Selain itu, ada hambatan dalam hal keterbatasan pengetahuan dan pemahaman guru serta orang tua tentang nilai-nilai yang ingin disampaikan melalui simbol-simbol tersebut. Pendidikan karakter melalui simbol-simbol pahlawan nasional memerlukan dukungan dari seluruh ekosistem pendidikan, termasuk guru dan orang tua. Namun, jika para guru dan orang tua sendiri tidak memiliki pemahaman yang mendalam tentang sejarah dan nilai-nilai yang diwakili oleh para pahlawan, maka pesan yang disampaikan kepada anak-anak bisa menjadi kurang efektif. Oleh karena itu, diperlukan program pelatihan dan peningkatan kapasitas bagi para pendidik dan orang tua untuk memastikan bahwa mereka mampu mengkomunikasikan nilai-nilai tersebut dengan baik.
Hambatan lain adalah potensi munculnya persepsi negatif atau konflik kepentingan, terutama ketika figur publik terlibat dalam kegiatan pendidikan. Seperti yang terlihat dalam kritik Hasto terhadap Gibran, tindakan yang mungkin dimaksudkan sebagai upaya kepedulian sosial dapat dipersepsikan berbeda oleh publik. Ketika figur publik membagikan materi pendidikan yang menampilkan gambar anggota keluarga mereka, hal ini dapat dianggap sebagai bentuk promosi pribadi atau keluarga, yang berpotensi merusak kepercayaan publik. Untuk mengatasi hal ini, figur publik harus berhati-hati dan bijaksana dalam memilih cara mereka berkontribusi terhadap pendidikan, memastikan bahwa tindakan mereka murni untuk kepentingan masyarakat tanpa ada unsur kepentingan pribadi.
Selain itu, tantangan lainnya adalah menjaga keseimbangan antara penggunaan simbol-simbol tradisional dengan kebutuhan untuk mengenalkan simbol-simbol baru yang relevan. Meskipun pahlawan nasional memiliki nilai sejarah yang penting, ada juga kebutuhan untuk mengenalkan figur-figur inspiratif masa kini yang dapat menjadi teladan bagi anak-anak. Ini termasuk tokoh-tokoh dari berbagai bidang seperti ilmu pengetahuan, seni, dan olahraga yang juga membawa nilai-nilai positif dan relevan dengan dunia modern. Menyeimbangkan antara penghormatan terhadap warisan sejarah dan pengenalan simbol-simbol baru adalah tantangan yang perlu dihadapi dalam pendidikan karakter.
Akhirnya, ada juga hambatan dalam bentuk resistensi terhadap perubahan dari berbagai pihak yang mungkin merasa nyaman dengan status quo. Mengubah cara simbol-simbol pendidikan disajikan memerlukan upaya dan waktu, serta komitmen dari berbagai pihak termasuk pemerintah, sekolah, dan masyarakat. Untuk mengatasi resistensi ini, diperlukan pendekatan yang inklusif dan partisipatif, melibatkan berbagai stakeholder dalam proses perubahan agar mereka merasa memiliki dan mendukung inisiatif tersebut.
Secara keseluruhan, pendidikan karakter melalui simbol-simbol yang tepat memerlukan pendekatan yang hati-hati dan strategis. Tantangan dan hambatan yang ada harus dihadapi dengan solusi yang kreatif dan kolaboratif, memastikan bahwa tujuan utama yaitu membentuk generasi muda yang berintegritas dan berjiwa patriotik dapat tercapai dengan efektif.
**). Dosen UNTAG Banyuwangi