Istri Brigadir Ridhal Menangis Histeris, Rumah Duka Terus Ramai Didatangi Pelayat

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

image_pdfimage_print

BANDA ACEH  – Seusai disalatkan di Masjid Nurul Iman Perum Kalasey Indah jenazah Brigadir Ridhal Ali Tomi(RAT) dkebumikan di pemakaman Muslim Kalasey, Minahasa, Sulawesi Utara.

ADVERTISEMENTS
ad40

Istri Brigadir RAT berteriak histeris saat jasad hendak diturunkan ke dalam liang lahad. Istri Brigadir RAT Novita Husain menangis histeris sampai terjatuh.

ADVERTISEMENTS

Melihat situasi tersebut beberapa sanak saudara dan kerabat dekat berusaha memapahnya. Ada yang berupaya mengoleskan minyak kayu putih di hidungnya. 

ADVERTISEMENTS

Dalam kondisinya yang lemah itu, Novita memanggil nama anak laki-laki bernama Adam.

“Adam, Adam, Adam,” panggil Novita kepada anaknya.

Adam datang tak lama Novita bersama anak laki-lakinya tersebut. Keluarga yang datang melayat pun ikut memeluk Novita Husain, menangis bersama-sama.

“Ali ini orangnya baik,” ujar salah satu pelayat di rumah duka.

Peti jenazah Brigadir Ridhal Ali Tomi diberangkatkan menggunakan kargo pesawat Garuda Indonesia pukul 02.27 WIB dari Bandara Soekarno-Hatta dan tiba di Bandara Sam Ratulangi Manado sekira pukul 06.34 Wita. 

Pantauan Tribun di rumah duka kawasan perumahan Kalasey Indah beberapa warga ada yang terlihat berbincang

juga ada yang merapihkan kursi dan menyapu halaman rumah.

Rudi, satu kerabat sempat menceritakan sosok Brigadir RAT. Kata dia Brigadir RAT adalah figur yang baik dan ramah.

“Dia juga suka bercanda dengan warga sini,” kata Rudy ditemui di rumah duka.

Ajudan Polwan

Polresta Manado mengklaim bahwa Brigadir Ridhal Ali Tomi (RAT) tak menjelaskan apapun ketika mengajukan izin ke Jakarta termasuk soal kabar menjadi ajudan seorang anggota Polisi Wanita (Polwan).

Kasi Humas Polresta Manado Ipda Agus Haryono menjelaskan bahwa Brigadir RAT hanya menyampaikan pada pihaknya yakni untuk mengunjungi rumah kerabatnya di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

“Ndak ada, ndak ada penjelasan lain (kecuali izin kunjungi kerabat di Jakarta). Kalau dari kita dia mengajukan izin ke rumah kerabat, itu sepengetahuan kita ,” kata Agus.

Meski begitu Agus menuturkan bahwa saat ini pihaknya bersama Polres Metro Jakarta Selatan masih mendalami kematian Brigadir RAT yang diduga bunuh diri.

“Makannya untuk hal yang lain masih perlu pendalaman. Dari Polres Metro Jakarta Selatan kan

masih pendalaman kita juga masih melakukan pendalaman,” pungkasnya.

Kabar Brigadir RAT menjadi ajudan polwan diungkapkan oleh sang istri yakni Novita Hussain.

Menurut Novita, sebelum pergi ke Jakarta dari asal mereka di Manado, Sulawesi Utara, suaminya pamit untuk urusan kerjaan.

“Ke Jakarta katanya menjadi ajudan. Saya tahu bosnya itu polwan yang bawa dia ke Jakarta,” ujar Novita.

Namun, ia enggan menyebut nama bos suaminya itu.

“Mohon maaf,” sambungnya.

Ia juga menambahkan bahwa sebelum dikabarkan meninggal dunia, suaminya sempat curhat soal pekerjaan. Dari curhatan itu, diketahui Novita, bahwa suaminya tak nyaman lagi bekerja dengan bosnya.

“Lewat telepon, almarhum bilang sudah tidak nyaman lagi kerja di situ. Saya tidak tahu apa maksudnya,” ujarnya.

Pengusaha Tambang

Indra Pratama, pemilik rumah di Jalan Mampang Prapatan IV nomor 20, Jakarta Selatan mengaku mengenal sosok anggota Polresta Manado Brigadir Ridhal Ali Tomi alias RAT.

