BANDA ACEH – Pada Ahad lalu, sebuah kunjungan tak biasa terjadi, yang pertama dalam tujuh tahun belakangan. Hari itu, pejabat tinggi militer Arab Saudi mengunjungi Teheran untuk melakukan pembicaraan dengan para pejabat Iran dalam pertemuan tingkat tinggi yang jarang terjadi sejak negara-negara tersebut memulihkan hubungan tahun lalu.Kantor berita resmi Iran IRNA melaporkan, Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Saudi Fayyad al-Ruwaili bertemu dengan timpalannya dari Iran, Jenderal Mohammad Bagheri, di Markas Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran di Teheran pada Ahad tersebut.
“Perkembangan diplomasi pertahanan dan perluasan kerja sama bilateral merupakan salah satu topik utama pertemuan ini,” tambahnya. Kantor berita Fars mengatakan bahwa Bagheri menyerukan peningkatan kerja sama keamanan antara kedua negara pada pertemuan tersebut. “Kami ingin angkatan laut Saudi bergabung dalam latihan angkatan laut Iran tahun depan, baik sebagai peserta atau pengamat,” kata Bagheri dilansir Fars.
Pada saat yang bersamaan, Presiden Iran Masoud Pezeshkian berbicara dengan Putra Mahkota Saudi Muhammad bin Salman melalui telepon, kata media Iran.
Pezeshkian secara langsung meminta maaf kepada putra mahkota bahwa dia tidak akan dapat menghadiri pertemuan puncak Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Riyadh karena jadwalnya yang padat. Ia kemudian mengutus wakil presiden pertama Iran sebagai perwakilannya, kata kantor berita Mehr.
Muhammad bin Salman membalas gestur ramah dengan pernyataan penting pada KTT di Riyadh tersebut. Untuk pertama kalinya, ia menegaskan pembelaan terhadap Iran atas serangan Israel. Bin Salman menekankan bahwa komunitas internasional harus memaksa Israel untuk “menghormati kedaulatan Republik Islam Iran dan tidak menyerang wilayahnya.”
Tohid Assadi, pakar urusan Iran, mengatakan kepada Aljazirah bahwa pertemuan antara panglima angkatan bersenjata kedua negara dapat dianggap sebagai langkah maju dalam hubungan Iran-Saudi.
“Kunjungan ini juga terjadi setelah terpilihnya [Donald] Trump di AS, yang menjanjikan perdamaian di [Timur Tengah]. Namun, kemungkinan peningkatan ketegangan masih ada. Jadi Iran dan Arab Saudi memang berusaha memastikan semuanya berada di jalur yang benar,” kata Assadi. “Mereka mencoba membangun kepercayaan diri dalam melakukan tindakan kolektif melawan ancaman kolektif,” tambahnya.
Teheran dan Riyadh memutuskan hubungan pada tahun 2016 setelah misi diplomatik Saudi di Iran diserang selama protes atas eksekusi pemimpin Muslim Syiah Nimr al-Nimr di Riyadh. Kedua negara juga telah lama mendukung pihak yang berlawanan di zona konflik regional, terutama di Suriah dan Yaman.
Pada Maret 2023, kedua negara sepakat, melalui perantaraan Cina, untuk membangun kembali hubungan setelah tujuh tahun bermusuhan. Kedua negara juga telah saling membuka kedutaan besar yang sekian lama vakum.
Pada November 2023, media pemerintah Iran melaporkan bahwa Bagheri telah melakukan panggilan telepon dengan menteri pertahanan Arab Saudi, Pangeran Khalid bin Salman Al Saud, untuk membahas perkembangan regional dan meningkatkan kerja sama pertahanan antara kedua negara.
Media resmi Pemerintah Cina, Global Times melansir bahwa Beijing menyambut baik sinyal merekatnya hubungan itu. Dalam konferensi pers pada Rabu ini, reporter mengajukan pertanyaan tentang pernyataan Pangeran Saudi yang memperingatkan Israel untuk tidak menyerang Iran dan mengutuk tindakan di Gaza. Juru Bicara Menteri Luar Negeri Cina Lin Jian mengiyakan bahwa sejak Cina membantu memulihkan hubungan diplomatik Saudi-Iran, hubungan antara kedua negara telah membaik.
Ketika diminta mengomentari hubungan terkini antara Arab Saudi dan Iran, Lin Jian menyambut baik perkembangan terkini dan memuji upaya kedua negara. Lin mengatakan bahwa Arab Saudi dan Iran telah terlibat dalam interaksi positif di berbagai tingkatan, semakin memperkuat rekonsiliasi mereka dan berkontribusi terhadap perdamaian dan stabilitas regional.
Hubungan Iran-Saudi ini juga mendapat sorotan di Israel. Dalam sebuah wawancara dengan media Israel Ynet dan Yedioth Aharonoth, seorang akademisi tingkat tinggi dan orang kepercayaan elit Saudi menawarkan perspektif yang berbeda.