“Reshuffle kali ini itu jauh lebih kentara nuansa politiknya, dibandingkan dengan nuansa peralihan transisi (pemerintah), ataupun ingin memperbaiki kinerja,” ujar Adi, Senin.
“Ini dianggap sebagai upaya bersih-bersih dari pemerintah saat ini, kepada kader-kader dari partai yang dinilai membelot, iman politiknya tak lagi seiman, kemudian beda mazhab, dan seterusnya,” kata dia.
Adi pun berpandangan upaya perbaikan kinerja kementerian/lembaga juga tidak begitu terlihat, karena masa pemerintahan Jokowi akan segera berakhir
Ia menilai, kecil kemungkinan para menteri dan kepala lembaga ditunjuk untuk memperbaiki kinerja institusinya hanya dengan sisa masa jabatan kurang dari 3 bulan.
“Saya kira waktu yang tersisa 2 bulan setengah ini, kan tidak bisa diharapkan untuk memperbaiki kinerja di kementerian yang sudah di-reshuffle kan,” ucap Adi.
Adi juga melihat perombakan kabinet kali ini sebagai upaya mengendalikan situasi politik di Tanah Air.
Ia mencontohkan, penunjukan Bahlil Lahadalia sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencerminkan Jokowi memberikan posisi strategis untuk Bahlil yang merupakan kandidat kuat ketua umum Partai Golkar.
Selain itu, Jokowi juga mencopot menteri dari PDI-P, yakni Yasonna Laoly, karena PDI-P berseberangan dengan Jokowi seusai Pilpres 2024.