BANDA ACEH – Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah menyampaikan pidato pertamanya menyusul serangan teror siber besar di Lebanon pada hari Selasa (17/9) dan Rabu (18/9), yang menargetkan ribuan perangkat nirkabel yang digunakan oleh kelompok tersebut.
Menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, 32 orang tewas dan ribuan lainnya terluka dalam serangan itu.
Dalam pidatonya, Nasrallah memperingatkan bahwa Israel akan menghadapi konsekuensi berat dan pembalasan yang adil, baik diantisipasi atau tidak.
Nasrallah menyinggung soal rencana Israel untuk menyerbu masuk Lebanon dengan dalih membuat sabuk pengaman di utara.
Baginya, kedatangan pasukan Israel di Lebanon justru sudah dinantikan Hizbullah yang selama satahun terkahir ini justru memburu pasukan Israel di utara.
“The stupid commander of the northern front says they should create a security belt in Lebanon; WELCOME, WE LOOK FORWARD TO YOUR ARRIVAL! (Komandan bodoh dari garis depan utara mengatakan mereka harus membuat sabuk keamanan di Lebanon; SELAMAT DATANG, KAMI MENUNGGU KEDATANGAN ANDA!),” katanya.
Nasrallah menggambarkan serangan tersebut sebagai serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah perlawanan Lebanon, dan menyatakan bahwa Israel “sengaja bertujuan membunuh 4.000 orang dalam satu menit.”
Ia mengatakan bahwa “apa yang terjadi adalah operasi teroris besar, dan kami akan mendefinisikan peristiwa Selasa dan Rabu sebagai pembantaian.”
Nasrallah menahan diri untuk tidak mengungkapkan perincian tentang tanggapan yang direncanakan Hizbullah, dengan menyatakan: “Berita yang ada adalah apa yang akan Anda lihat, bukan apa yang akan Anda dengar dan kami merahasiakannya dari Anda.”
Kemenangan dan Kemunduran
Nasrallah mengakui bahwa Hizbullah mengalami pulukan hebat dalam hal keamanan dan kemanusiaan yang signifikan, tidak seperti apa pun yang pernah dialaminya sebelumnya.
“Tidak diragukan lagi bahwa kami telah mengalami pukulan yang sangat besar, baik dari segi keamanan maupun kemanusiaan, yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah perlawanan di Lebanon, dan juga belum pernah terjadi sebelumnya di Lebanon, konflik dengan musuh zionis, dan dalam skala global,” katanya.
Namun, ia meyakinkan bahwa pukulan berat ini tidak melemahkan tekad kelompok tersebut, seraya menegaskan bahwa “perang adalah siklus,” dengan kemenangan dan kemunduran. “Suatu hari bagi kami dari musuh kami, dan suatu hari bagi musuh kami dari kami,” kata Nasrallah.
Pemimpin Hizbullah mengungkapkan bahwa penyelidikan atas serangan tersebut hampir selesai dan kelompok tersebut hampir mengonfirmasi keadaan seputar pengeboman tersebut. Setelah dikonfirmasi, tindakan yang tepat akan diambil.
“Kami akan mencapai hasil pasti terkait ledakan tersebut dalam waktu dekat, dan tindakan yang tepat akan diambil sesuai dengan itu,” kata Nasrallah.
‘Apapun Pengorbanannya’
Nasrallah menyatakan bahwa tujuan utama serangan Israel adalah untuk menekan Hizbullah agar menarik dukungannya terhadap perlawanan di Gaza.
Ia menyebutkan bahwa pesan-pesan dikirim melalui saluran resmi dan tidak resmi yang menunjukkan bahwa tujuannya adalah untuk membungkam front Lebanon.
“Musuh berusaha memisahkan front Lebanon dari front Gaza dan mengancam perang,” kata sekretaris jenderal Hizbullah, seraya menambahkan:
“Semua ini ditujukan untuk menekan negara Lebanon, rakyat Lebanon, dan perlawanan di Lebanon agar menghentikan front ini. Pembantaian pada hari Selasa dan Rabu merupakan bagian dari tekanan untuk menghentikan front ini.”
“Setelah pembantaian hari Selasa, kami menerima pesan bahwa tujuan serangan ini adalah agar kami menghentikan pertempuran di garis depan Lebanon, dan jika kami tidak berhenti, mereka akan melancarkan lebih banyak serangan lagi,” katanya.
Namun, Nasrallah menyatakan bahwa front Lebanon tidak akan berhenti sampai berakhirnya genosida Israel di Gaza.
“Apa pun pengorbanan, konsekuensi, kemungkinan, dan masa depan kawasan ini, perlawanan di Lebanon tidak akan berhenti mendukung dan berdiri di samping rakyat Gaza—ini adalah respons pertama,” katanya.