Ali menyebut pergantian itu sebetulnya sudah terjadi seperti Bambang Susanto yang diberikan tugas baru dari sebelumnya Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara.
Melalui Keputusan Presiden Nomor 39/ M Tahun 2024, Bambang Susantono ditetapkan sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Kerja Sama Internasional Pembangunan IKN.
Meskipun posisi Kepala OIKN saat ini masih dijabat oleh Plt Basuki Hadimuljono, hal itu diyakini Ali Ngabalin tidak akan lama.
“Definitifnya tidak lama, saya kira tidak lama. Tetapi memang diharapkan lebih cepat karena amanah yang tugas yang diperintahkan Pak Presiden,” tambahnya.
Kemana Sepeda Jokowi?
Mantan Anggota DPR RI ini juga menjawab pertanyaan dari News Manager Tribun Network Rachmad Hidayat soal sepeda milik Presiden Jokowi yang mulai jarang terlihat di acara-acara ketika bertemu masyarakat.
Dia mengatakan, bahwa Presiden Jokowi masih konsisten memberikan sepeda kepada masyarakat ketika berhasil menjawab pertanyaan saat kunker Presiden.
Berikut petikan wawancara dengan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin bersama News Manager Tribun Network, Rachmad Hidayat dan News Anchor Tribun, Apfia Tioconny Billy:
Ini masih soal peralihan lagi nih Bang Ali hubungan Pak Prabowo dengan Pak Jokowi. Saat ini kan sudah memasuki masa transisi nih ya, kita menuju Oktober, itu seperti apa sih Bang Ali intensitas perbincangannya bisa dibagikan?
Lebih kepada, jadi gini, kalau posisinya ini sekarang kan Pak Prabowo sama Pak Jokowi ini kan, ini pertama kali terjadi di Indonesia dan hampir di seluruh dunia.
Pergantian pemimpin nasional itu, dia nyambung, connect. Anda berdua dan kita semua yakin, kita lihat, yang jadi presiden itu adalah Menteri Pertahanan yang beliau angkat. Jangan lupa lho, ini rival lho.
Pertama terjadi dalam sejarah dunia, bukan sejarah Indonesia. Pertama kali terjadi dalam sejarah dunia, ada rivalnya diminta dengan ketulusan hatinya menjadi Menteri Pertahanan, membantu beliau. Menteri Pertahanan itu, salah satu di antara tiga triumvirat.
Undang-undang dasar itu, tidak gampang. Jokowi begitu yakin dan percaya kepada Pak Prabowo, menjadikan beliau menjadi Menteri Pertahanan. Dan luar biasa Prabowo-nya, ini orang luar biasa, patriot, hebat.
Tahu betul-betul posisinya, pantas kalau beliau jadi presiden, pantas kalau mendapatkan dukungan 58 persen. Dia seorang jenderal, ada harta, gagah, berani, tapi luar biasa.
Berkali-kali kan kita lihat, ada karpet merah disiapkan, tapi dia tahu bahwa itu bukan untuk dia.
Dia tidak jalan di atas karpet merah. Dia tahu memposisikan diri, mana sebagai Menteri Pertahanan dan mana presiden. Kalau posisi inilah, maka kami itu tidak menggunakan istilah transisi.
Tapi sekarang ini adalah proses sinkronisasi, peralihan kekuasaan nasional. Karena Bapak Prabowo sehari-hari melihat cara memimpin Presiden Jokowi. Sehari-hari beliau bagaimana dia mengeluarkan instruksi.
Bagaimana dengan gaya solonya pas Pak Jokowi mengkomunikasikan. Biasanya Presiden Jokowi memanggil Pak Prabowo itu dengan Pak Menhan, Pak Prabowo. Sekarang Presiden menggunakan Mas Bowo.
Kapan itu peralihannya Bang?
Kemarin, sekitar sebulan lalu. Presiden sudah menyapa Pak Prabowo dengan Mas Bowo. Ini gaya orang Jawa.
Bukan gaya kita orang Timur ini. Bukan. Gaya orang Jawa.
Bagaimana mengangkat harta dan mertabat. Jokowi mengerti cara memposisikan Pak Prabowo itu sebagai Presiden tertinggi. Presiden mengutus Pak Prabowo bicara di forum-forum internasional.
Di luar negeri, di Timur Tengah, di Amerika, di Bali. Jadi, beliau berdua ini memang ditakdirkan Allah SWT. Menjadi pemimpin yang satu selesai, kemudian meneruskan.
Jadi, dari dulu dalam teori manajemen itu kan, pemimpin yang berhasil itu adalah pemimpin yang bisa menyiapkan pemimpin penggantinya yang lebih hebat dari dirinya. Dan itu Pak Jokowi sadar. Watak dan kepribadiannya Pak Prabowo luar biasa.
Bang Ngabalin, proses sinkronisasi ini, menurut Bang Ali yang ada di Istana, ada ga sih ganguan? Atau jangan-jangan Pak Jokowi jelang peralihan ini ada rencana untuk reshufle kembali?