Dia menyebut mengenal korban saat dirinya berkunjung ke Manado, Sulawesi Utara (Sulut)  untuk urusan pekerjaan.

“(Kenal) pada saat saya datang ke Manado. Ya urusan pekerjaan ya. Saya lupa tahunnya. Intinya itu saja,” kata Indra.

Namun, dia membantah jika menjadikan korban sebagai pengawalnya. Dia tak memberikan penugasan apapun kepada korban.

“Tidak ada, tidak ada, tidak ada (pengawalan). Memang saya kenal, ya tapi tidak ada penugasan apa pun,”ucapnya.

Indra Pratama, penghuni rumah di Jalan Mampang Prapatan IV nomor 20, Jakarta Selatan tempat tewasnya Brigadir Ridhal Ali Tomi alias RAT juga membantah menyewa rumah tersebut.

Dia mengklaim jika rumah mewah tersebut merupakan rumah pribadinya sendiri.

“Rumah saya, rumah saya. Bukan (menyewa),” kata Indra.

Dia membenarkan jika Brigadir RAT memang sempat berkunjung dan tinggal di rumahnya tersebut selama sepekan sebelum tewas. Namun dia menyebut jika kedatangan Brigadir RAT hanya untuk menjalin silaturahmi.

“Oh enggak dia baru seminggu berkunjung di sini ya. Dia tujuannya ke sini untuk silaturahmi, tidak lebih dan tidak kurang,” ungkapnya.

Tribun mencoba menelusuri siapa sosok pemilik rumah tersebut. Hasilnya, ternyata rumah tersebut milik Politisi Partai Golkar sekaligus mantan Menteri Perindustrian di Kabinet Indonesia Bersatu, almarhum Fahmi Idris.

Seorang sekuriti di perumahan persis samping rumah tersebut bernama Suryani mengonfirmasi jika rumah tersebut milik almarhum Fahmi Idris.

“Iya rumah Fahmi Idris,” kata Suryani saat ditemui di lokasi.

Namun, rumah tersebut diketahuinya sudah disewakan atau dikontrakkan meski tak mengetahui siapa sosok yang mengontrak tersebut.

Suryani mendapatkan informasi itu usai bertanya secara langsung ke mantan sekuriti yang berjaga di rumah tersebut. 

“Saya tanya belum lama. Pak ini dikontrak apa di jual? Dikontrak selama empat tahun,” kata Suryani menirukan percakapannya tersebut.  

“Saya ngomong baru kemaren sama (mantan) sekuritinya,” dia menambahkan.

Dia juga menyebut jika warga di sekitar mengetahui jika rumah tersebut milik Fahmi idris karena banyaknya karangan bunga saat Fahmi meninggal dunia pada 2022 lalu.

“Ada dari ujung sana sampai ujung sana,” ucap dia. 

Selain itu, Fahmi Idris semasa hidupnya juga dikenal dermawan dan membantu orang-orang di sekitar. 

“Semua tahu ini rumahnya di sini punya Fahmi Idris. Dia kan suka santunan yatim setiap hari Jumat anak-anak orang gak mampu kemari datang dibiayai sama dia. Itu almarhum Fahmi Idris,” ucap dia.

Terpisah, seorang karyawan yang pernah menjaga rumah semasa Fahmi Idris masih hidup, Sahrial itu menyebut jika rumahnya saat ini disewakan ke orang lain.

Dia saat ini menjaga rumah kosong yang masih milik keluarga Fahmi Idris yang tidak jauh dari rumah tersebut.

“Iya kalau gak salah (rumah) bukan dibeli kayaknya di kontrak,” ujarnya. 

Syahrial mengatakan, rumah itu sudah dua tahun terakhir ini ditinggali oleh orang lain yang bukan keluarga Fahmi Idris. 

“Kemungkinan dua tahun. Jadi pas meninggal gak lama di kontrak,” ujar dia. 

Tribun sudah mencoba mengonfirmasi hal tersebut kepada anak Fahmi Idris yakni Fahira Idris.

Namun, hingga artikel ini ditayangkan, Fahira Idris belum memberikan jawaban soal kepemilikan rumah tersebut saat ini

Exit mobile version