SEJARAH

Saat Perampok Keji Jadi Wali Sufi: Fudhail bin Iyadh

image_pdfimage_print

Keheranan, laki-laki itu tak kuasa berkata apa-apa.

ADVERTISEMENTS
Kartu ATM di Rumah, Action Mobile di Tangan

Dikatakan, ‘sudah dari sononya’ Fudhail sangat sopan dan berbudi luhur. Ia tak pernah mengambil barang-barang milik wanita dalam suatu kafilah. Ia juga tak pernah mengambil barang orang-orang yang hanya punya sedikit harta. Ia selalu meninggalkan korbannya dengan sedikit menyisakan harta mereka.

ADVERTISEMENTS
Bank Aceh Syariah Mengucapkan Selamat Hari Pahlawan 10 November 2024

***

ADVERTISEMENTS
Memperingati 96 Tahun Sumpah Pemuda dari Bank Aceh Syariah

Dalam “Hilyah Al-Awliya wa Thabaqat Al-Asyfiya” karya Abu Nu’aim Al-Ishfahaniy (wafat 430 H) diceritakan sebagai berikut:

ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses atas Pelantikan Ketua DPRA, Wakil Ketua I DPRA dan Wakil Ketua II DPRA

Suatu saat, setelah Fudhail bin Iyadh bertobat, ia mendatangi para anak buahnya. Kedatangan Fudhail bermaksud menghapuskan janji-janji yang telah disepakatinya dahulu, yang menyangkut pekerjaan rutin mereka, merampok dan menyamun.

ADVERTISEMENTS
Pertemuan Tahunan Perbankan Syariah 2024

Seluruh anak buah Fudhail menyetujui penghapusan janji-janji tersebut, kecuali seorang perampok Yahudi dari Abiward.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari Santri Nasional

“Sekarang kita bisa dengan mudah mengejek pengikut Muhammad ini,” kata Si Yahudi, berbisik kepada temannya sambil menahan tawa. “Wahai Fudhail,” kata dia,” Aku bersedia menghapuskan janji setia di antara kita. Namun syaratnya, kau harus meratakan bukit itu,”Si Yahudi menunjuk sebuah bukit pasir.

Berita Lainnya:
Mobil TV One Tabrakan dengan Truk di Pemalang, 3 Orang Dikabarkan Tewas

“Bukit itu tidak mungkin dapat diratakan manusia kecuali dengan waktu yang sangat lama,” Fudhail bergumam dalam hati.

Namun demikian, demi menghapuskan perjanjian itu Fudhail menyetujui permintaan bekas anak buahnya tersebut. Hingga berhari-hari Fudhail belum juga mampu untuk meratakannya.

Suatu pagi, ketika Fudhail yang telah lelah menyekopi bukit tersebut, datanglah sebuah badai yang dengan sekejap meratakan bukit tersebut. Si Yahudi yang melihat kejadian tersebut panik bukan main, dan berkata, “Sesungguhnya aku bersumpah tidak akan pernah memaafkanmu kecuali engkau memberiku uang.”

“Sekarang taruhlah tanganmu di bawah karpet ini, ambillah segenggam penuh emas dan berikan kepadaku. Setelah itu barulah sumpahku terpenuhi, dan aku pun memaafkanmu.”

Berita Lainnya:
Rocky Gerung Prediksi 2-3 Minggu Prabowo Lakukan Reshuffle Kabinet

Fudhail memasuki rumah Si Yahudi. Yahudi tersebut menaruh tanah di bawah karpet tersebut. Fudhail menaruh tangannya di bawah karpet tersebut dan mengambil segenggam penuh uang dinar, lalu diberikannya kepada Si Yahudi.

“Dengan uang emas ini, berarti terhapus sudah perjanjian kita,” kata Fudhail.

Melihat hal tersebut, Si Yahudi terdiam. Ia tidak menyangka, keajaiban kembali mendatangi Fudhail bin Iyadh. Dengan terbata-bata, Si Yahudi meminta Fudhail mengislamkannya.

***

Dalam kitab yang ditulisnya dengan judul “Madāriju al-Sālikīn” Imam Ibnu al-Qayyim al-Jauziah menukil untaian hikmah dari Fudhail bin Iyādh. Fudhail pernah berkata,”Ada lima indikator kesengsaraan, yakni hati yang keras, air mata yang membeku, rasa malu yang berkurang, cinta dunia, dan angan-angan yang berlebihan.” [Sumber : Hilyah Al-Awliya wa Thabaqat Al-Asyfiya dan Tadzkiratul Auliya]

1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya