Faktanya, kelompok perlawanan Lebanon tersebut memperkirakan dalam 961 operasi, mereka mengklaim mampu membunuh atau melukai lebih dari 2.000 tentara Israel.
Sejak itu, jumlah korban di kalangan tentara Israel diperkirakan meningkat, karena kelompok tersebut telah melampaui 1.000 operasi yang dilancarkan melawan pasukan pendudukan Israel pada tanggal 9 Februari.
Berisko Kehancuran Total Bagi Kedua Kubu
Pakar militer Israel bernama Yossi Melman mengklaim apabila perang Israel-Hizbullah terjadi akan membuat kedua belah pihak hancur total (mutually assured destruction atau MAD).
MAD adalah istilah yang muncul pada Perang Dingin ketika Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet berkonflik.
Kala itu perang nuklir berskala besar antara AS dan Uni Soviet diusahakan dicegah.
Jika salah satu negara itu melancarkan serangan nuklir ke negara satunya, negara yang diserang akan membalasnya dengan serangan nuklir juga.
Serangan-serangan nuklir itu, apabila terjadi, diperkirakan akan membuat kedua negara hancur.
Melman mengatakan situasi di perbatasan Israel-Lebanon menjelang Operasi Banjir Al-Aqsa tanggal 7 Oktober 2023 adalah versi konvensional dari doktrin MAD.
Dia menyebut baik Israel maupun kelompok perlawanan Israel memiliki senjata yang mampu mengancurkan kota-kota Israel, termasuk infrastruktur militer dan sipil.
Senjata itu juga akan membuat ratusan ribu nyawa melayang.
Pada saat ini meski sedang tidak dalam situasi perang besar-besaran, Hizbullah telah meluncurkan ribuan rudal, mengerahkan pesawat tanpa awak, dan tembakan artileri.
Serangan itu diarahkan ke target yang berada di dekat perbatasan Israel-Lebanon dan permukiman yang jauh dari perbatasan.
Puluhan ribu warga Israel di perbatasan terpaksa mengungsi akibat serangan tersebut.
Melman mengatakan rudal Hizbullah telah menghantam banyak pangkalan militer Israel di Komando Utara, termasuk pangkalan pengendali lalu lintas udara bernama Meron.
Sementara itu, dari sisi Israel, Melman mengatakan pasukan Israel menjalankan operasi militer di Lebanon dengan serangan udara dan pesawat tanpa awak, artileri, rudal, dan tindakan pembunuhan.
Dia mengklaim serangan itu telah menghancurkan banyak pangkalan Hizbullah dan gudang rudalnya.
Meski demikian, Melman mengatakan ada “kenyataan pahit” yang harus dihadapi Israel.
Kenyataan itu ialah bahwa kerusakan yang dialami Hizbullah tidak besar.
Dia menyebut para pejuang Hizbullah mundur sekitar 2 km dari perbatasan. Gerak mundur itu adalah keputusan yang diambil pemimpin Hizbullah, bukan karena tekanan dari Israel.
Melman mengklaim gerak mundur itu bertujuan untuk mengurangi jumlah korban jiwa.
“Hizbullah sangat sensitif mengenai jumlah korban jiwa di pihaknya,” ujar Melman.
Di samping itu, dia mengatakan Hizbullah kini belajar dari perang di Gaza.
Menurut Melman, kelompok itu memperhitungkan setiap langkahnya agar pasukan elite Radwan miliknya tetap aman seandainya konflik di perbatasan membesar menjadi perang total.
Perang akan berdampak mengerikan bagi Israel
Melman memperingatkan bahwa ada sejumlah pihak, termasuk pejabat yang meyakini Israel tak punya pilihan kecuali menyerang Lebanon setelah perang di Gaza berakhir.
Dia menyebut Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Keamanan Israel Yoav Gallant sebagai dua di antara pihak yang mendukung pilihan itu.
Adapun sejumlah mantan pejabat keamanan dan militer milih menentangnya, termasuk Benny Gantz dan Gadi Eisenkot.
Melman meyakini dalam perang selanjutnya antara Hizbullah-Israel, Lebanon akan mengalami kehancuran parah.
Namun, kehancuran juga akan dialami oleh Israel.
Dalam beberapa tahun tahun terakhir Melman ikut dalam sejumlah briefing untuk Kepala Staf dan Komandan Front Dalam Negeri.
Dia menyebutkan gambaran mengerikan tentang kehancurkan yang bisa ditimbulkan di Israel oleh Hizbullah.
Kata dia, Hizbullah memiliki banyak rudal. Jumlahnya antara 120.000 dan 150.000 serta bisa menjangkau tempat mana pun di Israel.