NASIONAL
NASIONAL

Penemuan Mayat Bocah di Banyuwangi, Kakek Korban : Dia Pernah Tanya Apa di Surga Banyak Taman Indah?

image_pdfimage_print

BANDA ACEH  – Peristiwa memilukan terjadi di Desa Kalibaru Manis, Kecamatan Kalibaru, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur (Jatim) pada Rabu (14/11/2024).

ADVERTISEMENTS
Kartu ATM di Rumah, Action Mobile di Tangan

Seorang siswi  Madrasah Ibtidaiyah (MI) kelas I berinisial CNA ditemukan tewas dengan kondisi menggenaskan yakni organ vital rusak dan kepala bocor. 

ADVERTISEMENTS
Bank Aceh Syariah Mengucapkan Selamat Hari Pahlawan 10 November 2024

CNA ditemukan masih  berseragam sekolah di lahan kebun yang berjarak 150 meter dari rumahnya.

ADVERTISEMENTS
Memperingati 96 Tahun Sumpah Pemuda dari Bank Aceh Syariah

Meninggalnya bocah periang itu mengejutkan pihak keluarga.

ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses atas Pelantikan Ketua DPRA, Wakil Ketua I DPRA dan Wakil Ketua II DPRA

Peristiwa memilukan itu terjadi saat CNA dalam perjalanan pulang sekolah. 

ADVERTISEMENTS
Pertemuan Tahunan Perbankan Syariah 2024

CNA juga diduga mendapat kekerasan seksual dan fisik oleh seseorang yang hingga saat ini belum terungkap identitasnya.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari Santri Nasional

Kakek CNA, Sutrisno menjadi sosok yang terpukul apalagi  3 hari sebelumnya, korban sempat bertanya apakah di surga banyak taman-taman yang indah.

“Mbah, apa benar kata Bu Guru, kalau rajin salat, kalau nanti mati masuk surga?” tanya CNA.

Lantas Sutrisni mengiyakan. “Iya.” 

“Mbah, apa benar di surga banyak taman-taman yang indah?” tanya CNA.

Namun Sutrisno tidak langsung memberikan jawaban. 

“Waduh, Mbah tidak bisa menjelaskan. Kapan-kapan, ya,” kata Sutristo pada CNA.

Belum juga sempat mendapatkan penjelasan tentang taman-taman indah di surga itu bisa disampaikan sang kakek, CNA (7) sudah pergi untuk selama-lamanya. 

Sosok Mandiri 

Sutrisno mengatakan, cucunya sebagai anak yang sopan dan mandiri walaupun baru berusia 7 tahun.

Berita Lainnya:
Ternyata Karena Kata-kata Ini, Aipda WH Putuskan Melaporkan Guru Supriyani ke Polisi Dugaan Aniaya Anak

Ia sudah terbiasa mencuci baju sendiri bahkan sering membantu sang ibu memasang jemuran di teras rumah.

Selain itu, CNA juga anak penyayang keluarga. 

Sehari sebelum tewas, ia menuliskan nama anggota keluarganya di dinding rumah bagian depan dengan menggunakan spidol.

“Saya juga sering dibikinkan kopi. Anak itu tidak pernah nakal. Tidak pernah aneh-aneh. Tiap hari dia main di rumah bersama kakaknya. Kalau sudah waktunya pulang sekolah, ya pulang. Tidak pernah mampir-mampir,” terang Sutrisno, di rumah duka, Kamis (14/11/2024).

Ibu dan ayah CNA gelisah saat anaknya tak kunjung ke rumah meski waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 WIB, Rabu lalu.

Jam pulang sekolah untuk kelas I, yakni pukul 10.00 WIB. Biasanya paling lambat, bocah itu akan tiba di rumah sekitar setengah jam kemudian. 

Ia menaiki sepeda menempuh jarak sekitar 1 kilometer (km) melewati jalan perkebunan.

Tak kunjung pulangnya CNA membuat sang ibu, Siti Aningsih langsung mengontak wali kelas. 

Wali kelas yang menyebut bahwa CNA telah pulang jam seperti biasanya membuat sang ibu terkejut. 

Siti Aningsih langsung mengajak suaminya, Ahmad Doni Nur untuk mencari keberadaan anak.

“Saya di kebun di hubungi juga. Langung saya ke sekolahnya. Karena tidak ada, saya langsung mencari ke jalan utama,” terang Sutrisno.

Berita Lainnya:
Pramono Ngaku Bicara dari Hati ke Hati dengan Anies Baswedan

Sementara sang ibu dan beberapa guru menyusuri jalur pulang CNA. 

Tanpa di sangka, mereka melihat sepedanya di sungai kecil yang jaraknya sekitar 150 meter dari rumah mereka.

Setelah menyusuri area sekitar, CNA ditemukan dalam kondisi terlentang dengan kepala belakang berlumur darah. 

CNA tergeletak di tepian tanah berkontur. 

Meski berpakaian lengkap, celana dalamnya melorot dan acak-acakan.

Tubuh korban langsung dilarikan ke klinik terdekat namun, kondisinya tak tertolong. 

CNA dinyatakan telah meninggal dunia

Jenazah bocah tersebut kemudian dibawa ke RSUD Genteng untuk autopsi pada Kamis ini.

Tragisnya kepergian CNA membuat keluarga nelangsa. 

Sehari setelah kejadian, kedua orang tuanya masih amat nelangsa. 

Mereka belum bisa diajak komunikasi dan memilih untuk berdiam dari kamar.

“Saya merasa, kok bisa begitu sadisnya (pembunuhnya),” kata Sutrisno.

Pihak keluarga berharap, pelaku pembunuhan bisa segera terungkap dan tertangkap. 

Sutrisno menyadari, dalam hukum yang berlaku, nyawa tak selalu bisa dibalas dengan nyawa.

“Tapi setidaknya pelaku diproses hukum. Kami mengharap kebijaksanaan bapak aparat, supaya kami bisa mendapat sedikit keadilan,” harap Sutrisno.

Korban siswi MI yang diduga mendapat kekerasan seksual dan fisik hingga meninggal dunia. 

Polisi Bentuk Tim Khusus

Hingga saat ini, pelaku pembunuhan bocah 7 tahun asal Banyuwangi tersebut belum terungkap. 

1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya