BANDA ACEH – Jumlah korban tewas akibat topan dahsyat di Vietnam menembus 233 orang per Jumat (13/9). Menurut laporan media pemerintah Vietnam, petugas penyelamat telah menemukan lebih banyak jenazah dari daerah yang dihantam tanah longsor dan banjir bandang.Kini air banjir dari Sungai Merah yang meluap di ibu kota, Hanoi, mulai surut, namun banyak daerah yang masih terendam banjir.
Para ahli memperkirakan distribusi bantuan masih akan memerlukan waktu berhari-hari.
Topan Yagi melanda Vietnam bagian utara pada Sabtu lalu (7/9), memicu hujan lebat selama seminggu yang mengakibatkan banjir bandang hingga tanah longsor.
Di seluruh Vietnam, 103 orang masih dinyatakan hilang dan lebih dari 800 terluka.
Sebagian besar korban jiwa berada di provinsi Lao Cai, tempat banjir bandang menyapu seluruh dusun Lang Nu pada Selasa (10/9) lalu.
Jalan menuju Lang Nu pun rusak parah sehingga penyelamatan dengan alat berat masih terhambat.
Sekitar 500 personel dengan anjing pelacak sudah disiapkan. Dalam kunjungan ke lokasi kejadian pada Kamis (12/9), Perdana Menteri Pham Minh Chinh berjanji tidak akan menyerah dalam pencarian orang-orang yang masih hilang.
“Keluarga mereka menderita,” kata Chinh, seperti dikutip dari AP.
Di desa Tran Thi Ngan, peti mati ditumpuk dekat lokasi bencana sebagai persiapan kemungkinan terburuk. Penduduk desa pun berkabung di altar darurat untuk anggota keluarganya yang hilang.
“Ini adalah bencana,” kata Chinh kepada VTV News.
“Itulah nasib yang harus kita terima,” tambahnya.
Di Cao Bang, provinsi utara lainnya yang berbatasan dengan China, 21 jenazah ditemukan pada Jumat (13/9). Itu empat hari setelah tanah longsor mendorong sebuah bus, mobil, dan beberapa sepeda motor ke dalam sungai yang meluap karena banjir. Sepuluh orang masih hilang.
Para ahli mengatakan, badai seperti Topan Yagi semakin kuat akibat perubahan iklim. Air laut yang lebih hangat menyediakan lebih banyak energi untuk memicu badai tersebut, sehingga angin lebih kencang dan curah hujan lebih tinggi.
Dampak topan terkuat yang melanda Vietnam dalam beberapa dekade terakhir itu juga dirasakan hingga ke Thailand utara, Laos, dan Myanmar timur laut.