sebelumnya, Hasto sempat menyinggung Tonny merupakan keluarga dari istri Jokowi, Iriana.

Hal itu disampaikannya dalam diskusi bertajuk ‘Yang Waras yang Menang‘, Sabtu (30/3).

“Dan sekarang yang menjadi KSAU itu juga menikah sama saudaranya Ibu Iriana, ya Pak Tonny, Marsekal Tonny, itu istrinya meninggal kemudian dijodohkan oleh katanya Ibu Iriana, dan kemudian jadi saudaranya,” katanya.

“Sehingga ketika segala sesuatunya melihat Indonesia dalam perspektif pengalaman di Solo, maka ini anti terhadap meritokrasi tadi, diperburuk dengan anti terhadap hukum,” tutup Hasto.

Exit mobile version