Rabu, 25/09/2024 - 04:21 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Konflik Israel-Hizbullah Meningkat, Ribuan Orang Mengungsi dari Lebanon Selatan, Padati Jalan Raya New

BANDA ACEH  – Ribuan keluarga di Lebanon selatan mengemasi barang untuk mengungsi, Senin (23/9/2024).

Mereka memadati jalan raya menuju Beirut untuk melarikan diri dari pemboman paling mematikan oleh Israel sejak tahun 2006.

Sekitar 100.000 orang yang tinggal di dekat perbatasan telah mengungsi sejak Oktober 2023.

Kelompok militan Lebanon, Hizbullah, dan pasukan Israel mulai saling tembak hampir setiap hari di tengah perang di Gaza.

Seiring meningkatnya pertempuran, jumlah pengungsi diperkirakan akan meningkat.

Di Beirut dan sekitarnya, sekolah-sekolah dengan cepat dialihfungsikan untuk menerima para pengungsi baru.

Sementara itu, para relawan bergegas mengumpulkan air, obat-obatan, dan kasur.

Lalu, di kota pesisir Sidon, orang-orang yang mencari tempat berteduh berbondong-bondong ke sekolah-sekolah yang belum memiliki kasur untuk tidur.

Banyak dari mereka yang menunggu di trotoar di luar sekolah.

Warga bernama Ramzieh Dawi, tiba bersama suami dan putrinya setelah buru-buru pergi dari desa Yarine.

Ia hanya membawa beberapa barang penting saat serangan udara menggelegar di dekatnya.

“Hanya ini yang kubawa,” katanya sambil menunjuk tiga tas jinjing yang dibawanya, Senin, dikutip dari AP News.

Warga lain bernama Fatima Chehab, yang datang bersama ketiga putrinya dari daerah Nabatieh, mengatakan keluarganya telah mengungsi dua kali secara berurutan.

“Kami pertama kali melarikan diri untuk tinggal bersama saudara laki-laki saya di daerah terdekat, dan kemudian mereka mengebom tiga tempat di samping rumahnya,” katanya.

Serangan Israel Berisiko Sebabkan Kekacauan

Di sisi lain, Turki memperingatkan bahwa serangan Israel terhadap Lebanon mengancam untuk mendorong Timur Tengah lebih dalam ke dalam “kekacauan.”

“Serangan Israel terhadap Lebanon menandai fase baru dalam upayanya untuk menyeret seluruh wilayah ke dalam kekacauan,” kata kementerian luar negeri Turki dalam sebuah pernyataan, Senin, dilansir Arab News.

Pernyataan Turki ini disampaikan setelah terjadi serangan Israel terhadap benteng kelompok militan yang didukung Iran, Hizbullah, di Lebanon selatan dan timur.

Sebagai informasi, militer Israel memperingatkan penduduk di Lebanon timur dan selatan untuk mengungsi menjelang meluasnya serangan udara terhadap apa yang disebutnya sebagai lokasi senjata Hizbullah.

Lebih dari 490 orang tewas di Lebanon pada hari Senin, kata para pejabat.

Kemudian, lebih dari 1.240 orang terluka.

Jumlah korban ini mengejutkan bagi negara yang masih terguncang akibat serangan mematikan terhadap perangkat komunikasi minggu lalu.

Serangan itu secara luas disalahkan pada Israel, yang belum mengonfirmasi atau membantah bertanggung jawab.

Pejabat Israel mengatakan, mereka meningkatkan tekanan terhadap Hizbullah dalam upaya memaksanya menghentikan penembakan roket ke Israel utara, sehingga puluhan ribu warga Israel yang mengungsi dapat kembali ke rumah.

Hizbullah mengatakan mereka hanya akan berhenti jika ada gencatan senjata di Gaza.

Update Perang Israel-Hamas

Diberitakan Al Jazeera, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 24 warga Palestina tewas dan 60 terluka dalam periode pelaporan 24 jam terakhir.

Pasukan Israel menggempur Gaza, menewaskan seorang ibu dan empat anaknya dalam serangan di Deir el-Balah, dan 10 warga Palestina lainnya dalam dua serangan terpisah terhadap sekolah yang diubah menjadi tempat perlindungan.

Para pemimpin dunia dan kelompok kebebasan pers mengecam keputusan Israel untuk mengirim tentara bersenjata lengkap guna menutup biro Al Jazeera di Tepi Barat yang diduduki.

Sementara Israel memfokuskan serangannya ke Lebanon, menewaskan lebih dari 490 orang hari ini, Gaza tidak luput dari serangan tersebut.

Kantor Media Pemerintah Gaza mengimbau masyarakat internasional untuk menekan Israel agar berhenti menargetkan bangunan-bangunan yang melindungi orang-orang terlantar “dan menghentikan kejahatan genosida di Jalur Gaza”.

Kritik terhadap penutupan paksa kantor Al Jazeera di Ramallah, Tepi Barat oleh Israel terus berlanjut.

Amnesty International menyebutnya sebagai “serangan tak tahu malu” terhadap kebebasan berbicara.

1 2

Reaksi & Komentar

قُل لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا الكهف [109] Listen
Say, "If the sea were ink for [writing] the words of my Lord, the sea would be exhausted before the words of my Lord were exhausted, even if We brought the like of it as a supplement." Al-Kahf ( The Cave ) [109] Listen

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi