NASIONAL
NASIONAL

Martabat Miftah alias Ta’im Lebih Tinggi dan Terhormat Dibanding Jokowi dan Gibran

Konklusi objektif berdasarkan data empirik yang bisa menjadi historis perilaku dan harga diri (martabat) antara Gus Miftah atau siapapun nama sebenarnya dengan seorang Jokowi, entah siapapun nama sebenarnya dan pola perilaku Gibran Rakabuming Raka Bin Jokowi merupakan kebalikan dari role pejabat publik yang cacat adab dan bad leadership. Maka derajat kehormatan Gus Miftah yang mengundurkan diri LEBIH TINGGI DARI KEDUA SOSOK ANAK BERANAK Jokowi tertuduh publik berijazah S1 palsu dari Fakultas Kehutanan UGM, dan pernah “memaksa” tambahan periode jabatan presidennya, serta Gibran atau Tertuduh publik manusia dibalik akun fufu fafa.

Oleh karenanya demi menjaga kerusakan sejarah hukum dan politik yang berkelanjutan tentunya publik bangs ini membutuhkan kerjasama seluruh anak bangsa Lintas Sara yang nice, disebabkan rasa tanggung jawab atas jiwa kebangsaan yang tinggi, HENTIKAN REKAYASA atau KAMUFLASE RASA SIMPATI DAN RASA HORMAT KEPADA SOSOK JOKOWI “RESIDU YANG TERUS BERGAYA JUMAWA DENGAN POLA CAWE-CAWENYA” melalui proses hukum dan vonis mahkamah, sekaligus paksa seret Gibran keluar istana secara konsitusi, karena secara moral tuduhan publik terhadap jatidirinya membentuk kualitas karakter yang serius yang tidak menunjukan manusia yang beradab, termasuk tingkat kemampuan dan pendidikannya tidak pantas bahkan merendahkan diri seorang Prabowo Subianto selaku Presiden RI pemimpin bangsa ini, andai terus dipaksakan untuk mendampingi sosok presiden dengan bukti ijasah asli disertai bukti dan saksi-saksi kawan lama para jenderal baik kakak kelas (purn TNI) serta rekan sekelas maupun dibuktikan oleh para adik kelas dari akademi pendidikan militer, akademi militer terhormat dengan para alumnus yang dipastikan sebagai cikal bakal para pemimpin bangsa (fungsional dan struktural di institusi TNI).   

Dan hasrat masyarakat bangsa ini yang hendak menuntut turunkan Gibran adalah bentuk itikad baik seluruh anak bangsa yang sesungguhnya masih menginginkan prinsip dasar-dasar negara Pancasila ditegakkan serta membuktikan Indonesia adalah negara hukum, bukan negara milik kelompok dan kekuasaan belaka dan semua orang sama dimata hukum.

Selebihnya bumerang bagi Presiden Prabowo, kendati mendapat simpati publik, atas reaksi simpati dari seorang presiden kepada pedagang asongan (rakyat jelata) mesti mengantisipasi opini negatif yang bakal muncul, opini yang menjudge Prabowo seorang PENGUASA TERTINGGI di NRI namun hanya berani terhadap Agus Miftah yang mencederai seorang rakyat jelata, namun bersikap “lambe duck yang gemetar kepada sosok Gibran Putra Jokowi, yang justru menistakan dirinya serendah-rendahnya, dan SUBSTANSIAL PENISTAAN TERHADAP PRABOWO SELAKU PRESIDEN RI. HAKEKATNYA ADALAH MENCEDERAI DAN MENGHINAKAN SELURUH JIWA RAGA BANGSA DAN NEGARA RI

1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya