Kesaksian Sopir Bus Kecelakaan Maut di Ciater, Sempat Rasakan Ada yang Tidak Normal Saat di Tempat Ini

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

BANDA ACEH –  Sopir bus pariwisata yang mengalami kecelakaan maut di daerah Ciater, Subang bernama Sadira membagikan pengalamannya. Sempat merasa ada yang tidak normal.Sebelumnya terjadi kecelakaan maut yang menimpa bus pariwisata rombongan SMK Lingga Kencana di daerah Ciater, Subang, Jawa Barat. 

Kecelakaan yang terjadi pada bus pariwisata tersebut tepatnya terjadi di Jalan Palasari, Ciater sekitar pukul 18.45 WIB pada Sabtu (11/5/2024).

Tercatat sebanyak 11 penumpang bus rombongan SMK Lingga Kencana meninggal dunia dan 1 orang lainnya yakni pengendara motor akibat kecelakaan di Ciater tersebut.

Sopir bus pariwisata, Sadira mengatakan di tengah jalan ia mulai menyadari bahwa ada masalah pada bus yang dikendarainya.

Berawal dari hari Jumat (10/5/2024) saat rombongan SMK Lingga Kencana berangkat dari Depok menuju Bandung.

Di Bandung, rombongan pergi ke Alun-Alun Bandung dan menginap di Cihampelas.

“Hari Jumat saya langsung menuju ke Alun-alun Bandung. Dari Alun-alun Bandung langsung nginap di Cihampelas. Masih normal-normal aja busnya,” kata Sadira, diwawancarai tvOne, Minggu (12/5/2024).

Setelah dari Cihampelas, rombongan kemudian melanjutkan perjalanan ke Depok. Namun, sebelumnya juga akan pergi ke Tangkuban Perahu.

Mulai dari situlah, Sadira merasakan ada yang tidak beres pada bus yang dikendarainya.

“Nah, di Tangkuban Perahu, saya sudah terasa tuh di atas,” kata dia.

Ia menjelaskan, bagian rem pada bus terasa tidak beres. Oleh karenanya, ia segera menghubungi montir dari rest area.

“Dikirimkan montir agar stabil kembali. Nah, dari situ ya kita kembali turun untuk mengarah ke Depok. Kan udah disetel kan sama montir, ya aman,” kata Sadira.

Selama perjalanan menanjak dan menurun di Tangkuban Perahu, Sadira merasa kondisi mobil baik-baik saja.

Di perjalanan, rombongan pun mampir ke sebuah rumah makan Bang Jun yang terletak di Ciater.

Saat berhenti di rumah makan tersebut, Sadira sempat memeriksa rem sebelum melanjutkan perjalanan.

Melanjutkan perjalanan setelah dari rumah makan tersebut, ia pun mulai merasakan ada yang tidak beres lagi.

“Nah sampai Bang Jun melanjutkan perjalanan, di situlah saya baru terasa, kok ini angin habis?” kata dia.

“Ternyata begitu masuk gigi itu sudah nggak bisa karena posisi rem masih diinjak, mau masuk gigi itu udah nggak bisa. Saya lihat anginnya habis,” lanjut dia.

Panik..

Sempat panik, ia langsung mengatakan kondisi bus pada penumpang bahwa ada yang bermasalah pada rem. 

Ia pun meminta agar para penumpang untuk berpegangan.

“Saya inisiatif untuk mencari tempat yang turunan, bukan bahu jalan, tapi jalan penyelamat. Ternyata tidak ada,” kata dia.

Sadira khawatir jika tidak dihentikan paksa maka mobil akan terus melaju turun dan menabrak semakin banyak kendaraan lain.

Akhirnya, ia melihat tiang listrik dan langsung menabrakkan bus yang dikendarainya di situ.

Sayangnya, ia tidak menyadari bahwa ada kendaraan bermotor di bagian ia membelokkan bus dan berakhir tertabrak.

“Jadi terpaksa sebelum mobil lewat, saya buang ke kanan, ternyata di kanan ada motor satu. Karena saya lihat ada tiang listrik. Kalau tidak ada tiang listrik itu mobil masih jalan terus,” kata dia.

Saat membuang setir ke kanan, tiba-tiba bus pun terbalik dan menyebabkan korban meninggal sebanyak 12 orang.

Exit mobile version