BANDA ACEH – Kaum Alaidin Kesultanan Aceh Darussalam menggelar acara bertajuk “Peukong Peunerok” di Gampong Pineung, Banda Aceh, Ahad, 1 Desember 2024. Kegiatan ini bertujuan untuk merajut kembali tali persaudaraan keluarga besar yang memiliki peran penting dalam sejarah peradaban Aceh.
“Kegiatan ini lahir dari sebuah kesepakatan bersama, berangkat dari kerinduan yang selama ini terpendam. Banyak merindukan momen ini, sehingga kami menyebutnya Kenduri Cinta, karena cinta itu adalah nilai kasih sayang yang perlu kita tumbuhkan kembali,” kata Ketua Kaum Alaidin, Tuanku Muntazar.
Kenduri Cinta, menurutnya, bukan hanya tentang merayakan momen. Tetapi juga tentang membangun kembali kualitas kehidupan sosial, terutama di tengah gempuran modernisasi yang sering kali membuat kita kehilangan jati diri.
“Banyak informasi yang selama ini tidak tersampaikan. Kami ingin kembali bersatu, karena kita bersyariat Islam. Maka, acara ini lebih ke konteks islami atau bersamaan dengan Maulid Nabi Muhammad, yang memudahkan kita untuk berkumpul,” ujar Tuanku Muntazar.
Muntazar menjelaskan peradaban itu bukan sekadar kebudayaan yang bisa menjadi situs, tetapi adalah sebuah proses yang melibatkan ekonomi, sosial, politik, dan seni.
“Kami ingin menumbuhkan kembali semangat peradaban yang dibangun oleh keluarga Panglima Polem, Alaidin, dan seluruh zuriat yang berkontribusi pada kemajuan Aceh,” ucapnya.
Muntazar menyebut Kenduri Cinta tersebut merupakan simbol bahwa persatuan, kasih sayang, dan rasa cinta terhadap tanah air tidak hanya menjadi tanggung jawab satu pihak, tetapi harus melibatkan seluruh elemen masyarakat. Di tengah dinamika zaman, semangat silaturahmi ini menjadi kunci untuk merawat dan melestarikan peradaban Aceh yang penuh sejarah dan makna.
Sementara itu, Raja Ubit, Ketua Kaum Panglima Polem, mengatakan kegiatan itu bukan hanya sekadar pertemuan keluarga. Ini adalah langkah untuk menyatukan kaum besar, seperti Zuriat Alaidin; Panglima Polem; Teuku Mukim 22 Sagoe; Teuku Mukim 25 Sagoe, dan Teuku Mukim 26 Sagoe di Aceh yang selama ini terpisah.
“Panglima Polem dan Alaidin adalah dua entitas yang tak terpisahkan, karena keduanya berasal dari satu zuriat yang sama,” ujar Raja Ubit.
Ia juga menjelaskan zuriat yang paling utama berasal dari garis keturunan Johan Syah, yang merupakan keturunan langsung dari Iskandar Muda. Kemudian berkembang menjadi dua garis besar: Panglima Polem dan Kesultanan Asahan.
“Panglima Polem dan Alaidin adalah keluarga besar yang tidak terpisahkan, dan kami berharap dengan bersatunya dua kaum ini, kita dapat mencapai tujuan besar untuk Aceh, bukan hanya untuk keluarga kami,” ucap Raja Ubit.
Kenduri Cinta ini, kata Raja Ubit, bukan hanya ditujukan untuk kaum Alaidin atau Johan Syah saja. Tetapi juga untuk semua pemangku kepentingan di Aceh.
“Seperti sapu lidi, jika satu saja patah, sangat mudah dipatahkan. Namun apabila bersatu, sangat sulit dipatahkan dan akan berfungsi. Kami berharap kegiatan ini menjadi ikatan yang kuat untuk mempererat hubungan di Aceh, untuk mencapai tujuan bersama,” kata Raja Ubit.
Di sisi lain, Raja Ubit berharap, kegiatan seperti ini akan terus berlangsung. Baik dalam dua atau tiga bulan sekali.
“Walaupun hanya sekadar ngopi bareng, yang penting kita berkumpul dan memperkuat rasa persaudaraan. Ini adalah langkah positif untuk membangun Aceh ke depan,” ujarnya.
Untuk diketahui, keturunan Dinasti Alaidin Kesultanan Aceh Darussalam terdiri dari tiga kesatuan. Yaitu kesatuan Tuwanku, Panglima Polem, dan Potjut. Berdirinya dinasti ini berawal dari rintisan perjalanan panjang yang mengakar jauh ke belakang sebagai satu cita-cita mulia meneruskan misi suci Nabi Muhammad SAW.[]