Rabu, 13/11/2024 - 22:48 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Pakar Ungkap Dua Kemungkinan Sumber Kebocoran Data DJP

image_pdfimage_print

BANDA ACEH – Pakar Keamanan Siber Vaksincom, Alfons Tanujaya, menduga ada dua kemungkinan sumber kebocoran data 6 juta data pribadi dari Direktorat Jenderal Pajak. Kemungkinan pertama karena ada orang dalam DJP yang membocorkan data itu. Kemungkinan kedua, terjadi karena peretasan. “Peretasan ini juga dilakukan dengan dua kemungkinan yaitu langsung meretas komputer atau server pusat atau meretas melalui komputer yang terhubung dengan server,” kata Alfons saat dihubungi, Jumat 20 September 2024. 

ADVERTISEMENTS
Bank Aceh Syariah Mengucapkan Selamat Hari Pahlawan 10 November 2024

Dari dua kemungkinan itu, Alfons menilai, peretasan paling mungkin dilakukan melalui komputer yang terhubung ke server. Hal ini dilihat dari jumlah data yang bocor.

ADVERTISEMENTS
Memperingati 96 Tahun Sumpah Pemuda dari Bank Aceh Syariah

“Karena kalau langsung ke server pusat, harusnya data bisa lebih banyak. Tapi ini hanya 6 juta. Kemungkinan diretas dari komputer yang memiliki akses ke server,” kata Alfons.

ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses atas Pelantikan Ketua DPRA, Wakil Ketua I DPRA dan Wakil Ketua II DPRA

Alfons menjelaskan, DJP memiliki unit-unit Kerja Kantor Pajak (KKP) di berbagai daerah. Tiap komputer di unit KKP itu memiliki komputer yang terhubung ke pusat. Ia menduga, peretasan dilakukan dengan mengambil alih akses komputer KKP itu sehingga bisa mencuri data dari pusat.

ADVERTISEMENTS
Pertemuan Tahunan Perbankan Syariah 2024

“Kalau salah satu komputer diambil alih akses, dia bisa copy data itu dari pusat,” kata Alfons.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari Santri Nasional

Alfons prihatin berulangnya kasus kebocoran data ini. Menurut Alfons, pemerintah selema ini tidak memiliki kesadaran untuk mengamankan data pribadi milik masyarakat. Mereka hanya ingin mengelola tapi tak menjaganya.

Berita Lainnya:
Spanduk Ucapan "Selamat Bekerja Prabowo-Gibran" Ramai Terpampang di Jakarta Pusat
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Santri Nasional 2024 dari BPPA

Padahal, pengelolaan data itu juga harus memiliki standar keamanan yang ketat. Pedoman keamanan bisa merujuk standar nasional maupun internasional. Pedoman itu di antaranya komputer yang ingin melakukan tindakan akses ke database harus memenuhi syarat berlapis, lalu komputer harus rutin di-update, hingga menutup celah keamanan. “Sebetulnya aturanya sudah ada, tapi implementasi jarang dilakukan,” kata Alfons.

Menurut Alfons, masyarakat menjadi pihak yang paling dirugikan atas kebocoran data tersebut. Apalagi, data yang bocor merupakan data rinci mengenai riwayat pajak seseorang. Bisa saja, ada oknum yang menggunakan data itu untuk menipu masyarakat wajib pajak.

“Misalnya, menyasar wajib pajak. Lalu berpura-pura jadi petugas pajak. Kan data sudah bocor. Lalu buar peringata,n Peringatan anda wajib pajak, anda mengalami kekurangan bayar, anda harus bayar 500 juta. Nah ini kan bahaya,” kata Alfons.

Karena itu, Alfons meminta DJP untuk jujur. Mereka harus menyampaikan data yang bocor kepada masyarakat. Kemudian, meminta mereka untuk berhati-hati. “Jadi harus mengirim notifikasi ke email masyarakat kalau datanya bocor. Lalu minta untuk hati-hati,” kata Alfons.

Informasi bocornya data ini pertama kali disampaikan pendiri Ethical Hacker Indonesia Teguh Aprianto. Ia mengunggah tangkapan layar situs Breach Forums yang berisi tentang telah diretasnya 6 juta data pajak dan diperjualbelikan dalam situs tersebut. Enam juta data pribadi itu dijual seharga US$ 10.000 atau sekitar Rp 150 juta (kurs Rp 15 ribu per dollar AS).

Berita Lainnya:
Viral Video Natalius Pigai Kabur Waktu Ditanya Wartawan, Bungkam Soal Anggaran Rp 20 Triliun

Sebelum membeli, Bjorka menawarkan sampel berisi 10 ribu data pajak itu. Tempo mendapatkan sampel itu dengan cara mendowload langsung dari situs yang disediakan Bjorka.

Di antara 10 ribu data itu, urutan pertama langsung menampilkan data pribadi milik Presiden Joko Widodo, disusul data anak sulungnya sekaligus Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka, dan anak bungsunya Kaesang Pangarep.

Selanjutnya, ada juga data pajak milik Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri  Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, hingga Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.

Data pajak itu terdiri dari Nomor Induk Kependudukan (NIK), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), data kependudukan seperti nama hingga alamat, telepon, tanggal daftar wajib pajak, status Pengusaha Kena Pajak (PKP), tanggal pengukuhan PKP, jenis wajib pajak, hingga badan hukum.

Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat DJP, Dwi Astuti, mengatakan, data itu bukan bocor dari instansinya. “Data log access dalam enam tahun terakhir menunjukkan tidak adanya indikasi yang mengarah kepada kebocoran data langsung dari sistem informasi DJP,” ujar Dwi dalam keteranganya, Jumat 20 September 2024.

1 2

Reaksi & Komentar

الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ ۖ وَإِنَّ فَرِيقًا مِّنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ البقرة [146] Listen
Those to whom We gave the Scripture know him as they know their own sons. But indeed, a party of them conceal the truth while they know [it]. Al-Baqarah ( The Cow ) [146] Listen

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi