NASIONAL
NASIONAL

Romo Benny, Sosok Penyebar Cinta Damai dan Kerukunan Antarumat Beragama

image_pdfimage_print

BANDA ACEH -Romo Benny mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Mitra Medika, Pontianak, Kalimantan Barat, dini hari tadi pukul 00.15 WIB, di usia 55 tahun.

ADVERTISEMENTS
Kartu ATM di Rumah, Action Mobile di Tangan

Jenazah Romo Benny akan dibawa ke Rumah Duka Gotong Royong Malang untuk disemayamkan. Belum ada yang menjelaskan mengenai penyebab pasti meninggalnya Romo Benny. 

ADVERTISEMENTS
Bank Aceh Syariah Mengucapkan Selamat Hari Pahlawan 10 November 2024

Sesaat sebelum meninggal, Romo Benny atau bernama lengkap Antonius Benny Susetyo, berada di Pontianak untuk menghadiri sebuah kegiatan diskusi yang diadakan oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).

ADVERTISEMENTS
Memperingati 96 Tahun Sumpah Pemuda dari Bank Aceh Syariah

Romo Benny terlibat dalam Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan di Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat, pada Rabu, 3 Oktober 2024. 

ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses atas Pelantikan Ketua DPRA, Wakil Ketua I DPRA dan Wakil Ketua II DPRA

Diskusi tersebut mengangkat tema “Kerapuhan Etika Penyelenggara Negara dalam Berbangsa dan Bernegara: Kedaulatan Sumber Daya Alam.” 

ADVERTISEMENTS
Pertemuan Tahunan Perbankan Syariah 2024

Ini menjadi kegiatan terakhir yang dihadiri Romo Benny. 

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari Santri Nasional

Romo Benny lahir pada 10 Oktober 1968 di Kepanjen, Malang. Ia dikenal sebagai tokoh agama karena kiprah aktifnya dalam dialog antaragama dan gerakan sosial. 

Ia adalah pastor Katolik yang aktif dalam mempromosikan kerukunan antarumat beragama. 

Alumni Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Widya Sasana Malang tahun 1996, ini ditahbiskan sebagai imam dan memulai pelayanan di Paroki Situbondo. 

Berita Lainnya:
Viral, Pria di Bandung Diduga Modus Tabrakkan Diri ke Kendaraan, Pengendara Dicegat hingga Diperas

Di Situbondo, ia terlibat aktif dalam upaya rekonsiliasi setelah kerusuhan yang melanda daerah tersebut. 

Romo Benny adalah pendiri Pergerakan Manusia Merdeka. Pergerakan ini, tampaknya menjadi bibit berdirinya Setara Institute, yang didirikannya bersama sejumlah tokoh dan aktivis, di antaranya KH. Presiden Republik Indonesia Keempat (1999-2001) Abdurrahman Wahid, Prof. Dr. Guru Besar dan Rektor UIN Syarif Hidayatullah (1998-2006) Azyumardi Azra, Hendardi, Rocky Gerung, M. Chatib Basri dan Zumrotin KS. 

Dalam kepengurusannya, Romo Benny sendiri aktif sebagai Sekretaris Dewan Nasional, yang diketuai Guru Besar dan Rektor UIN Syarif Hidayatullah (1998-2006) Azyumardi Azra. Sementara Badan Pengurus diketuai Hendardi, Wakil Ketua Bonar Tigor Naipospos dan Sekretaris R. Dwiyanto Prihartono.

Setara Institute adalah perkumpulan individual/perorangan yang didedikasikan bagi pencapaian cita-cita di mana setiap orang diperlakukan setara dengan menghormati keberagaman, mengutamakan solidaritas dan bertujuan memuliakan manusia. 

Romo Benny berkomitmen untuk membangun persaudaraan antarumat beragama, sebuah misi yang terus ia emban hingga akhir hayatnya. 

Berita Lainnya:
Jalani Pemeriksaan Lanjutan di Kejagung, Tom Lembong Hanya Senyum Tanpa Menyapa

Kerja sama eratnya dengan tokoh Muslim seperti Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi salah satu bukti nyata dedikasi Romo Benny dalam mempromosikan dialog lintas agama. 

Selain dikenal sebagai seorang pastor, Romo Benny juga adalah aktivis yang memperjuangkan hak-hak masyarakat marjinal. Ia sering terlibat dalam kegiatan kemanusiaan, baik sebagai pembina kaum muda di Keuskupan Malang maupun melalui keterlibatannya dalam Pusat Studi dan Pengembangan Kebudayaan (PUSPeK). 

Aktivitas kemanusiaannya semakin meluas setelah dia ditugaskan sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan (HAK) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Ini semakin memungkinkannya untuk bergerak ke mana-mana, menembus sekat-sekat agama, kepercayaan, serta latar belakang lainnya. 

Romo Benny juga dikenal sebagai penulis yang produktif. Karya-karyanya sering kali mengangkat isu-isu sosial-Politik serta pentingnya dialog antaragama. Salah satu buku karyanya yang terkenal berjudul “Orde Para Bandit” mencerminkan pandangannya tentang perlunya reformasi dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

Indonesia kehilangan sosok yang ramah, hangat, dan penuh perhatian terhadap isu-isu sosial. Ia dicintai tidak hanya oleh kalangan umat Katolik tetapi oleh banyak orang dari lintas agama. 


Reaksi & Komentar

Berita Lainnya