BANDA ACEH – Dokter Yorda Sumombo (30) yang bertugas di RSUD Lukas Enembe, Kobakma, Kabupaten Mamberamo Tengah, Papua Pegunungan, babak belum dianiaya seorang pasien berinisial YY (50).
Sebelum menganiaya dokter Yorda, YY mengaku sebagai aparat pemerintah. Pemukulan tersebut terjadi pada Selasa (5/11/2024) sekitar pukul 13.35 WIT.
Saat itu, terduga pelaku masuk ke ruangan apotek RSUD Lukas Enembe dan berteriak ‘We kam Kasi sa obat paracetamol ka kalian tidak tau kah saya ini siapa? Saya ini Asisten 3’.
Lalu YY masuk ke ruangan korban (dokter) mengambil kursi dan melempar korban, namun tidak mengenai korban.
Kemudian pelaku mengambil kayu balok 5 x 5 dan memukul ke arah muka dan punggung korban, sehingga ada pasien yang sedang berobat langsung melerai terduga pelaku.
Namun, pasien tersebut juga dipukul oleh terduga pelaku.
Setelah itu terduga pelaku keluar dan melakukan perusakan terhadap pembatas ruangan yang terbuat dari kayu dan terduga pelaku mengambil batu lalu melempar kaca jendela RSUD Lukas Enembe.
Setelah itu, terduga pelaku langsung keluar dari RSUD Lukas Enembe dan pergi.
Korban dirujuk ke Makassar
Korban mengalami luka patah tulang di bagian pipi kanan, hidung, dan sejumlah bagian wajah, serta luka memar parah di punggung.
Karena luka yang dialami oleh korban cukup parah, korban dirawat di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengutuk tindakan kekerasan terhadap dr Yordan Sumomba oleh oknum pejabat daerah di Papua Pegunungan.
Ketua Umum PB IDI, dr Moh Adib Khumaid menegaskan bahwa, PB IDI telah berkoordinasi dengan IDI Cabang Jayawijaya terkait dengan penganiayaan yang dialami dr Yordan.
PB IDI juga meminta aparat aparat penegak hukum menindak tegas dan memproses hukum terhadap pelaku sesuai dengan ketentuan hukum yang ada.
“Kami ingin agar seluruh sejawat dokter dan tenaga kesehatan yang berada di Mamberamo Tengah, serta di seluruh wilayah Papua mendapatkan jaminan keamanan, keselamatan, kenyamanan dalam melakukan pelayanan kesehatan untuk masyarakat di wilayah tugasnya,”kata Adib, Senin (11/11/2024).
PB IDI juga mengapresiasi darma bakti yang sudah dilakukan oleh para sejawat dokter di wilayah Papua, khususnya di wilayah Papua Pegunungan.
“Di IDI Cabang Jayawijaya dengan seluruh anggotanya yang saat ini berjumlah 118 orang yang tersebar di 7 (tujuh) kabupaten di wilayah Papua Pegunungan,”terang Adib.
PB IDI berharap, kejadian penganiayaan yang dialami oleh dr Yordan ini menjadi kasus terakhir.
Jaminan keamanan, keselamatan jaminan insentif kesehatan para dokter dan dokter spesialis yang mengabdikan dirinya di wilayah Papua, semestinya juga menjadi perhatian bagi Presiden Republik Indonesia,
Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan, Kementerian PAN-ERB, Kemenko PMK, dan pemerintah daerah harus segera bertindak
“Permasalahan di wilayah Papua bukan hanya geografis saja, tetapi juga ada masalah keamanan, kesenjangan ekonomi, dan juga ada permasalahan yang berkaitan dengan kekurangan obat, alat kesehatan, infrastruktur yang memerlukan upaya kolaborasi dan sinergi bersama,”ungkap Adib.
Adib juga berharap Dr Yordan akan mendapatkan pendampingan trauma healing.
Sementara itu, Ketua IDI Cabang Jayawijaya, dr Lorina mengatakan, dr Yordan merupakan dokter kontrak, yang sudah ingin mengabdikan dirinya secraa penuh untuk wilayah Papua.
Lorina berharap kasus kekerasan terhadap para dokter di wilayah Papua menjadi perhatian khusus pemerintah, sehingga lebih banyak dokter yang mau mengabdikan diri di tanah ini.
“Para dokter umum dan spesialis di wilayah Papua seringkali mengalami situasi konflik yang mengakibatkan kekerasan fisik dan verbal,”ujarnya.
“Jumlah dokter umum dan spesialis yang mau bertugas di wilayah Papua dan Papua Pegunungan semakin sedikit dari tahun ke tahun karena konflik dan tidak adanya jaminan keamanan dan keselamatan ini,”akunya.
“Apalagi insentif yang diterima tidak sebanding dengan tingginya biaya hidup di Papua terutama di wilayah Pegunungan,”imbuhnya.
PB IDI mengapresiasi langkah cepat yang sudah dilakukan oleh pengurus IDI cabang Jayawijaya dan mendorong para sejawat dokter untuk tetap semangat melakukan pelayanan kesehatan pada masyarakat.