Minggu, 27/10/2024 - 07:36 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan 3 Pj Bupati dan Pj Walikota di Provinsi Aceh
BISNISEKONOMI

Dinyatakan Pailit, Raksasa Tekstil Sritex Bangkrut?

BANDA ACEH – Salah satu raksasa industri tekstil nasional, PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex, resmi dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Kota Semarang. Keputusan ini diambil setelah Pengadilan mengabulkan permohonan salah satu krediturnya, PT India Bharat Rayon.Juru bicara Pengadilan Niaga, Harno Patriadi, menyatakan bahwa keputusan pailit ini dipimpin oleh Ketua Hakim Muhammad Anshar Majid dan disertai penunjukan kurator serta hakim pengawas yang akan mengelola aset Sritex.

Meski pailit dan bangkrut sering dianggap sama, keduanya sebenarnya memiliki perbedaan mendasar dari segi hukum dan kondisi finansial. Berikut penjelasan singkat tentang perbedaan antara pailit dan bangkrut, seperti dirangkum dari situs Hukum Online, Jumat, 25 Oktober 2024.

Perbedaan Pailit dan Bangkrut

Pailit merupakan kondisi di mana sebuah perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban pembayaran utang kepada kreditur meski keuangannya tidak sepenuhnya bermasalah. Status pailit sendiri diatur dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

Berdasarkan aturan ini, sebuah perusahaan dapat dinyatakan pailit apabila:

1. Memiliki dua atau lebih kreditur,

2. Tidak mampu melunasi setidaknya satu utang yang sudah jatuh tempo, dan

3. Keputusan pailit diajukan oleh kreditur yang dirugikan atau oleh debitur sendiri.

Setelah dinyatakan pailit, Pengadilan Niaga akan menunjuk kurator untuk mengelola aset perusahaan. Aset yang disita kurator nantinya akan dijual untuk melunasi utang yang dimiliki.

Proses kepailitan melibatkan pengawasan ketat dari pengadilan, dan sidang pertama harus dilaksanakan paling lambat 20 hari setelah permohonan diajukan.

Di sisi lain, bangkrut adalah kondisi yang menunjukkan perusahaan mengalami kerugian besar hingga bisnisnya berhenti beroperasi. Kebangkrutan umumnya disebabkan oleh kegagalan bisnis yang berat atau kerugian besar yang terus berlanjut.

Adapun, faktor-faktor yang memengaruhi kebangkrutan dapat berasal dari:

1. Faktor eksternal, seperti perubahan kebijakan ekonomi yang tidak dapat dikendalikan perusahaan,

2. Faktor internal, seperti kesalahan manajemen (mismanajemen) dalam pengelolaan perusahaan.

Misalnya, pada krisis ekonomi tahun 1998, sejumlah bank di Indonesia terpaksa ditutup akibat kebijakan IMF. Kebijakan ini menyebabkan dampak besar pada perusahaan-perusahaan yang menjadi nasabah bank tersebut, hingga banyak yang bangkrut.

Ketika perusahaan dinyatakan bangkrut oleh pengadilan, mereka masih bisa melakukan restrukturisasi atau diambil alih oleh pihak ketiga hingga kembali menguntungkan.

Itulah perbedaan utama antara pailit dan bangkrut yang terletak pada kondisi finansial dan aspek hukumnya. Pailit umumnya berkaitan dengan ketidakmampuan membayar utang dalam jangka pendek, sementara bangkrut adalah situasi di mana perusahaan benar-benar tidak bisa beroperasi karena kerugian besar.


Reaksi & Komentar

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنتُم بِدَيْنٍ إِلَىٰ أَجَلٍ مُّسَمًّى فَاكْتُبُوهُ ۚ وَلْيَكْتُب بَّيْنَكُمْ كَاتِبٌ بِالْعَدْلِ ۚ وَلَا يَأْبَ كَاتِبٌ أَن يَكْتُبَ كَمَا عَلَّمَهُ اللَّهُ ۚ فَلْيَكْتُبْ وَلْيُمْلِلِ الَّذِي عَلَيْهِ الْحَقُّ وَلْيَتَّقِ اللَّهَ رَبَّهُ وَلَا يَبْخَسْ مِنْهُ شَيْئًا ۚ فَإِن كَانَ الَّذِي عَلَيْهِ الْحَقُّ سَفِيهًا أَوْ ضَعِيفًا أَوْ لَا يَسْتَطِيعُ أَن يُمِلَّ هُوَ فَلْيُمْلِلْ وَلِيُّهُ بِالْعَدْلِ ۚ وَاسْتَشْهِدُوا شَهِيدَيْنِ مِن رِّجَالِكُمْ ۖ فَإِن لَّمْ يَكُونَا رَجُلَيْنِ فَرَجُلٌ وَامْرَأَتَانِ مِمَّن تَرْضَوْنَ مِنَ الشُّهَدَاءِ أَن تَضِلَّ إِحْدَاهُمَا فَتُذَكِّرَ إِحْدَاهُمَا الْأُخْرَىٰ ۚ وَلَا يَأْبَ الشُّهَدَاءُ إِذَا مَا دُعُوا ۚ وَلَا تَسْأَمُوا أَن تَكْتُبُوهُ صَغِيرًا أَوْ كَبِيرًا إِلَىٰ أَجَلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ أَقْسَطُ عِندَ اللَّهِ وَأَقْوَمُ لِلشَّهَادَةِ وَأَدْنَىٰ أَلَّا تَرْتَابُوا ۖ إِلَّا أَن تَكُونَ تِجَارَةً حَاضِرَةً تُدِيرُونَهَا بَيْنَكُمْ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَلَّا تَكْتُبُوهَا ۗ وَأَشْهِدُوا إِذَا تَبَايَعْتُمْ ۚ وَلَا يُضَارَّ كَاتِبٌ وَلَا شَهِيدٌ ۚ وَإِن تَفْعَلُوا فَإِنَّهُ فُسُوقٌ بِكُمْ ۗ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ البقرة [282] Listen
O you who have believed, when you contract a debt for a specified term, write it down. And let a scribe write [it] between you in justice. Let no scribe refuse to write as Allah has taught him. So let him write and let the one who has the obligation dictate. And let him fear Allah, his Lord, and not leave anything out of it. But if the one who has the obligation is of limited understanding or weak or unable to dictate himself, then let his guardian dictate in justice. And bring to witness two witnesses from among your men. And if there are not two men [available], then a man and two women from those whom you accept as witnesses - so that if one of the women errs, then the other can remind her. And let not the witnesses refuse when they are called upon. And do not be [too] weary to write it, whether it is small or large, for its [specified] term. That is more just in the sight of Allah and stronger as evidence and more likely to prevent doubt between you, except when it is an immediate transaction which you conduct among yourselves. For [then] there is no blame upon you if you do not write it. And take witnesses when you conclude a contract. Let no scribe be harmed or any witness. For if you do so, indeed, it is [grave] disobedience in you. And fear Allah. And Allah teaches you. And Allah is Knowing of all things. Al-Baqarah ( The Cow ) [282] Listen

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi