BANDA ACEH – Pemimpin Junta Militer Myanmar mengajukan permintaan langka pada Sabtu (14/9). Ia secara terbuka meminta bantuan negara asing guna mengatasi banjir bandang yang membuat ratusan ribu warganya mengungsi.Sebelumnya, Myanmar kerap menolak bantuan asing, termasuk saat badai Siklon Nargis pada Mei 2008 yang menewaskan lebih dari 138 ribu orang. Namun kali ini junta tampak membuka diri untuk bantuan internasional.
Kepala Junta Militer Myanmar, Min Aung Hlaing, meminta pemerintah untuk menghubungi negara-negara asing dan menerima bantuan bagi para korban.
“Pejabat pemerintah perlu menghubungi negara asing untuk mendapatkan bantuan penyelamatan dan pemulihan bagi para korban. Perlu dilakukan tindakan penyelamatan, pemulihan, dan rehabilitasi secepat mungkin,” ujarnya melalui siaran media pemerintah, seperti dikutip dari AFP.
Topan Yagi yang melanda wilayah Asia Tenggara akhir pekan lalu (8/9) membawa hujan deras yang memicu banjir dan tanah longsor. Akibatnya, hampir 300 warga tewas di Myanmar, Vietnam, Laos, dan Thailand.
Di Myanmar sendiri, lebih dari 235 ribu orang terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Bencana ini memperburuk situasi kemanusiaan di sana, yang sejak kudeta militer 2021 telah menghadapi konflik berkepanjangan. Lebih dari 2,7 juta orang telah mengungsi akibat kekerasan yang terus terjadi.
Kondisi Warga di Tengah Bencana
Di wilayah Taungoo, dekat ibu kota Naypyidaw, penduduk terpaksa menggunakan rakit darurat untuk menyelamatkan diri dari banjir. Tim penyelamat juga dikerahkan dengan speedboat.
“Saya kehilangan beras, ayam, dan bebek,” ujar seorang petani setempat, Naung Tun.
“Tapi yang paling penting adalah menyelamatkan nyawa manusia dan hewan,” katanya kepada AFP.
Hujan deras yang dibawa Topan Yagi membuat ribuan orang di Asia Tenggara melarikan diri dengan segala cara, bahkan menggunakan gajah di Myanmar dan jetski di Thailand.
Di Vietnam, laporan terbaru mencatat 262 korban jiwa dan 83 orang hilang akibat bencana. Sementara di Laos, ibu kota Vientiane terendam luapan Sungai Mekong.