Deep Learning, Model Pembelajaran ala Australia yang Bakal Diterapkan oleh Mendikdasmen Abdul Mu’ti

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

image_pdfimage_print

BANDA ACEH –  Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti berniat menghadirkan model pembelajaran ala Australia yang disebut dengan Deep Learning. Dalam paparannya di kanal YouTube Sahabat Pembelajar Mu’ti menyampaikan bahwa dirinya sudah mempelajari model pembelajaran tersebut.

ADVERTISEMENTS
ad39

 Dia menyatakan bahwa deep learning sudah ada sejak 1995. Secara lebih terperinci, Mu’ti menyatakan bahwa model pembelajaran deep learning yang besar kemungkinan menggantikan Kurikulum Merdeka itu bakal mengurangi materi pelajaran. Sehingga materi yang disampaikan kepada siswa lebih sedikit dan lebih ringan.

ADVERTISEMENTS

Namun demikian, penyampaian atau penjelasan materi kepada siswa lebih mendalam. Sehingga disebut deep learning. 

ADVERTISEMENTS

”Dengan cara itu maka guru bisa berimprovisasi, murid bisa berkembang pemikirannya,” kata dia. 

ADVERTISEMENTS

Mu’ti memastikan bahwa model pembelajaran deep learning bukan teori baru, melainkan sudah menjadi teori yang berkembang selama dua dekade belakangan.

ADVERTISEMENTS

 Lewat deep learning, dia menyatakan bahwa bakal muncul kontekstualisasi yang menyenangkan bagi siswa. Sehingga siswa dapat menangkap materi dengan lebih baik. 

ADVERTISEMENTS

”Sehingga pembelajaran itu nanti kami arahkan arah pembelajaran yang mindful, meaningful,  dan joyful. Nanti disebutnya pelajaran yang full-full,” imbuhnya. 

Mu’ti pun mencontohkan pembelajaran yang mindful. Dia menjelaskan bahwa mindful itu terbagi atas dua domain. Yang pertama berarti menyadari bahwa setiap siswa itu berbeda.

”Jadi, mindful itu artinya sadar, mindful itu peka, sensitif. Jadi, murid kita ini dan kita tidak sama, kita harus sadar itu, mereka ini tidak sama,” terang dia. 

Kedua, lanjut Mu’ti, pembelajaran mindfull itu artinya mendorong siswa untuk berpikir selama belajar. Selama proses belajar-mengajar, siswa didorong untuk terlibat aktif.

”Misalnya guru agama yang menjelaskan jenis-jenis air. Air agar banyak ada air  apa, bisa saja dimulai dari situ. Tapi, nanti diarahkan. Nah itu air dalam hubungannya dengan Kehidupan sehari-hari. Nah kalau air yang hubungannya dengan ibadah Itu hanya ada tiga, gitu kan,” jelasnya. 

”Jadi, kita langsung tahu berarti dia bisa punya kemampuan mengklasifikasi sesuatu berdasarkan pengelompokannya. Mungkin dia bisa juga nanti ke air got.

 Nggak apa-apa, untuk tahap awal nggak apa-apa. Namanya eksplorasi. Dia mungkin menyebut air kolam. Oke itu air dalam kehidupan sehari-hari. Tapi, kalau hubungannya dengan ibadah tidak ada air got, tidak ada air ini. Itu namanya mindful,” tambah Mu’ti.

Exit mobile version