BANDA ACEH – Keluarga GRO (17) pelajar SMK 4 Kota Semarang yang tewas ditembak polisi sempat diminta oleh pihak Polrestabes Semarang dan seorang oknum wartawan untuk tidak memperpanjang kasus ini. Mereka meminta keluarga untuk ikhlas menerima kematian GRO.Pakde GRO, Agung mengatakan, pada Senin (25/11) atau sehari setelah korban dimakamkan, sejumlah anggota polisi termasuk Kapolrestabes Semarang dan seorang wartawan mendatangi rumah korban di Kembangarum, Semarang Barat.
Mereka meminta agar pihak keluarga mau membuat video pernyataan sudah ikhlas menerima peristiwa ini.
“Saya diminta dari wartawan itu untuk memberikan membuat video pernyataan mewakili keluarga bahwa keluarga ikhlas atas kejadian ini dan tidak akan memperbesar masalah ini. Pak Kapolrestabes juga bilang ya seperti itu,” ujar Agung saat ditemui wartawan, Senin (2/12).
Namun, pihak keluarga menolak permintaan tersebut lantaran proses hukum dan kronologi kematian siswa anggota Paskibra itu masih belum jelas dan dinilai janggal.
“Saya ndak mau kalau harus buat pernyataan seperti itu, saya kan belum tahu karena prosesnya masih berjalan,” jelas dia.
Keluarga juga menolak pernyataan Kapolrestabes Semarang yang menyebut GRO sebagai kreak atau gangster. Menurutnya, GRO tidak pernah menujukan adanya tanda-tanda tersebut.
“Kita kecewa sekali karena proses penyelidikan masih berjalan dan baru satu hari kok sudah membuat statement yang mengklaim korban itu sebagai anggota gangster. Itu jauh dari kepribadian dari Gama, hari itu (Sabtu 23 November 2024) Gama latihan Paskibra sampai sore, kemudian malamnya pamit sama neneknya mau latihan pencak sikat,” kata Agung.