Sehingga dikhawatirkan Anies akan mengalami kekalahan, yang justru akan beresiko Anies akan terjun bebas di dunia perpolitikan di tanah air, termasuk mengusik marwah para ulama pendukungnya. Kecuali ulama kawe-kawe , dalam perspektif “makelar politik”.
Terlebih (tidak apriori) jiwa leadership perlawanan Anies hanya sekedar formalitas atau normatif, cukup melalui litigasi.
Disayangkan Anies bukan sosok yang berkarakteristik pro aktif- progresif, Anies nampak berkesan kuat, minim keberanian untuk mempresentasikan perjuangan dengan pola pemimpin, yang terbuka mengajak atau menghimbau masyarakat pendukungnya, untuk menggunakan amanah ketentuan sitik hukum atau perundang-undangan terkait “peran serta masyarakat, sebagai representatif sebuah perlawanan dalam wujud penyampaian pendapat dimuka umum sebagai bentuk lain upaya hukum non litigasi.
Namun Anies harus diakui selain cerdas dan inovatif dalam berkarya, juga sosok yang pahami etika atau memiliki moralitas yang tinggi.
Adapun karakter leadership Anies yang bakal memilih pola normatif (litigasi), tercermin saat pra dan saat bergulirnya masa kampanye, serta pasca pilpres 2024, ketika memiliki bukti banyaknya kecurangan yang dilakukan oleh KPU selaku wasit atau penyelenggara pemilu, berikut putusan inkracht MKMK dan pelaku pelanggaran oleh oknum-oknum lainnya, yang ada banyak faktanya, namun setelah vonis persidangan MK yang mengenyampingkan putusan inkracht MKMK. Anies, justru buru-buru mengucapkan selamat plus sebarkan senyuman kepada pemenang pilpres 2024 hasil daripada rekapitulasi KPU melalui Sirekap server asing yang dilegitimasi oleh MK.
Maka Pilpres 2024 dapat dijadikan parameter Pemilu Pilkada DKI Jakarta, yang dari skup/ wilayah pemilu, dan kepentingan kekuasaan seorang presiden RI serta modal anggaran tuk mendapatkan kursi Gubernur, tentunya tidak lebih fantastis dari pemilu pilpres ?
Olah karenanya kondisi poltiik pemilu pilkada, tidak bakal jauh dari fenomena politik pemilu pilpres 2024 karena individu-individu (stakeholder) rezim merupakan stok yang sama, dan peserta lawan Anies yang bakal diback up oligarkis atau politik kekuasaan, akan berkompetisi secara brutal, dengan pola machevialism, untuk memenangkan pilkada DKI.1 di 2024.
Lalu apakah Anies berada pada posisi oligarkis, atau kembali sebagai lawannya. Kemudian kembali berakhir, Anies bakal menyalami pemenangnya hasil rekapitulasi KPU. DKI. (*)