NASIONAL
NASIONAL

Prabowo-Mega akan Singkirkan Jokowi?

OLEH: TONY ROSYID

   

PARTAI Gerindra ngebet untuk ketemu Megawati. Tapi, hingga hari ini belum terlaksana. Di sisi lain, pertemuan di level kedua yaitu antara Sufmi Dasco Ahmad (Ketua Harian Gerindra) dan Puan Maharani (Wakil Ketua PDIP), kabarnya sudah lama terjalin dan sangat intens.

Dipecundangi Jokowi, tentu ini hal teramat berat bagi psikologi Megawati. Kontra pilpres dan kalah, suara PDIP yang digerogoti, dan gagal gugatannya di Mahkamah Konstitusi (MK) membuat kekalahan Megawati sangat telak.

Saat ini, Prabowo butuh Magawati. Pertama, karena PDIP yang dipimpin Magawati adalah partai pemenang pemilu. Bagi Prabowo, ini cukup merepotkan jika PDIP memilih jadi oposisi. Harus melawan partai pemenang pemilu.

Ketika PDIP pada akhirnya mengambil pilihan untuk menjadi oposisi, maka ini akan menjadi pemicu bagi parpol-parpol pendukung paslon 01 yaitu NasDem, PKB dan PKS untuk minimal menaikkan harga tawar kepada Prabowo.

Setelah Prabowo-Gibran dilantik dan resmi jadi presiden Oktober nanti, jika PDIP tidak ikut bergabung, maka PKB dan Nasdem, termasuk PKS jika diajak, ketiga parpol ini bisa menaikkan daya tawar yang tinggi. Sebab, Prabowo amat sangat membutuhkan tambahan partai-partai di luar parpol pengusungnya.

Jika kepentingan PKB, Nasdem dan PKS tidak diakomodir oleh Prabowo, tiga partai ini bisa bergabung dengan PDIP untuk mengambil langkah oposisi. Meski kemungkinan ini sangat kecil.

Jika PDIP, PKS, PKB dan Nasdem jadi oposisi, maka ini bisa jadi petaka buat Prabowo. Hasil Pileg 2024, empat partai pengusung 01 dan 03 ini punya 300 kursi di DPR. Ini kira-kira setara dengan 51,73%. Jumlahnya mayoritas di parlemen. Sementara parpol pengusung Prabowo yaitu Gerindra, Golkar, PAN dan Demokrat hanya punya 280 kursi di DPR. Setara dengan 48,27%. Minoritas di parlemen.

Karena itu, penting bagi Prabowo untuk terus membujuk PDIP gabung di koalisi pemerintahan. Jika rayuan Prabowo ini berhasil dan PDIP gabung, maka Prabowo cukup percaya diri untuk menghadapi tekanan dari parpol-parpol lainnya. Prabowo juga akan merasa aman dari upaya “impeachment” ketika menjadi presiden.

Kedua, dengan menggandeng Megawati, Prabowo juga bisa menetralisir tekanan dari Jokowi. Ini mirip dengan strategi Jokowi selama jadi presiden. Jokowi menggandeng parpol-parpol lain, juga kalangan TNI AD, terutama Luhut Binsar Panjaitan (LBP) dan gengnya untuk menghadapi penetrasi Megawati selama 10 tahun menjadi presiden.

Strategi ini tidak hanya sukses, tapi juga berhasil mengalahkan capres yang diusung Megawati dan sekaligus menurunkan suara PDIP di Pemilu 2024.

Kenapa Jokowi berkepentingan untuk menurunkan suara PDIP, sebagaimana pengakuan Andi Widjajanto, mantan Gubernur Lemhanas itu? Sebab, kekuatan PDIP adalah ancaman bagi pemerintahan yang didukung oleh Jokowi. Dalam hal ini adalah Prabowo-Gibran.

Di sisi lain, Jokowi telah gagal menjadikan PDIP di posisi kedua atau ketiga. Pemilu 2024, PDIP tetap menjadi pemenangnya dan menempati posisi nomor satu.

Dengan dominannya Jokowi atas Prabowo saat ini dan jumlah kursi partai pengusung Prabowo-Gibran yang kalah besar dengan parpol pengusung pihak lawan, maka mengajak Magawati gabung adalah pilihan yang amat penting dan harus ditempuh.

Bagaimanapun caranya. Kalau semua parpol pengusung paslon 01 dan 03 menyatakan sepakat tidak bergabung dengan Prabowo, maka ini akan benar-benar merepotkan dan bisa menjadi bumerang bagi pemerintahan Prabowo-Gibran.  Apalagi, Pilpres 2024 diyakini oleh para pendukung paslon 01 dan 03 diwarnai kecurangan.

Hingga hari ini, Megawati belum membuat keputusan.   Kelihatannya cenderung lebih memilih oposisi. Indikatornya? Pertama, Ganjar-Mahfud tidak hadir dalam penetapan pemenang Pilpres 2024 oleh KPU. Bahkan mereka menyatakan bahwa demi menjaga etika Politik Ganjar dan Mahfud tidak akan ikut gabung ke pemerintahan Jokowi.

Kedua, PDIP sedang mengajukan gugatan ke PTUN atas dugaan “abuse of power”. Ini sinyal kuat PDIP untuk memilih jalan oposisi.

Sementara Nasdem mulai kelihatan cukup genit dalam bermanuver. PKB intens komunikasi dengan pihak Prabowo. Kedua partai ini mencoba menawarkan PKS untuk ikut gabung di tengah resistensi parpol pendukung Prabowo-Gibran kepada partai dakwah ini.

1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya