Gempa Tektonik M5,6 Guncang Samudera Hindia, Begini Penjelasan BMKG

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

BANDA ACEH – Gempa tektonik berkekuatan magnitudo 5,6 mengguncang wilayah Samudera Hindia di lepas pantai barat Sumatera, Aceh Besar, pada Minggu (13/10/2024).

Gempa tersebut terjadi pukul 14.01.34 WIB, menyebabkan guncangan yang dirasakan hingga ke beberapa wilayah di Aceh. Meskipun menimbulkan kepanikan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan gempa ini tidak berpotensi tsunami.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Dr. Daryono, S.Si., M.Si., dalam keterangan resminya menyampaikan bahwa berdasarkan hasil analisis, gempa tersebut berkekuatan M5,6, yang merupakan pembaruan dari informasi awal yang mencatat kekuatan gempa M5,8. Episenter gempa berada di laut pada koordinat 5,28° Lintang Utara dan 94,26° Bujur Timur, atau sekitar 121 kilometer di barat daya Kota Banda Aceh. Gempa ini terjadi pada kedalaman 43 kilometer, sehingga tergolong sebagai gempa dangkal.

Dengan memperhatikan posisi episenter dan kedalaman hiposenter, Dr. Daryono menjelaskan bahwa gempa ini dipicu oleh aktivitas subduksi lempeng. Lebih lanjut, mekanisme sumber gempa menunjukkan adanya pergerakan naik (thrust fault), yang umum terjadi di zona subduksi, tempat pertemuan lempeng tektonik.

Dampak Guncangan

Getaran gempa dirasakan cukup kuat di sejumlah wilayah, terutama di Banda Aceh dan Aceh Besar dengan intensitas gempa mencapai skala III-IV MMI. Pada skala ini, getaran gempa terasa oleh banyak orang di dalam rumah, terutama pada siang hari.

Sementara itu, di Sabang dan Pidie, intensitas gempa tercatat pada skala III MMI, di mana guncangan terasa jelas di dalam bangunan dan terasa seperti getaran akibat truk besar yang melintas. Di wilayah Pidie Jaya dan Bireuen, gempa dirasakan lebih ringan dengan intensitas II MMI, di mana hanya beberapa orang yang merasakan getaran, dan benda-benda ringan yang digantung tampak bergoyang.

BMKG juga memastikan bahwa berdasarkan hasil pemodelan, gempa ini tidak menimbulkan ancaman tsunami. Meskipun gempa berpusat di laut, kondisi dan karakteristik gempa tidak cukup kuat untuk memicu gelombang besar yang berbahaya bagi wilayah pesisir.

Kondisi Terkini dan Rekomendasi BMKG

Hingga pukul 14.20 WIB, BMKG belum mencatat adanya gempa susulan. Namun, BMKG terus melakukan pemantauan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya aktivitas gempa berikutnya (aftershock).

BMKG menghimbau masyarakat Aceh, khususnya yang berada di wilayah terdampak gempa, untuk tetap tenang dan tidak mudah terpancing oleh informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Masyarakat juga diingatkan untuk selalu waspada dan memeriksa kondisi bangunan setelah terjadi gempa, terutama bangunan yang mengalami keretakan atau kerusakan yang dapat membahayakan keselamatan.

“Kepada masyarakat dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa. Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun  tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah,” tulisnya.

Lebih lanjut, BMKG menekankan agar masyarakat memastikan sumber informasi resmi hanya berasal dari BMKG yang dapat diakses melalui kanal-kanal resmi, termasuk media sosial resmi BMKG di Instagram dan Twitter (@infoBMKG), website resmi (bmkg.go.id dan inatews.bmkg.go.id), serta aplikasi mobile WRS-BMKG dan InfoBMKG yang tersedia untuk pengguna iOS dan Android.

Meskipun gempa kali ini tidak menimbulkan dampak yang signifikan, BMKG mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat di wilayah rawan gempa, mengingat wilayah Aceh dan sekitarnya terletak di zona aktif pertemuan lempeng tektonik yang sering kali memicu gempa.[]

Exit mobile version