BANDA ACEH – Pada tahun 2017, Sinwar menjadi kepala Hamas di Gaza, menggantikan Haniyeh, yang terpilih sebagai ketua biro Politik kelompok tersebut.Tidak seperti Haniyeh, yang telah melakukan perjalanan ke berbagai daerah dan menyampaikan pidato selama perang yang terus berlanjut di Gaza, hingga pembunuhannya, Sinwar diketahui memilih tetap bungkam sejak serangan 7 Oktober. Dia tidak suka tampil dan berpidato di depan umum.
Namun dalam sebuah wawancara tahun 2021 dengan Vice News, Sinwar mengatakan bahwa meskipun Palestina tidak menginginkan perang karena biayanya yang tinggi, mereka tidak akan mengibarkan bendera putih.
“Untuk waktu yang lama, kami mencoba perlawanan yang damai dan populer. Kami berharap bahwa dunia, orang-orang bebas, dan organisasi internasional akan mendukung rakyat kami dan menghentikan pendudukan dari melakukan kejahatan dan membantai rakyat kami. Sayangnya, dunia hanya berdiri dan menonton,” katanya.
Sinwar kemungkinan menggambarkan Great March of Return, saat warga Palestina berunjuk rasa setiap minggu selama berbulan-bulan di perbatasan Gaza pada tahun 2018 dan 2019, tetapi menghadapi tindakan keras Israel yang menewaskan lebih dari 220 orang dan melukai banyak lainnya.
‘Arsitek’ serangan 7 Oktober terhadap Israel
Dianggap sebagai arsitek serangan 7 Oktober terhadap Israel, Sinwar diperkirakan akan mencoba mendorong gerakan itu melalui masa-masa yang tidak pasti di seluruh wilayah dari lokasi yang tidak diketahui di Gaza.
Pemimpin Palestina yang berbasis di Gaza itu adalah musuh publik nomor satu di Israel. Jadi, dengan memilihnya sebagai kepala biro politiknya, Hamas mengirimkan pesan pembangkangan kepada pemerintah Israel.
Namun masih belum jelas bagaimana Sinwar dapat berkomunikasi dengan sesama anggota Hamas, menjalankan operasi politik harian gerakan tersebut, dan mengawasi negosiasi gencatan senjata Gaza saat bersembunyi.
Pejabat Israel tidak merahasiakan keinginan mereka untuk membunuhnya.
Ketika ditanya tentang taktik Hamas, termasuk menembakkan roket tanpa pandang bulu yang dapat membahayakan warga sipil, Sinwar mengatakan warga Palestina bertempur dengan cara yang mereka miliki. Ia menuduh Israel sengaja membunuh warga sipil Palestina secara massal, meskipun memiliki persenjataan canggih dan presisi.
“Apakah dunia mengharapkan kami menjadi korban yang berperilaku baik saat kami dibunuh, agar kami dibantai tanpa bersuara?” kata Sinwar.