Pengakuan Tati Sumiyati, istri perwira yang berhasil ungkap aktivitas PKI sebelum pecahnya tragedi G30S

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

BANDA ACEH –  Tragedi G30SPKI merupakan insiden yang paling kelam dalam sejarah bangsa Indonesia.Bagaimana tidak, kejadian G30SPKI yang berdarah-darah membuat trauma bagi rakyat Indonesia terutama keluarga korban.

Ketika situasi dan kondisi Politik Tanah Air yang sedang tegang, istri Lektol Darsoyo yaitu Tati Sumiyati mengungkap markas kelompok yang berafiliasi dengan PKI.

Pasca peristiwa G30SPKI terjadi teptanya baru sehari, Tati dipanggil menuju Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Mayjen Soeharto di Jalan Agus Salim, Menteng, Jakarta Pusat.

Suami Tati kala itu tengah bertugas di Medan sebagai Komadan Batalyon Kostrad Zeni Tempur VII, sedangkan Tati tinggal di rumah dengan para anak-anaknya.

Melansir buku Pak Harto: The Untold Stories, Soeharto menyuruh Tati agar tetap berdiam di rumah dan siap untuk mengungsi jika keadaan makin memburuk.

“Pak Harto meminta saya untuk tidak keluar rumah dan menyiapkan pakaian secukupnya,”ungkap Tati menurut pengakuannya.

Kondisi Jakarta saat itu amat sangat darurat menyusul pembunuhan beberapa Jenderal TNI.

Soeharto perlahan-lahan memulihkan keadaan dan keamanan, sedangkan diketahui rumah Tati berada di Waringin, Menteng berdekatan dengan markas Sabutri (Serikat Buruh dan Tani), sebuah organisasi yang berafiliasi dengan PKI.

Tati mencium bau adanya kegaitan yang mencurigakan di markas Sabturi. banyak pemuda berseragam Pemuda Rakyat, organisasi Sayap PKI melakukan aktivitas keluar masuk tanpa henti baik sebelum hingga sesudah insiden G30SPKI.

“Bendera-bendera Sabutri berkibar, dan markas mereka tetap ramai meski situasi mencekam,” beber Tati.

Ia mencoba melapor kepada Garnisun Ibu Kota, walaupun nihil pengawasan dari petugas keamanan di sekitar markas.

Hingga akhirnya laporan Tati diterima dan rumahnya dijadikan tempat pengintaian.

Berselang beberapa hari, 40 pemuda bersenjata tajam dan api dapat diamankan oleh pasukan Garnisun.

Aparat pun menemukan adanya lubang besar di sekitar markas tersebut dan diduga akan dipakai untuk kepentingan PKI.

Usut punya usut, Tati menyangka lubang itu digunakan untuk menculik lawan-lawan politik mereka.

“Suatu hari pengurus Sabutri meminta izin memperbaiki saluran air. Mungkin lubang itu akan digunakan untuk kepentingan politik mereka,” ungkap Tati.

Keberanian Tati bisa memutus sekelompok jaringan PKI yang ada di daerah sana.

TNI AD dinilai sangat berhasil mengendalikan situasi setelah adanya gerakan G30S, Soeharto disebut-sebut sebagai orang yang dapat menaklukkan dan mengatasi situasi genting tersebut.

“Pak Harto mampu membalikkan keadaan, menguasainya, dan menjadikan TNI AD sebagai pihak yang menekan,” tukas Soetoyo dalam buku yang sama.***

Exit mobile version