NASIONAL
NASIONAL

Martabat Miftah alias Ta’im Lebih Tinggi dan Terhormat Dibanding Jokowi dan Gibran

image_pdfimage_print

Oleh: Damai Hari LubisPengamat Hukum & Politik Mujahid 212 

ADVERTISEMENTS
Kartu ATM Expired Bank Aceh Syariah

(Abstrak; Presiden berani terhadap Gus Miftah Gemetar kepada Gibran?)

ADVERTISEMENTS
Selamat Milah BPKH ke 7 Tahun

Presiden Prabowo nampak begitu sensitif (amat peduli dan perhatian) beliau menghargai partisipasi rakyat jelata yang berkerja keras berinisiatif menciptakan perkejaan bagi dirinya sendiri (berwiraswasta), model sosok pedagang asongan yang dihinakan oleh Gus Miftah yang berstatus pejabat publik. 

ADVERTISEMENTS
QRIS Merchant Bank Aceh Syariah

Lalu nampak Prabowo menegur Gus Miftah, dan ternyata tak lama kemudian diberitakan, “Gus Miftah menyesal dan minta maaf kepada pedagang asongan yang Ia hina.

ADVERTISEMENTS
SMS Poin - Bank Aceh Syariah

Dari ilustrasi peristiwa hinaan Gus Miftah terhadap seorang rakyat miskin ini melahirkan berbagai hujatan dari netizen kepada Gus Miftah, sebaliknya simpati dan empati publik segala kalangan kepada sang pedagang asongan, semuanya termuat di berbagai media sosial, kemudian orang dekat Jokowi dan Gibran ini, justru menerbitkan fenomena jungkir balik kepribadian,  antara moralitas Gus Miftah yang lumayan dikenal sebelumnya “berperilaku” konyol, ternyata dirinya bertanggung jawab secara arif, setelah Miftah meminta maaf atas kekeliruannya lalu sadar diri dan IA MENYATAKAN MUNDUR DARI JABATAN PUBLIK

ADVERTISEMENTS
Selamat Hari Guru Nasional

Sebuah sifat ksatria Gus Miftah yang tidak dimiliki oleh Jokowi, yang sekian lama melakukan banyak hinaan kepada kadar intelektualitas yang dimiliki ratusan juta bangsa ini, walau berbalas hinaan dari jutaan netizen publis setiap hari dalam perjalanan saat di tampuk kekuasaannya, akibat bohongnya yang transparansi melanggar kontrak sosial (janji politik seorang pemimpin) sebanyak lebih 100 kali.

Berita Lainnya:
Ragukan Netralitas Polri, Deddy Sitorus Disentil soal Harun Masiku
ADVERTISEMENTS
Kartu ATM di Rumah, Action Mobile di Tangan

Namun Jokowi bergeming, malah extra ordinary “menunjukan kepribadian kelas bajing-nya”, _JOKOWI MALAH INGIN MENAMBAH PERIODIK KEPEMIMPINANNYA YANG DIBATASI OLEH KONSITUSI DARI DUA PERIODE MENJADI TIGA PERIODE’.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari KORPRI ke-53

Identik dengan perilaku Jokowi, anak biologisnya Gibran pun bagai buah mangga jatuh tak jauh dari pohonnya, Gibran awalnya mengaku S.1 (bahkan S 2?) ternyata de facto riwayat pendidikannya hanya tamatan SMP atau setelahnya diketahui oleh publik biografi pendidikan dilegitimasi oleh kekuasaan (depdiknas) yang lalu menjadi alat KPU.RI untuk menerima pendaftaran Gibran menjadi pasangan Wapres pada pemilu Pilpres 2024 menjadi naik derajat dari SMP namun turun derajat dari S.1, PENDIDIKAN GIBRAN DINYATAKAN SETARA SLA. Walau patut dipertanyakan asas legalitas sistim hukum diknas sehingga ijasah Gibran sah setara SLA. Kemudian darimana bisa didapati legalisir ijasah foto copy nya. Apakah KPU RI dari KPU Surakarta memilikinya? Ini tentunya juga hal yang misterius.

Atau bentuk pertanyaan lainnya, besar kemungkinan bahwa ijasah Gibran yang tidak dipersoalkan kala menjadi bakal calon Walikota Surakarta, maka apakah arsip di KPUD Surakarta Gibran pemilik ijasah S.2 atau S 1, yang kini juga berkembang (sengaja dikembangkan simpang siur isu) bahwa Gibran terdaftar pada beberapa sekolah SMA di Solo, yang seolah SMA juga Ia dapatkan selepas lulus SMP di Solo? Apakah untuk menutupi  temuan fakta yang ada Gibran  lulus kursus 3  (tiga) tahun di Singapura dan 1 (satu) di Australia setelah lulus SMP. Hal simpang siuran ini mengingatkan kisah nama dari Jokowi yang Mulyono, dan misteri keberadaan nomor ijasah SMA dan S 1 miliknya. 

Berita Lainnya:
Pertahanan Indonesia Tertinggal 22 Tahun

Namun untuk membuktikan tentang kebenaran ijasah Gibran pada arsip KPU D Solo (Surakarta), tentu masyarakat kesulitan, lebih sulit ketimbang menghancurkan tembok Belin, susunan batu tebal dan tinggi sebagai pemisah antara negara Jerman Timur dan Jerman Barat sebelum bangsa jerman bersatu. 

Kemudian fenomena harga diri seorang Gibran, dengan ilustrasi perbandingan antara dugaan perilaku dirinya yang 99,9 % adalah orang pemilik akun fufu fafa, yang narasinya penuh hina se dina-dinanya” terhadap sosok Prabowo, walau Sang Presiden Ri Ke 8 diam, namun setiap detik diri Prabowo atas dasar jabatannya selaku Presiden RI selalu berada disebelah dirinya (Wakil Presiden) sebagai sosok pemimpin seluruh bangsa ini.

Maka, mengamati perangai Gibran, ternyata dijamin original, tak perlu disangsikan keaslsiannya sebagai anak seorang Jokowi yang tak pandai malu, dengan segala “tanda-tanda merah di kening” yang dikenang publik sebagai imunitas terhadap rasa malu dan minim harga diri.

Follow HARIANACEH.co.id untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya