BANDA ACEH – Enam orang nelayan KM Sri Mariana tewas saat sedang melaut.
Sementara itu, satu nelayan kritis dan delapan lainnya sakit misterius.
Dirpolairud Polda Banten, Kombes Pol Yunus Hadith Pranoto, menuturkan ia mendapatkan laporan pada Minggu (4/8/2024) sekira pukul 00.30 WIB, tentang adanya enam orang nelayan yang meninggal secara misterius tersebut.
“Berawal dari adanya laporan pada pukul 00.30 Wib, Tim Patroli Ditpolairud Polda Banten mendapatkan informasi bahwa diatas Kapal KM Sri Mariana terdapat 6 Mayat dan 1 orang dalam keadaan kritis,” ujar Yunus, Dikutip dari TribunBanten.com.
Mendapatkan laporan tersebut, pihaknya pun langsung menuju ke titik koordinat dari informasi awal.
“Selanjutnya pada pukul 05.30 Wib pada kordinat 05°52’374″ S – 106°58’453″ E didapati sesuai informasi awal,”
“kemudian kapal tangkap ikan tersebut disandarkan di KMB Pelangi di perairan Pulorida,” terang Yunus.
Personel Ditpolairud langsung melakukan proses evakuasi.
Selanjutnya, 6 Nelayan yang meninggal dunia dibawa ke RS Drajat Prawira Serang, sedangkan 9 orang lainnya dalam keadaan sakit salah satunya kritis dievakuasi ke RS Krakatau Steel.
Berlayar 9 Bulan
Sementara itu, Kepala Balai Kekaraantinaan Kesehatan (BKK) Pelabuhan Kelas I Banten, Resi Arisandi, mengatakan KM Sri Mariana telah berlayar selama sembilan bulan di Samudera Hindia.
Mengutip Kompas.com, kapal tersebut merupakan kapal penangkap tuna.
Total, KM Sri Mariana membawa 36 awak kapal dari Sibolga, Sumatera Utara sejak Oktober 2023.
“Kronologis singkatnya kapak ini dari Samudra Hindia.”
“Mereka berangkat dari Sibolga menuju Samudera Hindia selama 9 bulan di sana dari bulan Oktober (2023) sampe bulan Juli (2024),” kata Resi.
Namun, pada akhir Juli 2024 lalu, enam orang kru kapal meninggal dunia secara misterius.
Kapal pun kemudian melaporkan ke Polairud hingga akhirnya dievakuasi.
14 Orang Dirawat
Dari puluhan kru kapal, 14 di antaranya dirawat di RS IHC Krakatau Medika, Cilegon.
Hal tersebut disampaikan oleh PJ Program Krisis Kesehatan Dinkes Cilegon, Ujang Samsul.
“Semula berjumlah 11 orang per hari ini jam 10.00 pagi, bertambah tiga orang jadi total 14 orang yang dirujuk ke RS IHC Krakatau Medika,” ujarnya kepada TribunBanten.com saat dihubungi melalui pesan singkat, Senin (5/8/2024).
Ia menuturkan, para pasien tersebut rata-rata mengeluhkan nyeri di otot kaki.
“Gejala umum yang dirasakan, kepala pusing, mual, lemas, mata merah, ada ruam pada kulit ada juga yang ngeluh nyeri otot kaki,” jelas.
Setelah dirawat, sembilan orang pun sudah boleh pulang namun sebelum pulang, mereka dikarantina di sebuah penginapan di Kota Cilegon, Banten.
Jadi, masih ada lima orang yang dirawat di rumah sakit.
“Dari pihak rumah sakit memperbolehkan sembilan pasien ini pulang atau dibawa oleh pihak kapal, karena sudah enggak ada gejala yang membahayakan,” ujarnya saat ditemui di kantornya, Selasa (6/8/2024).
Diduga Leptospirosis
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menduga, awak kapal yang tewas terjangkit penyakit leptospirosis.
Leptospirosis merupakan penyakit yuang disebabkan oleh bakteri leptospira yang menyebar dari kencing atau darah hewan yang terinfeksi.
Jubir Kemenkes, Mohammad Syahril menuturkan, penyakit tersebut tersebar di kapal diduga dari tikus.
“Dugaan sementara dari tikus yang ada di kapal tersebut yang menyebabkan leptospirosis,” ujarnya, dikutip dari Kompas.com.
Jasad Diautopsi
Sementara itu, enam anak buah kapal (ABK) yang berada di RS Drajat Prawiranegara (RSDP) diautopsi untuk mengetahui penyebab kematian.
“Hingga saat ini masih dilakukan autopsi secara bertahap, kepada enam korban,” ujar Kasubbag Hukum, Humas, dan Kerjasama RSDP, AI Hadiyani, kepada TribunBanten.com, Rabu (7/8/2024).
Hingga kini, hasil dari pemeriksaan tersebut belum keluar.
“Kami belum dapat informasi lanjutan, namun nanti setelah hasil keluar mungkin ada disampaikan oleh Polda Banten,” kata dia,
21 ABK Dikarantina
Terbaru ini, ada 21 ABK dari KM Sri Mariana jalani karantina di sebuah tempat penginapan di Kota Cilegon, Banten.
Karantina dilakukan untuk observasi sambil menunggu hasil lab.