Penulis: Andhika Wahyudiono**

PULUHAN ribu anggota serikat pekerja Samsung, yang tergabung dalam National Samsung Electronics Union (NSEU), akan melakukan mogok kerja pada 7 Juni 2024. Mogok ini terjadi karena negosiasi gaji yang tidak berjalan dengan baik. NSEU, yang beranggotakan 28 ribu orang atau seperempat dari seluruh tenaga kerja Samsung di Korea Selatan, merasa bahwa perusahaan tidak menunjukkan keinginan untuk bernegosiasi dengan baik. Pemimpin NSEU, Son Woomok, menegaskan bahwa serikat pekerja akan memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya. Menurutnya, banyak anggota serikat bekerja di unit semikonduktor, yang merupakan andalan Samsung. Jika perusahaan tidak ingin kinerjanya terganggu, negosiasi soal gaji dan bonus harus dilanjutkan.
Permasalahan ini menimbulkan dampak signifikan pada berbagai aspek, baik bagi perusahaan Samsung maupun ekonomi Korea Selatan secara keseluruhan. Pertama, dari sudut pandang operasional perusahaan, mogok kerja ini dapat menyebabkan gangguan besar dalam produksi, terutama di unit semikonduktor yang menjadi salah satu pilar utama pendapatan perusahaan. Gangguan produksi semikonduktor akan mengakibatkan penurunan output dan mengganggu pasokan produk di pasar global. Dampaknya tidak hanya terbatas pada penurunan pendapatan dan keuntungan perusahaan, tetapi juga memperburuk situasi jika permintaan pasar global sedang tinggi. Samsung bisa kehilangan pangsa pasar dan peluang bisnis yang berharga.
Selain dampak langsung terhadap produksi, mogok kerja juga mempengaruhi nilai saham Samsung. Ketidakpastian dan ketidakstabilan operasional biasanya menyebabkan penurunan kepercayaan investor. Hal ini berujung pada penurunan nilai saham perusahaan. Penurunan nilai saham ini tidak hanya merugikan perusahaan, tetapi juga berdampak negatif pada para pemegang saham dan investor lainnya. Dalam jangka panjang, situasi ini bisa merusak reputasi Samsung sebagai perusahaan yang stabil dan menarik bagi investor.