BANDA ACEH – Kebakaran yang melanda toko bernama Saudara Frame di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan menyisakan duka mendalam. Sebanyak 7 orang meninggal dunia karena kebakaran tersebut.
Api langsung melahap gedung bertingkat itu sehingga tak ada celah para korban di lantai atas menyelamatkan diri. Dalam peristiwa tersebut, terdapat luka mendalam yang dirasakan oleh orangtua salah satu korban.
Sri Daningsih, yang merupakan ibu korban mengungkapkan perkataan terakhir sang anak.
Sambil menangis ia menyebut bahwa putrinya sudah berjanji akan pulang ke rumah pada hari ini, Sabtu 20 April 2024. “Bilang tanggal 20 mau pulang, malah pulang selamanya,” ujar Sri di lokasi kebakaran, mengutip dari VIVA pada Sabtu (20/4/2024).
Sri sampai menangis histeris di lokasi kejadian karena menyaksikan tempat putrinya meninggal dunia.
Diketahui, anak Sri yang bernama Tiara bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART) disana. Tiara mengambil infal (bekerja saat Lebaran) yang baru saja mulai bekerja pada 8 April 2023.
Sebelum peristiwa kebakaran terjadi, Tiara sempat menghubungin Sri. “Anak saya namanya Tiara. Baru kerja di situ 8 April,” ungkap Sri.
Sri mengungkapkan bahwa Tiara bekerja menjadi ART di ruko tersebut atas tawaran teman Sri. Temannya menawarjan Tiara pekerjaan lantaran anaknya yang belum bekerja dan berada di kampung halaman.
Sri dan Tiara merupakan warga di kawasan Wonogiri, Jawa Tengah. Saat dikabari tentang Tiara yang tewas karena kebakaran tersebut, Sri mengaku tak percata.
Ia pun langsung datang ke lokasi kebakaran. Diberitakan sebelumnya, 7 korban tewas dalam kebakaran toko bingkai di Jalan Mampang Prapatan Raya, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, pada Kamis (18/4), mengalami luka bakar berat hingga 90 persen.
“Luka bakarnya sampai 90 persen dan luka bakarnya sampai tingkat empat (derajat luka bakar paling berat),” kata Kepala RS Polri Kramat Jati Brigjen Hariyanto di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (19/4/2024).
Ia menjelaskan, kondisi tersebut diperoleh berdasarkan hasil pemeriksaan ketujuh jenazah di posko postmortem RS Polri.
Ketujuh jenazah korban sudah dibawa ke Instalasi Forensik RS Polri Kramat Jati untuk proses identifikasi lebih lanjut menggunakan metode indentifikasi korban bencana (disaster victim identification/DVI).
Identifikasi dilakukan melalui pencocokan data sebelum kematian (antemortem) berupa sidik jari, rekam medis gigi dan sampel “deoxyribo nucleic acid” (DNA) dari keluarga korban dengan sesudah kematian (postmortem) dari jenazah korban.
Sidik jari, DNA, dan gigi menjadi parameter dalam proses identifikasi karena pada ketiganya terdapat karakteristik khusus yang dapat menunjukkan identitas seseorang secara medis. “Jadi, nanti kita maksimalkan.
Seperti biasanya untuk identifikasi medis, DNA, sidik jari, gigi kita maksimalkan. Nanti data-data (pembanding) yang kita kumpulkan seperti apa,” ujar Hariyanto.
Sementara terkait apakah ketujuh korban merupakan satu keluarga, RS Polri Kramat Jati menyatakan belum dapat memastikan hal tersebut karena menunggu hasil identifikasi. “Tujuh jenazah itu yang satu adalah laki-laki dewasa, dua laki-laki anak, kemudian empat perempuan dewasa,” kata Hariyanto.
Terkait korban masih dalam satu keluarga atau tidak, kata dia, pihaknya belum mengetahui secara pasti.
“Apakah itu satu keluarga nanti kita buktikan. Kan masih ada (korban kebakaran) yang ada di rumah sakit (berbeda). Apakah bisa komunikasi, nanti kita tanyakan,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Instalasi Forensik RS Polri Kramat Jati, Arif Wahyono mengimbau pihak keluarga korban dapat segera menyerahkan data pembanding untuk identifikasi.
“Kita tekankan (identifikasi melalui data) gigi dan DNA, tinggi badan segala macam. Kalau memang ada keluarga yang punya catatan gigi, kalau memang ada datang ke (RS Polri) Kramat Jati,” kata Arif.
“Kita tekankan (identifikasi melalui data) gigi dan DNA, tinggi badan segala macam. Kalau memang ada keluarga yang punya catatan gigi, kalau memang ada datang ke (RS Polri) Kramat Jati,” kata Arif.