Senin, 07/10/2024 - 09:21 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

Debat perdana Pilkada, dimanfaatkan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta nomor urut 1 Ridwan Kamil dan Suswono untuk menyampaikan visi misinya. Debat dengan tema “Penguatan Sumber Daya Manusia dan Transformasi Jakarta menjadi Kota Global” berlangsung di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (6/10). Ridwan Kamil memaparkan lima prinsip kepemimpinan yang diajarkan oleh ibundanya, yang menjadi landasan dalam menjalankan kekuasaan. Menurutnya, kekuasaan adalah amanah sementara yang harus diemban dengan rajin, adil, dan bermanfaat bagi semua golongan, terutama kaum duafa. “Kekuasaan itu adalah ibadah, tidak untuk cari nafkah, cari popularitas, kekuasaan itu harus ada manfaat, kekuasaan itu harus adil kepada semua golongan dan kekuasaan itu harus mendahulukan kaum dhuafa,” jelasnya. Dalam debat tersebut, sosok yang akrab disapa RK itu menekankan pentingnya kesiapan sumber daya manusia menghadapi persaingan global menuju Indonesia Emas 2045, terutama bagi generasi Z. Ia menyampaikan bahwa sebagai seorang ayah dari anak Gen Z, dirinya memahami tantangan yang dihadapi generasi tersebut. Ia juga menyoroti pentingnya pelestarian budaya, khususnya budaya Betawi sebagai kearifan lokal di Jakarta. Selain itu, mantan Gubernur Jawa Barat itu memaparkan komitmennya dalam perlindungan terhadap perempuan, anak, dan penyandang disabilitas, serta perbaikan transportasi publik agar lebih aman dan nyaman. “Jakarta memang simpul dari segala budaya tapi budaya Betawi sebagai kearifan lokal tentu kita akan dahulukan dengan gerakan membangun budaya Betawi,” pungkasnya. Ridwan Kamil menutup visi misinya dengan menekankan perlunya tata kelola pemerintahan yang responsif dan adaptif, guna membangun rasa percaya antara rakyat Jakarta dan pemerintahannya. 2 jam lalu
ACEH

Dekan FK Unair Dipecat, Intervensi Pemerintah pada Institusi Pendidikan Dinilai Berlebihan

Pengamat kebijakan publik dan akademisi dari Universitas Syiah Kuala (USK), DR. Nasrul Zaman, mengecam tindakan ini sebagai langkah yang sangat mengkhawatirkan bagi kebebasan akademis, bahkan menjauh dari cita-cita dan semangat reformasi 1998.

“Kita berharap kasus terhadap Dekan FK Unair ini menjadi kasus terakhir dankasus ini tidak terulang di kampus-kampus PTN lainnya di Indonesia,” ujarnya.

Menurut Nasrul, peristiwa ini menimbulkan dampak serius terhadap iklim akademis yang diharapkan bebas nilai dan tidak berpihak. Suara kampus sebagai panggung ilmu pengetahuan yang objektif dan bermanfaat bagi masyarakat menjadi terancam.

“Ini sangat mencederai rasa ilmiah dan iklim akademis kampus yang bebas nilai dan tidak berpihak. Suara kampus adalah suara ilmu pengetahuan yang telah dipikirkan secara mendalam tentang kemanfaatan dan kebaikannya bagi rakyat Indonesia,” terangnya.

Kritik juga dilayangkan kepada Presiden Jokowi atas kebijakan dokter asing ini. “Kita meminta Presiden untuk merevisi kebijakan ini yang dinilai tidak mendesak dan tidak mempertimbangkan karakteristik sosial dan anatomi masyarakat Indonesia,” tambah DR. Nasrul.

“Pak Presiden pasti mengetahui bahwa karakteristik kultur sosial dan anatomi masyarakat Indonesia berbeda dengan rakyat negara lain, sehingga tidak serta merta dokter asing langsung mampu melayani warga Indonesia. Jangan sampai yang diharapkan manfaat tapi yang didapat malah lebih banyak mudaratnya bagi rakyat,” tutupnya. []


Reaksi & Komentar

لَّٰكِنَّا هُوَ اللَّهُ رَبِّي وَلَا أُشْرِكُ بِرَبِّي أَحَدًا الكهف [38] Listen
But as for me, He is Allah, my Lord, and I do not associate with my Lord anyone. Al-Kahf ( The Cave ) [38] Listen

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi