Kamis, 04/07/2024 - 01:09 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

INTERNASIONAL

Bakteri Pemakan Daging Merebak di Jepang, Amankah Bagi Traveler Berkunjung?

Orang-orang yang memakai masker di Tokyo, Jepang. Bakteri pemakan daging merebak di Jepang.

JAKARTA — Publik dihebohkan dengan merebaknya wabah bakteri pemakan daging di Jepang. Jepang telah mencatat rekor jumlah kasus penyakit yang berpotensi mematikan yang disebabkan oleh bakteri pemakan daging.

Kasus infeksi bakteri ini sangat fatal dan mencapai rekor tertinggi di Jepang. Hingga tanggal 2 Juni ini, Kementerian Kesehatan Jepang telah mencatat 977 kasus yang memiliki angka kematian hingga 30 persen. Angka tersebut melampaui 941 kasus yang tercatat sepanjang tahun 2023 yang merupakan jumlah tertinggi yang dilaporkan dalam satu tahun sejak pencatatan dimulai.

Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS) dapat membunuh orang yang terinfeksi dalam waktu 48 jam. Dilansir laman Bangkok Post, Departemen Pengendalian Penyakit setempat memperingatkan traveler yang akan berangkat ke Jepang untuk melindungi diri dari infeksi bakteri pemakan daging.

Berita Lainnya:
Bakteri Pemakan Daging Mewabah di Jepang, Pasien Bisa Meninggal dalam 48 Jam

“Mereka yang berencana mengunjungi Jepang harus mengutamakan proteksi karena penyakit ini dapat menular dari manusia ke manusia melalui tetesan cairan tubuh dan luka. Kelompok rentan seperti orang lanjut usia, anak-anak dan wanita hamil, dan mereka yang memiliki luka terbuka atau sayatan bedah harus mengambil tindakan pencegahan khusus,” kata departemen tersebut.

 

Para traveler yang ingin pergi ke Jepang diimbau untuk menggunakan masker wajah, membawa hand sanitizer, pembalut luka, krim antibiotik, dan memiliki asuransi kesehatan. Menurut Pusat Perlindungan Kesehatan, infeksi Group A streptococcus (GAS) dapat menyebar dan membawa infeksi tersebut tanpa gejala. Penyakit ini dapat ditularkan melalui tetesan pernapasan, menyentuh luka orang yang terinfeksi, atau melalui kontak dengan peralatan yang terkontaminasi.

Berita Lainnya:
40 Ribu Muslim Palestina Tunaikan Sholat Idul Adha di Masjid Al-Aqsa

Dikutip dari South China Morning Post (22/6/2024), pakar penyakit menular dr Joseph Tsang Kay-yan mengatakan, sumber air panas dan pemandian umum meningkatkan kemungkinan tertular penyakit, karena orang-orang sering berganti pakaian, dan berbagi barang-barang umum seperti handuk. “Dalam kondisi seperti itu, kemungkinan terjadinya luka lebih besar,” ujar dr Joseph.

Traveler disarankan untuk melakukan perawatan luka yang tepat untuk mengurangi kemungkinan infeksi seperti segera membersihkan luka dan menutupnya dengan perekat tahan air hingga sembuh sepenuhnya. Para wisatawan juga direkomendasikan untuk sering menjaga kebersihan tangan, menghindari berbagai barang-barang pribadi, dan memakai masker medis jika pergi ke tempat keramaian. Jika mengalami gejala, segera cari pertolongan medis.

Sumber: Republika


Reaksi & Komentar

وَأُحِيطَ بِثَمَرِهِ فَأَصْبَحَ يُقَلِّبُ كَفَّيْهِ عَلَىٰ مَا أَنفَقَ فِيهَا وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا وَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُشْرِكْ بِرَبِّي أَحَدًا الكهف [42] Listen
And his fruits were encompassed [by ruin], so he began to turn his hands about [in dismay] over what he had spent on it, while it had collapsed upon its trellises, and said, "Oh, I wish I had not associated with my Lord anyone." Al-Kahf ( The Cave ) [42] Listen

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi