Ahli Gizi Kritik Keras Susu Ikan Jadi Alternatif Susu Sapi Program Prabowo: Manusia Itu Makan Ikan

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

image_pdfimage_print

BANDA ACEH  –  Prabowo SubiantoGibran Rakabuming Raka mengungkapkan alternatif pengganti susu sapi menjadi susu ikan.

ADVERTISEMENTS
ad40

Wacana penggunaan susu ikan tersebut disebut karena kapasitas produksi susu nasional tak mencukupi, hingga muncul wacana impor sapi perah sebanyak satu juta ekor.

ADVERTISEMENTS

Sebab, akan ada 82,9 juta anak sekolah yang mendapat program makan bergizi gratis itu tiap hari.

ADVERTISEMENTS

Salah satu komponen yang bikin bingung adalah soal ketersediaan susu.

Menurut dokter dan ahli gizi masyarakat, Tan Shot Yen, manusia butuh mengonsumsi ikan sebagai salah satu sumber protein.

Ikan mestinya dikonsumsi secara utuh, bukan dari ekstraknya. 

Hal itu disampaikan Tan menanggapi wacana penggunaan susu ikan atau hasil ekstraksi ikan dalam program makan bergizi gratis. 

“Sependek yang saya tahu, manusia itu perlu makan ikan, bukan ekstrak ikannya. Kalau ngomong ekstrak ikan, tentu akan digunakan kondisi-kondisi tertentu,” ujar Tan dalam program Obrolan Newsroom di YouTube Kompas.com, Rabu (11/9/2024). 

Sebelum menggunakan susu ikan dalam program nasional, menurut Tan, pembuat kebijakan harus memahami tujuannya lebih dulu.  

Apabila penggunaan susu ikan bertujuan meningkatkan gizi masyarakat, kata dia, hal itu harus mempertimbangkan berbagai hal. 

Terlebih, masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke memiliki beragam karakteristik panganan lokal. 

“Kita kaya dengan pangan lokal, dan semua berhak untuk hidup sehat berdasarkan apa yang paling baik dari alam. Jadi sekali lagi kita makan, bukan minum susu,” imbuhnya. 

Wakil Menteri Pertanian Sudaryono menilai, susu ikan dapat menjadi substitusi bagi susu sapi dalam program makan bergizi gratis yang dicanangkan presiden terpilih Prabowo Subianto. 

Sudaryono mengatakan, opsi susu ikan dapat diambil ketimbang mengimpor susu sapi karena keterbatasan stok susu sapi di dalam negeri. 

“Sampai kita datangkan sapi hidup diperah, sapinya cukup, itu terus bagaimana? Kita substitusi, jadi yang harusnya minum susu, kan susunya daripada impor, ya kita substitusi kandungan protein itu dengan sumber protein lain, baik nabati maupun hewani,” kata Sudaryono di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu (11/9/2024). 

Sementara itu, PT Berikan Teknologi Indonesia selaku produsen susu ikan mengatakan bahan baku susu ikan berasal dari ikan yang ditangkap nelayan tradisional. 

CEO PT Berikan Teknologi Indonesia, Yogie Arry menyebut, hal itu yang menyebabkan harga susu ikan relatif murah.  

“Jadi kita menggunakan ikan-ikan yang secara ekonomis rendah,” ujar Yogie dalam program Obrolan Newsroom di YouTube Kompas.com, Rabu (11/9/2024). 

Yogie menyebut, ikan utuh dengan harga murah hasil tangkapan nelayan tradisional selama ini kurang termanfaatkan. 

Bahkan, 70-80 persen ikan hasil tangkapan nelayan kerap kali tidak dihargai sepadan di pasaran. 

Akibatnya, sisa ikan yang tidak laku di pasaran terpaksa dibuang ke perairan. 

“Mereka enggak dapat harga bagus, akhirnya mereka balikin lagi ke laut, menjadi polusi di laut,” ungkap Yogie. 

Menurut Yogie, industri susu ikan justru menghidupkan perputaran ekonomi nelayan tradisional, sekaligus memberikan jaminan harga di pasaran. 

“Secara langsung meningkatkan pendapatan mereka,” imbuhnya. 

Adapun susu ikan muncul sebagai alternatif dalam program makan bergizi gratis, program yang digagas presiden terpilih RI Prabowo Subianto. 

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mengusulkan agar susu ikan digunakan sebagai alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada susu sapi impor. 

“Susu ikan bisa membantu kita mengurangi ketergantungan pada impor susu sapi. Ini akan mendukung sektor perikanan nasional dan menyediakan sumber protein lokal yang lebih terjangkau,” kata Teten kepada awak media di Jakarta, Selasa (10/9/2024)

Exit mobile version