Potret Menjijikkan RTH Tubagus Angke, Kondom dan Tisu Bekas Bertebaran di Sarang Prostitusi Jalanan
NASIONAL
NASIONAL

Potret Menjijikkan RTH Tubagus Angke, Kondom dan Tisu Bekas Bertebaran di Sarang Prostitusi Jalanan

ADVERTISMENTS
Iklan Ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H dari Bank Aceh Syariah
image_pdfimage_print

BANDA ACEH – Puluhan alat kontrasepsi seta tisu-tisu bekas bertebaran di ruang terbuka hijau (RTH) Jalan Tubagus Angke, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Jumat (26/4/2024).Dari yang nampak di lokasi, alat kontrasepsi berbentuk karet itu, bercampur dengan dedaunan kering dan sampah-sampah plastik bekas makanan.

ADVERTISMENTS

Beberapa juga ada yang dibuang ke kali, hingga dikubur di dalam tanah. 

Tak ayal, jika ada banyak lalat serta nyamuk yang bertebaran dan menghinggapi ruang yang seharusnya jadi paru-paru kota tersebut.

ADVERTISMENTS
ADVERTISMENTS

Alih-alih menjadi paru-paru kota, RTH itu justru menjadi tempat maksiat dan sarang penyakit.

Padahal, ada banyak warga yang kerap memanfaatkan area tersebut untuk duduk-duduk santai sembari melakukan aktivitas memancing. 

ADVERTISMENTS
ADVERTISMENTS
Berita Lainnya:
Terdakwa Kasus Korupsi Timah Rp4,57 Triliun Meninggal di Lapas, Siapa yang Bayar Kerugian Negara?

Salah satu warga bernama Koko (53) membenarkan jika ada aktivitas prostitusi di wilayah itu.

Bukan satu atau dua tahun, melainkan sudah berlangsung sejak 1985.

“Benar itu kan istilahnya tempat malam gitu, sejak tahun 1985. Dari tahun segitu sampai sekarang malah tambah banyak,” kata Koko saat ditemui Warta Kota di Jalan Tubagus Angke, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Jumat.

Menurutnya, setiap malam mulai pukul 21.00 WIB, akan ada orang yang mendirikan tenda-tenda di sepanjang Jalan Tubagus Angke.

Koko bahkan hapal betul jumlah serta titik lokasi tenda-tenda tersebut.

Pasalnya sejak tahun 1985 itu, tempat prostitusi liar tersebut tak bergeser sedikitpun.

Berita Lainnya:
Bak 'Pembunuh Berdarah Dingin', Terungkap Cara TNI AL Kelasi Jumran Habisi Jurnalis Juwita

Koko mengatakan, total ada 14 tenda yang masing-masingnya diisi oleh 3-4 wanita malam atau bahkan lebih.

“(Tenda) buat cewek malam. Perempuan-perempuan malam uang keliaran gitu. Cewek enggak beres. Pengunjung banyak yang tiap malam main,” jelas Koko.

Koko berujar, biasanya para pelanggan tempat prostitusi liar itu adalah pengendara laki-laki yang melintas kemudian melipir untuk jajan.

Kendati begitu, Koko menyebut jika dirinya dan warga tak bisa berbuat apa-apa sekalipun ia merasa resah.

“Resah enggak resah si, habis gimana kebiasaan mata pencaharian. Enggak bisa ditegur, istilahnya mata pencahariannya begitu mau gimana,” kata dia.

1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

ADVERTISMENTS