Tubuhnya Utuh, Hassan Nasrallah Diduga Tewas karena Gas Beracun Israel

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

BANDA ACEH – Laporan surat kabar Israel, Maariv, mengungkapkan rincian baru mengenai pembunuhan Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, dalam serangan Israel di pinggiran Kota Beirut, Lebanon yang terjadi pada Jumat (27/9/2024).

Serangan itu adalah salah satu operasi terbesar Israel yang menargetkan kepemimpinan Hizbullah selama bertahun-tahun.

Menurut laporan tersebut, seorang pria tak dikenal bertemu Hassan Nasrallah, menjabat tangannya, dan mengolesi tangannya dengan zat tak dikenal yang membantu Israel melacak keberadaannya.

“Israel membutuhkan waktu dua menit untuk menemukan Hassan Nasrallah dan mengonfirmasi kehadirannya di markas besar di pinggiran selatan Beirut,” menurut laporan Maariv, Senin (30/9/2024).

Beberapa menit kemudian, pesawat Israel melancarkan serangan udara ke markas besar tersebut.

Pesawat tempur Israel menjatuhkan sekitar 80 ton bom di lokasi tersebut, yang menewaskan Hassan Nasrallah dan para pemimpin senior partai.

“Saat matahari terbenam di Beirut, tiba-tiba, suara ledakan dahsyat berturut-turut terdengar dan kepulan asap membumbung dari pinggiran selatan kota,” menurut laporan tersebut.

Hassan Nasrallah Disebut Tewas karena Gas Beracun

Laporan Maariv menyebutkan Hassan Nasrallah tewas akibat lemas setelah bersembunyi di ruangan tak berventilasi di markas besar.

Setelah serangan itu, gas beracun diduga bocor ke ruangan tersebut akibat pemboman.

“Karena pemboman Angkatan Udara Israel yang mencakup sekitar 80 ton bahan peledak dan bom penembus bunker, gas memasuki ruangan tempat dia (Hassan Nasrallah) bersembunyi, yang menyebabkan dia mati lemas,” menurut laporan Maariv dan News 12.

Sementara itu, menurut sumber medis dan keamanan, penyebab kematian Hassan Nasrallah tampaknya trauma benda tumpul akibat kekuatan ledakan, seperti diberitakan Reuters.

Sebelumnya pada Sabtu (28/9/2024), Hizbullah mengonfirmasi kematian Hassan Nasrallah dalam serangan tersebut.

Tentara Israel  memutuskan untuk melakukan operasi tersebut karena mereka yakin Nasrallah hanya akan tinggal sebentar sebelum menghilang di lokasi lain, menurut laporan New York Times yang mengutip pejabat Israel.

Tubuh Hassan Nasrallah Ditemukan Masih Utuh

Hassan Nasrallah dikonfirmasi tewas menurut pernyataan Hizbullah pada hari Sabtu (28/9/2024), sehari setelah Israel meluncurkan serangan besar di pinggiran selatan Beirut.

Tim penyelamat membutuhkan waktu sekitar dua hari untuk mencapai jenazah Hassan Nasrallah pada Minggu (29/9/2024).

Jenazah Hassan Nasrallah yang tidak memiliki luka fisik kemudian dipindahkan ke rumah sakit Beirut.

Sejumlah surat kabar Lebanon melaporkan jenazah Hassan Nasrallah dimandikan dan dikafani pada hari Minggu (29/9/2024), sementara tanggal upacara pemakaman serta penguburannya belum ditentukan.

Pada hari Minggu, Hizbullah mengumumkan kematian Ali Karaki, komandan front selatan dalam serangan yang sama dengan Hassan Nasrallah.

Selain itu, kantor berita Iran, IRNA, mengonfirmasi Wakil Komandan Garda Revolusi Iran (IRGC), Abbas Nilforoushan, juga tewas dalam serangan itu.

Hizbullah tidak mengumumkan nama-nama orang lain yang terbunuh bersama Nasrallah di Haret Hreik.

Namun, tentara Israel mengatakan pada hari Minggu bahwa serangan itu juga menewaskan lebih dari 20 anggota Hizbullah dari berbagai tingkatan.

Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah mendukung perlawanan Palestina, Hamas, dan terlibat pertempuran dengan Israel di perbatasan Lebanon selatan dan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki.

Hizbullah bersumpah akan berhenti menyerang Israel jika Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.

Jumlah Korban di Jalur Gaza

Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 41.586 jiwa dan 96.210 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Sabtu (28/9/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Al Jazeera.

Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.

Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023

Exit mobile version