Rudal Iran Incar Fasilitas Nuklir Rahasia Israel yang Sempat tak Terdeteksi AS

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

BANDA ACEH – Serangan rudal Iran ternyata juga mengincar fasilitas nuklir Dimona milik Israel yang penuh teka-teki. Fasilitas ini berhasil menghindari intelijen AS selama beberapa waktu setelah mulai dibangun pada 1958. Pada 1 Oktober, Iran meluncurkan sekitar 200 rudal balistik ke Israel, memperburuk situasi yang sudah tidak stabil di Timur Tengah. Serangan itu terjadi beberapa hari setelah Israel membunuh pemimpin Hizbullah yang didukung Iran dan mengerahkan pasukan ke Lebanon.

Di antara target serangan rudal Iran adalah fasilitas nuklir Israel di Dimona. Lokasi ini telah lama didambakan oleh para perencana militer Iran. Fasilitas nuklir Dimona telah lama menjadi target utama ambisi Iran untuk serangan jarak jauh.

Beberapa video yang muncul, menunjukkan roket mendarat di daerah gurun, kemungkinan ditujukan ke Dimona, meskipun gagal menyebabkan kerusakan berarti. Israel mengatakan upaya terkoordinasi antara sistem antirudal Iron Dome dan militer AS menyebabkan serangan itu gagal menimbulkan kerusakan signifikan. 

Teka-teki Dimona

Mengutip laporan Eurasian Times, fasilitas nuklir Dimona telah lama menjadi target yang sangat sensitif dan penting secara strategis, meskipun masih jauh dari mata publik. Pembangunan di lokasi tersebut dimulai pada 1958, tetapi baru pada Desember 1960 intelijen AS ‘menemukan’ Dimona sebagai fasilitas nuklir, berkat Profesor Henry Gomberg dari Universitas Michigan.

Selama kunjungannya ke Israel sebagai konsultan Komisi Energi Atom Israel (IAEC), Gomberg menyadari bahwa Israel sedang mengembangkan proyek nuklir skala besar yang dirahasiakan. Gomberg melaporkan temuannya kepada Duta Besar AS di Tel Aviv, Ogden Reid, dan Komisi Energi Atom (AEC) di Paris.

Kesaksiannya, bersama dengan informasi intelijen lainnya, menyebabkan CIA mengedarkan temuannya ke berbagai lembaga pemerintah AS, termasuk Gedung Putih, Departemen Luar Negeri, dan Kongres, pada awal Desember 1960, yang mengonfirmasi keberadaan proyek nuklir. Dimona pun akhirnya terungkap.

Pada 7 Desember 1960, Departemen Luar Negeri AS secara resmi menangani masalah tersebut dengan memanggil Duta Besar Israel untuk memberikan penjelasan, dan secara resmi menempatkan Dimona dalam agenda diplomatik.

Namun, dari sudut pandang Israel, keterlambatan penemuan itu merupakan suatu keberuntungan, karena hal itu memungkinkan proyek tersebut untuk terus berlanjut tanpa tekanan Politik langsung dari AS, yang dapat menggagalkan upaya itu.

Menanggapi kegagalan intelijen tersebut, Badan Intelijen AS (USIB) meminta laporan ‘post-mortem’ terperinci dari CIA untuk menganalisis mengapa perkembangan Dimona tidak diketahui sebelumnya. Laporan setebal 17 halaman tersebut diserahkan kepada Presiden Kennedy pada 31 Januari 1961, beberapa hari setelah ia memangku jabatan.

Modernisasi Sistem Nuklir Israel

Menurut laporan Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) Juni 2024, Israel telah meningkatkan sistem senjata nuklirnya, memodernisasi fasilitas produksi di selatan, kemungkinan dekat Dimona. Meskipun Israel tidak pernah secara resmi mengakui memiliki senjata nuklir, secara luas diyakini negara itu memiliki sekitar 90 hulu ledak.

Laporan tahunan SIPRI, yang meninjau perkembangan sepanjang tahun 2023 hingga Januari 2024, juga mengklaim bahwa ada bukti Israel sedang dalam proses meningkatkan reaktor nuklirnya di kota selatan Dimona.

Israel telah lama memiliki kebijakan ‘ambiguitas nuklir’, tidak membenarkan atau menyangkal persenjataan nuklirnya. Selama beberapa dekade, Israel telah menyatakan bahwa mereka bukan yang pertama memperkenalkan senjata nuklir ke Timur Tengah. Meskipun ada ambiguitas ini, perkembangan dan konflik geopolitik terkini, termasuk perang di Gaza dan serangan proksi yang didukung Iran, telah menyoroti pentingnya mencegah nuklir Israel.

Namun, komentar di publik oleh para pejabatnya telah mengisyaratkan kemampuan nuklir Israel. Secara historis, para pejabat Israel mempertimbangkan untuk mengerahkan senjata nuklir selama Perang Yom Kippur 1973 setelah serangan mendadak oleh pasukan Mesir dan Suriah.

Selain itu, pada November 2023, Menteri Heritage sayap kanan Amichai Eliyahu secara kontroversial mengusulkan untuk menjatuhkan semacam bom nuklir di seluruh Gaza sebagai tanggapan atas serangan Hamas pada 7 Oktober, yang menewaskan lebih dari 1.200 warga sipil dan menyebabkan 251 orang disandera. Pernyataan serupa disampaikan anggota parlemen Likud Tally Gotliv.

Menurut SIPRI, persenjataan nuklir Israel dapat dikirim melalui jet tempur, kapal selam, dan rudal Jericho yang berbasis di darat. Serangan roket Hamas pada 7 Oktober dilaporkan mengenai Pangkalan Udara Sdot Micha, tempat rudal Jericho tersebut diduga ditempatkan.

Berbagai peristiwa terkini telah menyebabkan diskusi publik yang belum pernah terjadi sebelumnya tentang kemampuan nuklir Israel. Krisis saat ini tentang kebijakan nuklir telah Israel membuka mata dunia lebih lebar.

Exit mobile version