Gedung ini merupakan gedung bank syariah pertama yang mengusung konsep ramah lingkungan atau Green Building. Peresmian gedung ini juga didampingi oleh Direktur Utama BSI Hery Gunardi, Komisaris Utama BSI Muliaman D. Hadad, Pj Gubernur Aceh Bustami Hamzah dan Wali Nangroe Aceh Tgk Malik Mahmud Al-Haythar.
Wapres mengatakan Gedung BSI Landmark Aceh diharapkan mampu merepresentasikan bank syariah yang modern dan menjadi penopang aktivitas operasional perbankan syariah, tetapi juga sebagai poros penggerak pertumbuhan ekonomi dan keuangan syariah di Aceh.
Selanjutnya Wapres menyampaikan bahwa peningkatan layanan keuangan syariah di Aceh harus didukung dengan berbagai aspek. Pertama, perluas jangkauan dan perkuat layanan perbankan syariah. Dorong ekspansi dan peningkatan kualitas layanan perbankan syariah sehingga industri perbankan syariah di Aceh lebih kompetitif dan berdaya saing. Kedua, mengembangkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia perbankan syariah. Ketiga, peningkatan literasi, inklusi, dan digitalisasi keuangan syariah di Aceh melalui kolaborasi dan sinergi dengan berbagai pihak serta memperluas edukasi keuangan syariah, mulai dari tingkat sekolah, pesantren, universitas, hingga komunitas masyarakat.
Gedung ini sendiri merupakan wujud nyata komitmen dari BSI untuk memajukan perekonomian di Bumi Serambi Mekah pasca implementasi Qanun keuangan syariah pada 2018. Aceh menjadi contoh bagaimana ekonomi syariah bisa maju dan berkembang serta meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Hadirnya BSI di Aceh memberikan dampak positif bagi perputaran ekonomi setempat melalui dukungan terhadap UMKM. BSI membangun UMKM Center dengan jumlah binaan sebanyak 1.757 orang. Selain itu BSI sedang melaksanakan BSI Aceh Muslimpreneur yang diharapkan mencetak 5.000 wirausaha muda baru.
Per Maret 2024, nasabah UMKM BSI di Aceh mencapai 108.029 nasabah dengan total penyaluran pembiayaan UMKM sebesar Rp8,43 triliun. Adapun kinerja BSI Aceh secara tahunan Aset BSI di Aceh tumbuh 12,49% menjadi Rp20,54 triliun. Per posisi Maret 2024 yakni penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp16,70 Triliun, penyaluran pembiayaan Rp19,79 Triliun tumbuh 13,47% year on year dengan kualitas pembiayaan yang sehat dengan NPF pada posisi 1,90%.
BSI terus mengoptimalkan layanan sesuai kebutuhan masyarakat Aceh terutama dalam hal percepatan ekonomi, sosial dan pariwisata. Sejak November 2023 lalu BSI telah menjadi bank pembayaran untuk VOA (Visa on Arrival) bagi para wisatawan asing yang berkunjung ke Aceh. Selain itu BSI juga menyediakan 704 mesin ATM berlogo VISA dan Mastercard yang memungkinkan wisatawan asing melakukan penarikan uang tunai di mesin ATM BSI.
Selain itu BSI juga memiliki 17.106 BSI Agen di seluruh wilayah Aceh dan juga bekerjasama dengan 39.073 QRIS merchant. Adapun kantor cabang BSI di Aceh berjumlah 160 kantor cabang yang tersebar hingga kabupaten.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan “Kami akan hadir selamanya di Aceh dan menunjukkan komitmen jangka panjang dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di Aceh.”
Gedung ini terdiri dari 10 lantai dengan tinggi 46,6 meter yang memiliki ruang terbuka hijau dan pemanfaatan material hardscape ramah lingkungan dan mengoptimalkan penyerapan air pada lahan yang tersedia.
“Gedung Landmark BSI Aceh ini adalah gedung bank syariah pertama yang mengunakan konsep green building sebagai implementasi praktik environmental, social, and governance (ESG). Sekitar 30% kebutuhan energi disupply dari solar panel dan juga melakukan pengelolaan air limbah secara baik,” ujar Hery.
Desa Binaan Suport Nilam dan Kopi Aceh
Setelah peresmian Wapres dan Direktur Utama BSI Hery Gunardi meninjau showcase desa binaan dan UMKM BSI serta meninjau layanan operasional cabang BSI di banking hall.
Bersamaan dengan launching Gedung Landmark BSI Aceh, Ma’ruf Amin juga meresmikan dua Desa Binaan BSI Klaster Nilam dan Kopi. Klaster Perkebunan kopi di Desa Gegerung dapat menghasilkan panen sebesar 69 ton dengan lahan seluas 30 Ha, dan jumlah mitra sebanyak 600 jiwa. Sementara klaster Perkebunan nilam di Desa Blang Mee mampu menghasilkan 4.199 kg panen daun kering dan 102 kg sulingan minyak, dengan lahan pada tahap 1 seluas 6,6 Ha dari 20 Ha lahan yang direncanakan. Desa binaan ini memiliki mitra sebanyak 365 jiwa.
“Desa binaan diharapkan membantu meningkatkan ekonomi di desa dan memberikan kesejahteraan yang lebih luas pada masyarakat Aceh,” kata Ma’ruf.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan kopi dan nilam adalah produk unggulan Provinsi Aceh yang memiliki kualitas terbaik untuk dipasarkan ke mancanegara. Karenanya BSI ingin agar kedua produk tersebut dapat memenuhi permintaan pasar dalam negeri serta pasar global.
“Nilam Aceh ini merupakan salah satu yang terbaik namun angka produksinya mulai berkurang, karenanya BSI ingin memfasilitasi para petani nilam untuk bangkit dan mengembangkan nilam sehingga memberikan manfaat ekonomi yang lebih optimal, sedangkan kopi gayo yang merupakan kopi andalan dari Aceh harus ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya sehingga dapat memenuhi permintaan pasar lokal maupun pasar global sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan petani kopi,” kata Hery.
Desa binaan BSI merupakan program kolaborasi dengan BSI Maslahat untuk memfasilitasi pendampingan intensif, baik dalam aspek budidaya, peningkatan kapasitas dan penguatan kelembagaan petani, maupun pemasaran serta memfasilitasi bantuan modal usaha untuk pengembangan Kopi dan Nilam. BSI dan BSI Maslahat juga bekerjasama dengan stakeholders lainnya, baik itu pemerintah daerah, perguruan tinggi serta perusahaan lain dalam pelaksanaan program di Aceh.