Alumni Australia di Aceh Berperan Penting dalam Perkuat Hubungan Bilateral Indonesia-Australia

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

image_print

BANDA ACEH – Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia, Gita Kamath, menegaskan pentingnya kontribusi alumni Australia asal Aceh dalam memperkuat hubungan diplomasi bilateral antara Indonesia dan Australia.

ADVERTISEMENTS
ad39

Hal ini disampaikan Kamath di sela acara Australian Alumni Dinner yang diselenggarakan di Hotel Hermes, Banda Aceh, Selasa (8/10/2024) malam, sebagai bagian dari perayaan 75 tahun hubungan diplomatik Australia-Indonesia.

ADVERTISEMENTS

Aceh merupakan rumah bagi lebih dari 430 alumni Australia yang kini berkiprah di berbagai bidang, mulai dari pemerintahan, politik, hingga pemberdayaan masyarakat. Jumlah ini merupakan bagian dari total sekitar 200.000 alumni Australia yang tersebar di seluruh Indonesia.

ADVERTISEMENTS

“Saya sangat senang bisa berada di sini, ini adalah kunjungan pertama saya ke Aceh. Ada satu pribahasa Indonesia yang saya sukai, ‘di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.’ Karena itu, saya mencoba berbahasa Indonesia, meskipun belum fasih,” ujar Kamath kepada wartawan.

ADVERTISEMENTS

Kunjungan Kamath ke Aceh bertujuan untuk melihat secara langsung implementasi program kerja sama pembangunan Australia-Indonesia, khususnya di bidang penanggulangan risiko bencana, pemberdayaan perempuan dan keadilan.. Menurutnya, bulan Oktober ini merupakan Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di Indonesia, termasuk di Aceh. Dalam hal ini, Australia telah lama menjadi mitra Indonesia melalui program bernama SIAP SIAGA.

ADVERTISEMENTS

“Program SIAP SIAGA merupakan Kemitraan Australia-Indonesia untuk Manajemen Risiko Bencana, yang bertujuan untuk memperkuat kapasitas Indonesia dalam menghadapi, memitigasi, dan memulihkan diri dari bencana. Saya berkesempatan melihat langsung bagaimana program ini berjalan di Aceh,” jelas Kamath.

ADVERTISEMENTS

Program SIAP SIAGA sendiri telah menjadi simbol dari kemitraan yang kokoh antara Australia dan Indonesia dalam sektor kemanusiaan di kawasan Indo-Pasifik.

Pengakuan Terhadap Alumni Australia di Aceh

Pada kesempatan yang sama, Kamath mengungkapkan rasa bangganya terhadap alumni Indonesia yang menempuh pendidikan di Australia. Alumni-alumni ini dianggap sebagai “jembatan” penting antara kedua negara.

“Menurut saya, para alumni ini merupakan jembatan antara Australia dan Indonesia. Saya menganggap mereka seperti duta besar Indonesia yang bisa menjelaskan dan juga membantu penduduk dari kedua negara lebih baik dan saling memahami,” pungkasnya.

Salah satu alumni yang mendapat sorotan adalah Farwiza Farhan, aktivis lingkungan yang juga penerima National Geographic Wayfinder 2022 dan masuk dalam daftar pemimpin baru TIME100 Next 2022.

Farwiza, yang meraih gelar master dalam bidang Manajemen Lingkungan dari Universitas Queensland (UQ) di Australia, dikenal atas dedikasinya dalam melestarikan ekosistem Leuser di Aceh.

Dalam wawancara singkat,  Farwiza menceritakan bagaimana pengalamannya belajar di Australia telah membentuk komitmennya untuk melindungi lingkungan.

“Saya pertama kali ke Australia pada tahun 2009 untuk mengejar gelar master. Di sana, dunia saya terbuka sangat luas. Ketika saya kembali ke Aceh, hati saya tetap di sini, khususnya pada Kawasan Ekosistem Leuser. Sampai sekarang, saya terus mendedikasikan diri untuk melindungi kawasan tersebut,” ungkapnya.

Farwiza juga menekankan pentingnya peran perempuan dalam upaya pelestarian hutan. Pihaknya telah membantu dan memberdayakan para perempuan di desa-desa untuk lebih kuat dalam memperjuangkan hak mereka terhadap lingkungan yang sehat dan lestari.

“Selain itu, kami juga berkolaborasi dengan banyak pihak, dan kami sangat bersyukur karena dalam tim kami banyak lulusan Australia yang berperan besar dalam penguatan upaya kami, karena memang kualitas pendidikan yang diberikan Australia banyak membantu civil society organisation di Aceh” tambahnya.

Farwiza juga menyebutkan, kualitas pendidikan yang didapatkan dari Australia juga memberikan wawasan yang lebih luas serta kemampuan berpikir kritis yang sangat diperlukan dalam merancang kebijakan perlindungan hutan, satwa liar, dan berinteraksi dengan masyarakat.[]

Exit mobile version