BANDA ACEH -Gelombang protes terbaru yang digelar ribuan warga Bangladesh di ibu kota Dhaka pada Minggu (4/8) berakhir rusuh hingga memakan puluhan korban jiwa.
Mereka berkumpul untuk menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Sheikh Hasina yang sudah 15 tahun berkuasa.
Mengutip Nikkei Asia, sedikitnya 27 orang tewas dan banyak yang terluka setelah para pendemo bentrok dengan polisi yang berusaha menertibkan situasi dengan menembakkan gas air mata dan melemparkan granat kejut.
Mengetahui kericuhan tersebut, Kementerian Dalam Negeri Bangladesh menetapkan jam malam nasional tanpa batas waktu mulai pukul 18.00 waktu setempat.
Ini merupakan keputusan pertama yang diambil pemerintah sejak protes mematikan yang melibatkan mahasiswa bulan lalu.
Dua pekerja konstruksi tewas dalam perjalanan menuju tempat kerja dan 30 orang terluka di distrik pusat Munsiganj, selama bentrokan tiga arah antara pengunjuk rasa, polisi, dan aktivis partai berkuasa, kata para saksi.
“Mereka dibawa ke rumah sakit dalam keadaan meninggal dunia dengan luka tembak,” kata Abu Hena Mohammad Jamal, pengawas rumah sakit distrik tersebut.
Polisi mengatakan mereka tidak melepaskan tembakan. Tetapi ketika beberapa bahan peledak rakitan diledakkan dan area tersebut berubah menjadi medan pertempuran.
Di distrik timur laut Pabna, sedikitnya tiga orang tewas dan 50 orang terluka selama bentrokan antara pengunjuk rasa dan aktivis Liga Awami yang berkuasa.
Menurut pejabat rumah sakit nasional, dua orang lagi tewas dalam kekerasan di distrik utara Bogura, dan 20 orang tewas di sembilan distrik lainnya.
Menteri Kesehatan Samanta Lal Sen mendapat laporan bahwa kerusuhan telah mencapai lokasi rumah sakit.
Dikatakan bahwa sekelompok orang merusak rumah sakit perguruan tinggi kedokteran dan membakar kendaraan, termasuk ambulans di Dhaka.
“Serangan terhadap rumah sakit tidak dapat diterima. Semua orang harus menahan diri dari tindakan ini,” tegas Lal Sen.
Untuk kedua kalinya selama protes baru-baru ini, pemerintah menutup layanan internet berkecepatan tinggi, kata operator seluler, sementara platform media sosial Facebook dan WhatsApp tidak tersedia.
Bulan lalu, sedikitnya 150 orang tewas, ribuan orang terluka, dan sekitar 10.000 orang ditangkap dalam kekerasan yang dipicu oleh demonstrasi yang dipimpin oleh kelompok mahasiswa yang memprotes kuota untuk pekerjaan pemerintah.
Protes terhenti setelah Mahkamah Agung membatalkan sebagian besar kuota, tetapi mahasiswa kembali turun ke jalan dalam protes sporadis minggu lalu, menuntut keadilan bagi keluarga korban yang tewas.