Pangkalan tersebut ditujukan untuk pelatihan militer, menurut apa yang dikatakan direktur kantor Al Jazeera di Lebanon , Mazen Ibrahim, mengungkapkan.
Hizbullah sebelumnya telah mengumumkan bahwa mereka “bergerak ke fase baru dan meningkat dalam konfrontasi dengan musuh Israel.”
Hizbullah tidak mengklarifikasi rincian fase ini, namun mengatakan kalau “jalan (strategi) dan kejadian dalam beberapa hari mendatang akan dibahas .”
Baca juga: Profil Israel Katz Menteri Pertahanan Baru Israel, Punya Catatan Kriminal, Borok IDF Terungkap
Operasi Canggih Hizbullah
Militer Israel disebut mengalami rugi besar seusai bertempur melawan milisi pejuang pembela kemerdekaan Palestina.
Hal itu dikatakan oleh Pakar Keamanan dan Kolonel Cadangan di tentara Israel (IDF), Kobi Marom
Dirinya mengakui mengakui bahwa Tel Aviv, meski bertempur di tujuh garis depan, tidak memiliki strategi militer yang solid.
Mengutip Channel 12, pihaknya juga menyampaikan bahwa militer Israel tidak memiliki mekanisme yang jelas dalam penyelesaian pertempuran.
Dikatakannya, militer Israel memang menghadapi pertempuran menantang di Lebanon.
“Israel menghadapi pertempuran yang menantang di Lebanon, yang ditandai dengan aktivitas pesawat tak berawak dan serangan rudal,” kata Marom.
Keadaan rumit yang tengah dihadapi tentara zionis, diakuinya lantaran adanya operasi canggih dari pihak lawan.
Dalam hal ini Lebanon.
“Tidak diragukan lagi bahwa ada operasi yang terkoordinasi dengan baik dan canggih untuk menantang sistem kami,” lanjutnya.
Kolonel cadangan itu mengatakan juga bahwa sistem komando dan kontrol Hizbullah sedang ditingkatkan, bersama dengan formasi tembakannya.
Dirinya juga menekankan bahwa hal ini terjadi di tengah evakuasi unit permukiman dan gangguan terhadap aktivitas komersial.
Tentara Zionis Berjatuhan Banyak Jadi Korban usai Lawan Hamas dan Hizbullah
Media Israel melaporkan bahwa Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, dan Kepala Staf Israel, Herzi Halevi, menekan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu untuk menyegel kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan Lebanon.
Hal ini mereka lakukan karena banyaknya korban di pihak Israel.
Mengutip The Jerusalem Post, disebutkan bahwa tentara pendudukan Israel ingin bergerak menuju gencatan senjata di Gaza dan Lebanon, mengingat tingginya jumlah korban di kalangan tentara Israel.
Korban dari pihak Israel berjatuhan lantaran perlawanan Hamas Palestina dan Hizbullah Lebanon yang kuat di kedua front dan prospek suram untuk mencapai keuntungan militer Israel.
Menurut laporan Gallant dan Halevi juga telah mendesak Netanyahu untuk bekerja sama mencapai kesepakatan guna mengamankan pemulangan 101 tawanan Israel, hidup atau mati, dari Jalur Gaza.
Waktu sangat penting untuk memulangkan para sandera, yang saat ini disetujui oleh sebagian besar pejabat Israel.
“Hanya akan terjadi, jika memang terjadi, melalui kesepakatan dengan Hamas,” ujar Gallant dan Halevi dalam upacara wisuda perwira pada tanggal 31 Oktober.
Perkembangan yang terjadi ini bertepatan dengan konfirmasi Radio Angkatan Darat Israel bahwa 87 warga Israel tewas pada bulan Oktober.
64 di antaranya adalah perwira, tentara dan personel keamanan dan sisanya adalah pemukim ilegal