NASIONAL
NASIONAL

Komisi III DPR Sebut Ada Pegawai Kominfo yang Bekingi Situs Judi Online

image_pdfimage_print

BANDA ACEH -Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Pemberantasan Judi Online di akhir masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendapat apresiasi. Pembentugas Satgas Judi Online itu menandakan bahwa judi online merupakan kejahatan yang harus diperangi secara bersama-sama. 

ADVERTISEMENTS
Kartu ATM di Rumah, Action Mobile di Tangan

 

ADVERTISEMENTS
Bank Aceh Syariah Mengucapkan Selamat Hari Pahlawan 10 November 2024

“Satgas itu menandakan bahwa judol memang musuh rakyat dan kerusakannya dapat melebihi bahaya penyalahgunaan narkoba, yang sampai saat ini belum bisa diberantas oleh aparat penegak hukum kita,” kata Anggota Komisi III DPR RI dari fraksi Partai Demokrat, Santoso kepada wartawan, Selasa (18/6).

ADVERTISEMENTS
Memperingati 96 Tahun Sumpah Pemuda dari Bank Aceh Syariah

 

ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses atas Pelantikan Ketua DPRA, Wakil Ketua I DPRA dan Wakil Ketua II DPRA

Santoso menyatakan, sejak masa lalu judi merupakan penyakit masyarakat yang harus diperangi. Seiring berkembangnya teknologi informasi (IT) saat ini banyak dimanfaatkan oleh para pihak tidak bertanggung jawab atau bandar judi dengan membuat permainan judi melalui teknologi yang dikenal sebagai judi online (judol).

ADVERTISEMENTS
Pertemuan Tahunan Perbankan Syariah 2024

 

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari Santri Nasional

 

Bahkan, ia menyebut ada oknum Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yang membekingi situ-situs judi online. Mengingat, judi online merupakan jaringan lintas negara.

Berita Lainnya:
Dua Pakar Nilai Putusan Kasus Mardani H Maming Cacat Hukum: Kesesatan Peradilan yang Nyata

 

“Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa ada rumor jika ada oknum pegawai Kominfo yang turut bermain melindungi situs-situs judol itu,” ungkap Santoso.

 

Ia tak memungkiri, maraknya tindakan yang melanggar aturan oleh masyarakat di suatu negara memang tidak dapat berdiri sendiri. Kejahatan konvensional yang masif terjadi di suatu negara salah satu indikatornya karena banyak oknum dari aparat penegak hukumnya turut bermain melindungi pelaku kejahatan.

 

Tak heran, berdasarkan data Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Santoso mengatakan bahwa uang yang beredar sejak 2017 sampai dengan kwartal I tahun 2024 ini sekitar Rp 500 triliun. Sedangkan untuk kwartal I tahun 2024 saja sebesar Rp 167,68 miliar dengan 3.935 rekening yang telah diblokir.

 

 

“Itu uang yang sangat besar yang berasal dari rakyat yang berjudi melalui judol. Negara harus melindungi rakyatnya dengan menghentikannya operasi judol ini bagaimanapun caranya,” tegas Santoso.

Berita Lainnya:
Imbas Bantu Supriyani Guru Honorer Selama Proses Sidang, Jabatan Camat Baito Dicopot oleh Bupati

 

Karena itu, Santoso meminta Satgas Pemberantasan Judi Online dengan segala kewenangan yang dimiliki dan dukungan instansi terkait, harus dapat melakukan kerja sama untuk mengungkap bandar judi yang bisa saja berada di luar negeri.

 

“Karena judol menggunakan IT & lintas negara maka keterlibatan lembaga lain sangat perlu dilibatkan seperti BIN, Kejaksaan, Badan Cyber dan Sandi Negara,” papar Santoso.

 

Selain itu, Kapolri sebagai Ketua Harian Satgas Bidang Penegakan Hukum harus berani memecat oknum anggota yang terlibat melindungi dan dapat setoran dari bandar judol tanpa tebang pilih. 

 

“Karena kasus judol ini sudah masuk pada extraordinary crime maka rekening yang terindikasi pada judol di samping di blokir juga di publis di media atau oleh aparat penegak hukum,” pungkas Santoso.


Reaksi & Komentar

Berita Lainnya